Menuju konten utama

Tak Ada Serangan Teroris pada 2023, Tapi Angka Radikalisasi Naik

Menurut Menkopolhukam, Hadi Tjahjanto, terjadi tren peningkatan proses radikalisasi terorisme di kalangan perempuan, anak, dan remaja.

Tak Ada Serangan Teroris pada 2023, Tapi Angka Radikalisasi Naik
Menko Polhukam Hadi Tjahjanto (kanan) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) memberikan keterangan saat konferensi pers usai penandatanganan berita acara serah terima dan penetapan status penggunaan aset properti di Jakarta, Jumat (5/7/2024). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nym.

tirto.id - Menkopolhukam, Hadi Tjahjanto, mengungkapkan pencapaian paling menonjol BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) adalah tidak serangan berbasis terorisme pada tahun 2023, serta selama pelaksanaan Pemilihan Umum 2024 berjalan aman dari aksi terorisme.

Menurut Hadi, keberhasilan tersebut tidak lepas dari upaya BNPT dalam mengimplementasikan konsep pentahelix sebagai grand strategy penanggulangan terorisme dengan melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas/masyarakat, juga media.

“Meskipun begitu, menurunnya angka terorisme bukan berarti Indonesia sudah sepenuhnya terbebas dari ancaman terorisme,” kata Hadi saat memberi sambutan dalam Acara Syukuran HUT ke-14 BNPT dan Peresmian Museum Nasional Penanggulangan Terorisme di Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7/2024).

Meski demikian, Hadi memberi catatan yang ia kutip dari data I-Khub BNPT dan hasil penelitian Setara Institute tahun 2023, terjadi tren peningkatan proses radikalisasi terorisme di kalangan perempuan, anak, dan remaja.

"Ini menjadi perhatian kita semua, dan menjadi pekerjaan rumah dalam mewujudkan visi Indonesia Emas," ujarnya.

Hadi mengapresiasi kinerja BNPT yang mengalami kemajuan pesat dalam upayanya menanggulangi terorisme. Terutama saat Pemilu, BNPT berhasil mencegah kekerasan dan potensi aksi terorisme.

“Selama 14 tahun terakhir, BNPT telah menunjukkan dedikasi dan komitmen yang luar biasa dalam pencegahan, penanggulangan, dan pemberantasan terorisme di Indonesia,” katanya.

Ia menegaskan agar motto “Gelorakan Anti Kekerasan” tidak hanya menjadi slogan, tetapi menjadi kewajiban dan pengingat seluruh elemen bangsa untuk bertindak.

“Tentu kita menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan keberanian, keuletan, kebijaksanaan, dan tentunya kerja sama seluruh pihak untuk menjalankan tugas ini dengan baik,” kata Hadi.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Hukum
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Irfan Teguh Pribadi