Menuju konten utama
Informasi Kesehatan

Tanda-tanda Empty Nest Syndrome dan Cara Mengatasinya

Berikut tanda-tanda empty nest syndrome atau perasaan hampa yang mendalam dan cara mengatasinya.

Tanda-tanda Empty Nest Syndrome dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Empty Nest Syndrome. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Bagi orang tua yang anak-anaknya sudah harus pergi meninggalkan rumah, mungkin akan mengalami empty nest syndrome.

Empty nest syndrome, menurut Psychology Today, mengacu pada perasaan tertekan serta emosi rumit lainnya yang sering dialami orang tua ketika anak mereka meninggalkan rumah.

Empty nest syndrome ini bukanlah gangguan atau diagnosis klinis.

Dikutip situs Very Well Family, sindrom ini lebih mengacu pada perasaan sedih dan kehilangan yang dialami beberapa orang tua saat anak terakhirnya meninggalkan rumah keluarga.

Orang tua dengan empty nest syndrome ini akan merasakan kehampaan yang dalam. Ia seringkali merasa ada yang hilang dalam hidupnya.

Beberapa orang tua yang salah satu pasangannya mengalami sindrom ini, seringkali akan mengalami konflik dengan pasangannya itu.

Jika konflik ini terjadi, maka rasa sepi dan merasa ditinggalkan itu akan semakin bertambah.

Tanda-Tanda Empty Nest Syndrome

Berikut adalah beberapa tanda dari orang tua yang mengalami empty nest syndrome.

1. Merasa kehilangan tujuan hidup.

Wajar jika Anda, sebagai orang tua, merasa kesepian dan kehilangan tujuan hidup, jika anak-anak yang sebelumnya meramaikan kehidupan Anda, satu-persatu pergi meninggalkan rumah.

Jika sebelumnya Anda melakukan banyak aktivitas bersama anak-anak, maka ketika mereka pergi, Anda terpaksa harus melakukan berbagai aktivitas sehari-hari sendirian, atau hanya bersama pasangan.

Ini adalah masa transisi yang tidak mudah. Namun, kabar baiknya, Anda bisa memanfaatkan masa ini untuk fokus pada hidup Anda sendiri, dan fokus pada berbagai aktivitas yang benar-benar membahagiakan diri Anda.

2. Frustasi karena merasa kehilangan kontrol atas sesuatu atau seseorang.

Ketika anak-anak masih di rumah, Anda terbiasa memberi aturan kepada mereka, misalnya membangunkan mereka untuk sekolah atau memberi aturan jam tidur.

Namun, ketika mereka sudah mandiri dan meninggalkan rumah, Anda tidak bisa lagi menerapkan aturan-aturan itu kepada seseorang. Inilah yang membuat Anda frustasi.

Oleh karena itu, Anda harus yakin dan percaya bahwa anak-anak masih membutuhkan Anda. Namun, harus menyadari juga bahwa peran Anda kini cukup menjadi seorang penasehat, atau advisor, bukan lagi orang yang memberi instruksi atau larangan pada anak-anak Anda.

3. Muncul emosi-emosi negatif dan perasaan tertekan.

Ketika mengalami empty nest syndrome, maka sangat mungkin Anda akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti:

  • Sedih karena anak Anda telah tumbuh dewasa;
  • Marah pada diri sendiri karena tidak selalu ada untuk mereka di masa lalu;
  • Khawatir tentang kondisi pernikahan Anda;
  • Khawatir karena akan bertambah tua;
  • Frustasi karena pada fase hidup ini, Anda tidak berada di tempat yang dibayangkan sebelumnya.
4. Merasa kesulitan untuk fokus kembali pada pernikahan dan pasangan Anda sendiri.

Selama anak-anak ada di rumah, fokus Anda dan pasangan selalu pada anak-anak, bukan pada pernikahan Anda.

Akibatnya, ketika anak-anak sudah pergi, Anda, mau tidak mau, menjadi fokus pada pasangan dan pernikahan.

Anda mungkin akan kebingungan harus melakukan apa dengan pasangan, tanpa anak-anak ada di sekitar Anda.

Oleh karena itu, momen transisi ini, juga menjadi tantangan bagi Anda dan pasangan untuk terkoneksi kembali sebagai pasangan yang terikat dalam pernikahan.

5. Merasa gelisah dan selalu khawatir tentang kondisi anak-anak.

Sebagai orang tua sangat wajar jika khawatir pada kondisi anak-anak Anda. Namun, jika selalu merasa khawatir dan berlebihan merespons rasa khawatir Anda, maka ini yang menjadi tidak wajar.

Belajarlah untuk percaya pada anak-anak Anda. Lihatlah fase ini sebagai momen bagi anak-anak untuk bisa melebarkan sayap mereka, dan mempraktikkan berbagai ilmu kehidupan yang sudah Anda ajarkan kepada mereka.

8 Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome

Tidak mudah untuk mengatasi sindrom ini. Namun, Anda harus belajar mengatasi empty nest syndrome ini agar tidak mengganggu hidup Anda dan anak-anak.

Berikut adalah beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan, seperti dilansir dari WebMD.

  1. Pertama-tama Anda harus menerima bahwa apa yang Anda rasakan itu, adalah hal yang normal.
  2. Pertimbangkan untuk memulai karier baru atau memulai pekerjaan paruh waktu jika Anda belum pernah bekerja.
  3. Cobalah untuk mengikuti berbagai kursus terjadwal yang sesuai dengan passion Anda, yang mungkin selama ini tidak pernah terpikirkan, misalnya mulai mengikuti kursus gitar, kursus melukis, atau kursus menari.
  4. Cobalah hobi baru atau lakukan hal-hal menyenangkan yang sebelumnya harus Anda tunda saat merawat anak-anak di rumah, semisal mencoba berbagai resep baru, memulai kegiatan berkebun.
  5. Bisa juga mencoba ikut berbagai kegiatan sosial, atau menjadi relawan untuk organisasi-organisasi kemanusiaan yang sesuai dengan apa yang Anda pedulikan, misalnya ikut dalam organisasi di gereja, masjid, atau kegiatan bakti sosial di lingkungan rumah Anda.
  6. Anda bisa menggunakan teknologi untuk tetap terhubung dengan anak-anak, jadi tidak perlu resah dan gelisah merasa tidak bisa lagi terkoneksi dengan anak-anak Anda.
  7. Sadarilah bahwa peran Anda sebagai orang tua telah berubah, bukan berakhir. Saat ini Anda hanya menjadi seorang penasehat, bukan pengawas anak-anak.
  8. Satu hal terakhir yang sangat penting, jangan mengalihkan perasaan kehilangan atau kesedihan ke hal-hal buruk, semisal ke alkohol, atau hal-hal yang merugikan diri Anda dan keluarga.

Baca juga artikel terkait SYNDROME atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno