Menuju konten utama

Tahan Penurunan Populasi, Vaksin Pertama Lebah Madu Diluncurkan

Lebah merupakan hewan yang sangat krusial bagi proses penyerbukan, namun populasinya terus berkurang.

Tahan Penurunan Populasi, Vaksin Pertama Lebah Madu Diluncurkan
Ilustrasi lebah. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Awal Januari lalu, vaksin yang diperuntukkan untuk lebah madu akhirnya disetujui oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat. Vaksin ini adalah vaksin pertama di dunia yang diciptakan untuk mempertahankan jumlah koloni lebah madu.

Vaksin yang diproduksi oleh Dalan Animal Health, perusahaan bioteknologi akan digunakan untuk membantu memerangi penyakit American Foulbrood pada lebah.

Vaksin ini berfungsi dengan mengintegrasikan beberapa bakteri busuk ke dalam royal jelly. Zat ini kemudian diumpankan ke ratu oleh lebah pekerja. Ratu menyerap bakteri dan sebagian vaksin ditransmisikan ke ovarium. Larva lebah yang tumbuh kemudian mengembangkan kekebalan saat menetas. Penelitian Dalan menyimpulkan bahwa prosedur ini akan menurunkan tingkat kematian akibat penyakit American Foulbrood.

"Jika kami dapat mencegah infeksi di sarang lebah kami, kami dapat menghindari perawatan yang mahal dan memfokuskan energi pada elemen penting lainnya dalam menjaga kesehatan lebah," kata Tauzer Apiaries, anggota dewan Asosiasi Peternak Lebah Negara Bagian California.

Hampir sepertiga makanan di Amerika Serikat mulai dari labu, apel, melon, blueberry, membutuhkan lebah madu untuk berkembang. Namun, peternak lebah AS kehilangan hampir 40% koloni lebah madu mereka pada musim dingin 2019.

Beberapa hari lalu, Uni Eropa juga mengumumkan akan diterapkannya "Buzz Lines", sebuah kerangka kerja yang akan mengatur koridor ekologi untuk polinator (serangga yang menjadi sarana penyerbukan tanaman).

Satu dari tiga spesies lebah, kupu-kupu, dan lalat terbang dikatakan menghilang di seluruh UE. Hal ini menjadi peringatan bagi anggota Uni Eropa untuk mulai bertindak.

Penurunan jumlah lebah memiliki banyak penyebab, termasuk penurunan keanekaragaman tanaman, praktik perlebahan yang buruk, dan hilangnya habitat. Pestisida juga melemahkan sistem kekebalan lebah dan dapat membunuh mereka.

Padahal, hampir 90% tanaman liar dunia bergantung pada penyerbukan hewan, dan sebanyak 75% -nya adalah tanaman sumber pangan, seperti padi, gandum, singkong, kedelai dan lain sebagainya.

“Serangga apapun itu sangat sensitif terhadap lingkungan. Peningkatan suhu dan kelembaban berpengaruh bagi hidup mereka,” ungkap ujar Miftahul Ajri, S.P, M.Sc, dosen Pertanian UPN Veteran Yogyakarta.

Memang ada spesies penyerbuk selain lebah antara lain tawon, semut, kupu-kupu, kumbang, dan ngengat. Namun, lebih memiliki kemampuan yang lebih sebagai penghantar terjadinya penyerbukan.

“Makanan serangga penyerbuk itu ada 2, yaitu hektar, sebagai sumber gula, yang diambil dari bunga, dan pollen sebagai sumber protein,” ujar Ita.

Ia menjelaskan, lebah cukup unik dibandingkan serangga penyerbuk yang lain karena ia punya organ di bagian tungkai kaki yang dapat menampung pollen cukup banyak, dibandingkan serangga lain yang hanya menempel saja. Jadi, lebah merupakan hewan yang sangat krusial bagi proses penyerbukan.

“Hampir semua tanaman 80% proses penyerbukannya dibantu oleh serangga. Maka jika populasi penyerbuk menurun, proses penyerbukan juga terganggu dan itu berpengaruh pada ketersediaan pangan manusia.”

PANEN MADU DI TASIKMALAYA

Dede Yanti (41), memanen hasil budidaya lebah madu di Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (4/11/2019). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.

Daftar IUCN (International Union for Consevation of Nature) menunjukkan bahwa sebanyak 24% spesies lebah Eropa sekarang terancam punah, meskipun bernilai £690 juta (12,8 miliar rupiah) per tahun bagi perekonomian Inggris.

Fragmentasi habitat umumnya dianggap sebagai faktor terpenting yang mendorong penurunan jumlah lebah, tetapi perubahan iklim memiliki peran yang semakin besar dalam kematian mereka.

Hellen Briggs mengatakan pada BBC, jumlah serangga telah turun setengahnya di beberapa bagian dunia karena perubahan iklim dan pertanian intensif.

Tekanan gabungan dari pemanasan global dan pertanian mendorong “penurunan substansial” serangga di seluruh dunia, menurut para peneliti Inggris.

Peneliti utama, Dr Charlie Outhwaite dari UCL (London’s Global University), mengatakan, “Hilangnya populasi serangga tidak hanya berbahaya bagi lingkungan alam, tetapi juga bagi kesehatan manusia dan ketahanan pangan, terutama dengan hilangnya penyerbuk.”

Ia menambahkan, “Temuan kami menyoroti urgensi tindakan untuk melestarikan habitat alami, memperlambat perluasan pertanian dengan intensitas tinggi, dan mengurangi emisi untuk mengurangi perubahan iklim.”

Dalam studi terbaru, para peneliti mengumpulkan data tentang jangkauan dan jumlah hampir 20.000 spesies serangga, termasuk lebah, semut, kupu-kupu, belalang, dan capung, di sekitar 6.000 lokasi berbeda.

Di daerah dengan intensitas pertanian tinggi dan pemanasan yang substansial, jumlah serangga telah turun hingga 49% dan spesies lain sebesar 27%. Penuruan ini lebih banyak dibandingkan dengan tempat yang relatif tidak tersentuh menurut jurnal ilmiah Nature.

Para peneliti mengatakan perlunya menyisihkan lahan untuk alam menciptakan tempat berlindung bagi serangga, yang membutuhkan naungan untuk bertahan hidup dalam cuaca panas

“Pengelolaan area pertanian yang hati-hati, seperti melestarikan habitat alami di dekat lahan pertanian, dapat membantu memastikan bahwa serangga yang vital masih dapat berkembang biak,” kata Dr Tim Newbold, juga dari UCL.

INfografik Pelestarian Lebah

INfografik Pelestarian Lebah. tirto.id/Ecun

Upaya Pelestarian Lebah

Di Inggris, penurunan jumlah populasi lebah membuat pemerintah kota Leicester tergerak melakukan sesuatu. Sejak musim panas 2021 lalu, pemerintah kota Leicester bekerjasama dengan perusahaan Clear Channel menciptakan The Living Roofs.

Mereka menanam bunga asli yang ramah-lebah di atap halte bus dengan tujuan menciptakan jaringan transportasi paralel untuk serangga dan mendukung populasi mereka.

Saat ini sudah ada 30 halte bus lebah di Leicester, 18 di kota Derby, dan lebih banyak lagi di kota-kota lain. Secara keseluruhan, Clear Channel akan merenovasi dan memperbarui 479 halte bus di seluruh Leicester tanpa biaya kepada dewan kota.

The Living Roofs merupakan program menanam campuran bunga liar yang ramah pollinator (penyerbuk) dan sedum (tanaman sukulen yang juga dikenal sebagai stonecrop). The Living roof juga dilengkapi dengan panel surya dapat membantu mengelola penggunaan energi dan menurunkan jejak karbon kota.

Sebelumnya pada awal tahun 2021, kota Leicester telah mengambil langkah untuk memastikan populasi lebah yang sehat. Sebanyak 24 sekolah telah meluncurkan Polli: Nation for the Next Generation, sebuah proyek untuk membuat area luar ruangan mereka lebih menarik bagi penyerbuk.

Selain di Inggris, tahun 2019, Kota Utrech di Belanda juga sudah menutup 316 atap halte bus mereka dengan bunga dan tananam sedum sebagai hadiah untuk lebah madu.

Taman di atap halte tersebut tak hanya mendukung keanekaragaman hayati juga membantu menyerap partikel debu atau polutan dan berguna untuk menampung air hujan.

Tak hanya itu, menambahkan tanaman di ruang kota memiliki banyak manfaat lainnya, seperti mengurangi polusi suara, mengurangi stres, memperindah dan menyejukkan udara kota, menyerap karbon, dan meningkatkan kualitas udara. Halte bus tersebut juga dilengkap LED lampu dan bangku-bangku yang terbuat dari bambu.

Hidup Berdampingan dengan Lebah

Sementara itu, di Indonesia, Riset Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) tahun 2020, penurunan populasi lebah di Indonesia dialami oleh 57 % responden, yang berasal dari 272 peternak lebah yang tersebar berbagai pulau Indonesia.

Menurut Ita, meski belum ada penelitian mengenai populasi lebah yang menurun di Indonesia, namun banyak survei menyatakan serangga penyerbuk di Indonesia dan global mengalami penurunan. “Hal ini dikarenakan deforestasi hutan, tidak lagi tersedia habitat yang layak dan sumber makanan bagi serangga penyerbuk,” ungkapnya.

Untuk mengembalikan ekosistem lebah dan penyerbuk, maka penting untuk menyediakan habitat dan makanan bagi mereka. “Di bidang pertanian, saat ini sudah dikembangkan lanskap pertanian yaitu tanaman refugia, tanaman yang berfungsi sebagai tempat perlindungan (pengungsi) dan pakan alami serangga.”

Jadi tanaman refugia berupa tanaman bunga dengan warna mencolok, seperti bunga matahari, kenikir, marigold, atau sayuran seperti kacang panjang, yang ditanam di sekitar tanaman pertanian. Fungsinya sebagai habitat dan sumber nutrisi bagi serangga penyerbuk.

Selain itu, perlu adanya pengurangan atau peniadaan penggunaan pestisida dalam pertanian karena pestisida bukan hanya membasmi hama, tetapi juga akan membunuh serangga penyerbuk.

Menurut Ita, agar populasi lebah dan serangga penyerbuk stabil untuk ekosistem, penting bagi kita, untuk menanam bunga-bunga di sekitar rumah, yang akan menyediakan nektar dan pollen bagi lebah.

Menormalisasi hidup berdampingan dengan lebah dan juga serangga lainnya sebagai bagian dari kehidupan yang memiliki andil dalam hidup kita juga perlu terus dilakukan.

“Kita perlu mengubah mindset kita, bahwa lebah ialah sahabat manusia, jadi jangan takut jika menemukan sarang lebah, tak perlu dirusak, karena mereka tidak mengganggu,” tutup Ita.

Baca juga artikel terkait POPULASI LEBAH atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Lilin Rosa Santi