tirto.id - Bagi Douglas Fairbanks, 1920 adalah titik balik krusial dalam kariernya di Hollywood. Pada tahun itu ia tidak hanya mengikat janji suci dengan aktris film bisu paling terkenal, Mary Pickford, tetapi juga memutuskan untuk bermain di film yang dijuluki sebagai karya layar lebar superhero pertama.
Fairbanks memiliki kemampuan atletis yang menarik perhatian produser film bergenre komedi slapstick. Pada 1916 ia mendirikan perusahaan filmnya sendiri, Douglas Fairbanks Film Corporation. Fairbanks sering merangkap sebagai aktor di film-filmnya sendiri, yang rata-rata bergenre komedi-percintaan.
Jeff Stafford menulis untuk Turner Classic Movie bahwa genre itu mulai sepi peminat setelah berakhirnya Perang Dunia I pada 1918. Alasannya sederhana: penonton film di Amerika Serikat dilanda rasa bosan.
Fairbanks menyadari situasi ini. Pada suatu hari ia membaca cerita berseri Johnston McCulley di majalah fiksi All-Story Weekly berjudul “The Curse of Capistrano”. Fairbanks tertarik untuk mengadaptasinya ke layar lebar karena tahu ceritanya akan diminati penonton yang sedang haus akan genre baru.
Ada perdebatan mengenai siapa yang mendorong Fairbanks untuk memerankan tokoh utamanya, Don Diogo Vega alias Zorro. Ada yang bilang saudara laki-lakinya, Robert; istrinya, Mary; atau perwakilan agensinya, Ruth Allen. Satu hal yang pasti, Fairbanks memiliki kondisi fisik serta talenta yang tepat untuk memerankan sang pahlawan bertopeng.
Petarung yang Humoris
Adaptasi layar lebar cerita Johnston dirilis pada 27 November 1920, tepat hari ini 98 tahun lalu, dengan judul “The Mark of Zorro”. Film ini mengambil latar belakang California di awal abad ke-19. Ayah Don Diego adalah pengusaha kaya bernama Don Alejandro.
Alkisah, Don Diego pulang dari Spanyol dan menemukan keluarga serta masyarakat sekampung sedang direpresi pemilik lahan dan gubernur jahat. Diego boleh tampak kalem. Tapi ia adalah pribadi yang berbeda saat mengenakan topeng plus seragam serba hitam, mengayun pedang di tangan kanan, dan menyarungkan pistol di balik jubah panjang.
Ia menjelma menjadi Señor Zorro, pahlawan penunggang kuda yang getol melindungi rakyat jelata dari praktik-praktik penindasan yang didalangi pemerintahan korup Gubernur Alvarado dan antek-anteknya yang kejam: Kapten Juan Ramon dan Sersan Pedro Gonzales.
Zorro bertarung dengan humoris dan senantiasa menang berkat kemampuan tempur nan atletis di atas rata-rata. Ia selalu meninggalkan luka berbentuk “Z” yang ikonik di tubuh lawannya, atau di tembok, sebelum meninggalkan lokasi kelahi.
Film ini mengandung bumbu romansa dengan menampilkan Lolita Pulido, gadis cantik yang dijodohkan dengan Don Diego. Sayangnya Lolita punya kesan buruk dengan Don Diego sebab Don Diego menampilkan sikap yang bikin Lolita tak nyaman. Lolita didekati Kapten Juan Ramon. Ia juga didekati Zorro—yang berbeda dengan Don Diego dan mampu menarik hati Lolita.
Di ujung cerita, keluarga Lolita dipenjara. Zorro mampu mengajak tentara untuk membantu perjuangannya, sukses mengalahkan komplotan Romano, dan berhasil memenangkan hati Lolita. Ia membongkar sendiri identitas aslinya, yang membuat Lolita bahagia sebab pujaan hatinya selama ini ternyata Don Diego—bukan sosok pahlawan yang fiktif belaka.
Pelopor Swashbuckler
The Mark of Zorro mendapat reputasi sebagai pelopor banyak hal. Selain dijuluki sebagai film superhero pertama, ia juga berstatus sebagai film swashbuckler pertama yang memicu kemunculan film-film swashbuckler selanjutnya dan akhirnya memopulerkan genre swashbuckler itu sendiri.
Dalam Swordsmen of the Screen: From Douglas Fairbanks to Michael York (2013), Jeffrey Richards menjelaskan bahwa genre swashbuckler berangkat dari arketipe pahlawan dalam literatur Eropa.
Satu atau sekelompok protagonis (pria) digambarkan sebagai orang yang menjunjung tinggi idealisme khas seorang ksatria, memegang pedang sebagai senjata, dan melakukan aksi pertempuran dengan para antagonis secara akrobatis.
Alur ceritanya kerap mengandung peristiwa historis nyata. Moralitas yang diusung jelas, atau dalam kata lain, hitam-putih. Kebenaran diwakili si pendekar, sedangkan kejahatan diwakili musuhnya yang bertindak zalim.
Swashbuckler sering pula menampilkan sosok perempuan yang menjalin hubungan romansa dengan si protagonis, dan dalam satu titik ia berada dalam situasi berbahaya sehingga mendorong lahirnya aksi heroik si protagonis. Istilahnya: “damsel in distress”.
Zorro tampil di setidaknya 10 film layar lebar karena berhasil menjadi salah satu ikon genre swashbuckler. Contoh lainnya adalah trio Athos, Porthos, dan Aramis yang diangkat ke film The Three Musketeers (1921). Ikon legendaris lain, yang juga diperankan Fairbanks dalam versi layar lebar, adalah Robin Hood (1922).
Sumber Inspirasi Batman
Zorro boleh berbangga sebab di antara ikon swashbuckler lain ia punya prestasi khusus: menjadi inspirasi seniman buku komik dalam membentuk karakter superheronya. Superhero yang dimaksud juga bukan yang sampingan, melainkan dua tokoh utama di penerbit DC Comic: Batman dan Superman.
Blair Davis dalam Movie Comics: Page to Screen/Screen to Page (2017) menulis bagaimana karakter Batman diciptakan Bob Kane dan Bill Finger dengan menjiplak karakteristik Zorro di film The Mark of Zorro.
Batman dan Zorro sama-sama pahlawan bertopeng yang berpakaian serta berjubah serba hitam saat berhadapan dengan kriminal maupun pejabat korup. Dua-duanya juga menyembunyikan identitas diri yang sebenarnya, dan seorang pria yang memiliki kemampuan bela diri yang atletis serta akrobatis.
Di dalam komik, Bruce Wayne diceritakan sebagai anak yatim piatu karena ayah dan ibunya ditembak seorang perampok, di sebuah gang gelap, usai ketiganya menonton film. Film yang mereka tonton tak lain adalah The Mark of Zorro. Berkat tragedi itulah Bruce dewasa bertekad memerangi kriminalitas Kota Gotham dengan menjadi Batman.
Sempat ada perdebatan mengenai film Zorro yang mana yang sebenarnya dilihat Bruce dan kedua orang tuanya.
Menurut Alan Grant, yang menulis cerita Batman sepanjang 1980-an hingga 2000-an, film yang ditonton adalah The Mark of Zorro versi tahun 1920. Namun buku komik The Dark Knight Returns (1986) yang ditulis Frank Miller memunculkan versi lain bahwa yang ditonton adalah The Mark of Zorro tahun 1950 yang dibintangi Tyrone Power, bukan Fairbanks.
Perdebatan ini tak pernah jadi persoalan besar. Perbedaan cerita dalam tiap buku komik baru adalah persoalan biasa. Satu hal yang pasti: Bill Finger adalah pengagum sosok Zorro. Dan Zorro sering digambarkan sebagai pahlawan masa kecil serta salah satu sumber pembentuk kepribadian Bruce Wayne.
Editor: Ivan Aulia Ahsan