Menuju konten utama

Tim Anies akan Berdiskusi dengan PKB Soal Wacana BBM Gratis

Sudirman Said menjelaskan ide BBM gratis yang disampaikan oleh Wakil Sekjen PKB, Syaiful Huda merupakan ucapan yang dilontarkan secara pribadi.

Tim Anies akan Berdiskusi dengan PKB Soal Wacana BBM Gratis
Juru Bicara Tim Anies Baswedan, Sudirman Said melakukan konferensi pers di Rumah Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan pada Jumat (8/9/2023). (Tirto.id/M. Irfan Al Amin)

tirto.id - Juru Bicara Tim Pemenangan Anies Baswedan, Sudirman Said akan menindaklanjuti wacana bahan bakar minyak (BBM) gratis yang disampaikan oleh PKB. Ia menyebut gagasan PKB apabila Muhaimin Iskandar alias Cak Imin terpilih menjadi wakil presiden dan akan menggratiskan BBM masih di taraf ide.

Menurut Sudirman Said, hal itu masih bisa berubah setelah berdiskusi dengan partai lain yang tergabung dalam Koalisi Perubahan pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

"Akan banyak yang perlu dicocokkan. Makanya tadi setelah acara selesai dalam waktu dekat kita akan duduk bersama partai-partai," kata Sudirman Said dalam konferensi pers di Rumah Koalisi Perubahan pada Jumat (8/9/2023).

Sudirman menjelaskan ide BBM gratis yang disampaikan oleh Wakil Sekjen PKB, Syaiful Huda masih ucapan yang dilontarkan secara pribadi. Meski Sudirman tak bisa menjamin akan menggunakan ide tersebut, namun dia memastikan diskusi dengan PKB akan tetap terbuka.

"Saya tidak bisa menjawab secara teknis contoh, tapi rasanya dialog kita bertiga akan menemukan jalan pulang. Bagaimana kita akan merumuskan visi bersama," kata dia.

Dalam keterangan terpisah, Syaiful Huda menyampaikan PKB sedang mengajak publik untuk keluar dari politik transaksional. Ia ingin derajat politik di Tanah Air naik level, sebagaimana fitrah politik yakni sebuah perjuangan masa depan dan kesejahteraan publik.

“Kebetulan PKB sedang merumuskan lima agenda perjuangan, kami punya lima janji kerja,” kata Huda saat dikonfirmasi reporter Tirto terkait video viral tersebut, Kamis (7/9/2023).

Lima agenda perjuangan PKB yang dimaksud Huda di antaranya adalah: Rp5 miliar dana desa per tahun, subsidi BBM semurah-murahnya bagi pemilik sepeda motor dan angkutan umum, tunjangan untuk ibu hamil Rp6 juta, subsidi pupuk bagi petani di bawah lima hektar, dan subsidi listrik 450 VA.

Terkait persoalan BBM gratis, Huda meluruskan ucapan yang sempat viral tersebut. Ia mengklaim terselip lidah. Kejadian itu juga telah berlangsung tepat sebulan lalu di Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu, terdapat hampir 10.000 kader PKB yang hadir dan berkumpul.

“Jadi memang di video agak keseleo aku, tapi tak jelasin, jadi itu dipotong videonya,” kata Huda menjelaskan.

Dia menyampaikan persoalan BBM ini memang menjadi salah satu dari lima agenda perjuangan PKB. Dalam hal ini, partai berlambang bola dunia yang dikelilingi sembilan bintang itu ingin memperjuangkan agar subsidi BBM tersegmentasi.

Subsidi hanya diberikan kepada pemilik sepeda motor dan angkutan umum. Menurut dia, langkah tersebut bisa menjadi perbaikan dari skema subsidi BBM yang selama ini dilakukan. Karena faktanya, masih banyak BBM subsidi yang dinikmati oleh masyarakat yang justru tidak berhak mendapatkannya.

“Bahkan subsidi BBM kita juga dinikmati oleh pabrik-pabrik. Itulah kita temukan di lapangan banyak pabrik gunakan BBM subsidi industrinya,” kata Huda.

Oleh karena itu, kata dia, PKB mendorong ke depan agar subsidi itu diarahkan berbasis pada individu atau warga negara bukan diletakkan pada barang. Dengan demikian, cara ini bisa meminimalisasi terjadinya kebocoran subsidi BBM. Seperti BBM jenis Pertalite, saat ini pemerintah mensubsidi hampir Rp3.500 per liternya untuk bisa melepas harga BBM RON 90 di pasar senilai Rp10.000 per liter. Namun, yang terjadi justru banyak orang memiliki kendaraan roda empat yang masih menggunakan Pertalite.

“Itulah yang tadi saya kritik ini tidak efektif kalau subsidi berbentuk barang. Bagusnya basis subsidi itu berbasis individu,” kata dia.

Baca juga artikel terkait SUBSIDI BBM atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Gilang Ramadhan