tirto.id - Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) menolak wacana lockdown yang tengah dipertimbangkan oleh pemerintah pusat menyikapi pandemi Corona atau Covid-19.
Usulan lockdown ini dinilai bakal berdampak cukup parah bagi perekonomian.
“Kami tidak setuju ada lockdown. Itu dampak ekonominya sangat sistemik dan luar biasa,” ucap Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman saat dihubungi reporter Tirto, Senin (17/3/2020).
Adhi mengatakan usulan lockdown ini bakal membebani pelaku usaha. Sebabnya, selama periode itu mereka tidak dapat berproduksi dan dalam beberapa waktu tertentu mereka juga tak akan dapat memasok barangnya.
Ia bilang perusahaan akan menanggung beban cukup besar karena mereka harus tetap harus membayar berbagai biaya meski produksi tak berjalan. Salah satunya bunga bank yang harus dihitung tiap hari.
Di samping itu, ia juga mengingatkan pengusaha juga tengah mengejar target untuk memenuhi kebutuhan bulan puasa dan lebaran. Pada bulan itu tidak bisa dipungkiri permintaan kebutuhan makanan-minuman akan mencapai tingkat yang tinggi-tingginya.
“Bagi perusahaan berat. Siapa yang akan tanggung kalau operasional berhenti,” ucap Adhi.
Di sisi lain ia juga mempertanyakan bilamana situasi ini dipahami oleh perusahaan asuransi.
Menurutnya saat pemerintah menerapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti lockdown, belum tentu ada jaminan bahwa situasi ini akan ditanggung pemerintah.
“Apa sistem asuranasi mau tanggung,” ucap Adhi.
Belum lagi kata Adhi ada dampak lebih luas bila pabrik-pabrik harus berhenti bekerja. Menurutnya ada banyak penduduk sekitar pabrik yang bergantung pada kehadiran buruh dan karyawan pabrik. Bila mereka tidak datang ke pabrik, maka penghasilan harian warga sekitar akan hilang.
“Kalau (pabrik) drop siapa yang membiayai kehidupan mereka?” ucap Adhi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana