tirto.id - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf menyebut gaya kampanye calon presiden Prabowo Subianto serupa dengan Presiden AS Donald Trump. Selain mengikuti gaya Trump, TKN juga menyebut Ketua Umum Partai Gerindra itu mencontoh gaya Presiden Brasil Jair Bolsonaro.
Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding menilai, hal tersebut bisa dilihat dari gaya komunikasi Prabowo beberapa bulan terakhir. Prabowo, kata Karding, cenderung memakai narasi yang berpusat pada penguatan identitas diri sendiri.
Selain itu, kata dia, Prabowo juga menuding media membuat berita tidak objektif, mirip seperti Trump yang menyebut banyak media membuat berita palsu.
"Wataknya itu misalnya anti-kemapanan, selalu menguatkan isu soal diri sendiri sebagai warga asli,” tegas Karding di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (7/12/2018).
“Itu memang ciri daripada metodologi strategi politik yang menang di Trump, Brasil, Brexit, dan beberapa negara lain," lanjut dia.
Sementara terkait dengan pernyataan yang menuding media tak objektif, Karding menilai bahwa Prabowo mencoba menurunkan tingkat kepercayaan publik kepada media.
"Ini sebenarnya mau mengeleminasi fungsi-fungsi media dan membangun hoaks sebanyak-banyaknya di media sosial. Nah itu strategi politiknya," kata Karding.
Dalam pidatonya di peringatan Hari Disabilitas Internasional, Prabowo Subianto memprotes wartawan dan menilai media memanipulasi demokrasi terkait pemberitaan seputar aksi Reuni 212.
"Hebatnya media-media dengan nama besar dan katakan dirinya objektif, padahal justru mereka bagian dari usaha memanipulasi demokrasi. Kita bicara yang benar ya benar, yang salah ya salah, mereka mau katakan yang 11 juta [orang di Reuni 212 itu] hanya 15 ribu. Bahkan ada yang bilang kalau lebih dari 1.000 minta apa itu terserah dia," kata Prabowo, Rabu (5/12/2018).
Usai acara itu, Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno itu juga menolak diwawancarai wartawan.
"Ya tapi redaksi kamu bilang enggak ada orang di situ [Reuni 212], hanya beberapa puluh ribu, itu kan tidak objektif, enggak boleh dong," kata Prabowo.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Arief Poyuono menolak jika Prabowo dikatakan marah-marah pada malam itu. Menurut Arief, saat itu Prabowo hanya "nada suaranya tinggi doang."
Menurut Arief, mengapa Prabowo mempermasalahkan mengenai jumlah massa di pemberitaan media, karena pentingnya reuni 212 yang mengumpulkan seluruh Muslim maupun non-Muslim dalam satu tempat sekaligus.
Arief menilai itu merupakan agenda demokratis yang layak diapresiasi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto