tirto.id - Calon Wakil Gubernur Jakarta, Suswono, mengungkapkan bahwa warga Jakarta mengalami tekanan hidup atau stres nomor sembilan tertinggi di dunia. Dia menyebut kota paling stres nomor satu di dunia adalah Mumbai.
"Sekarang ini, Jakarta dikenal sebagai kota terstres di dunia nomor sembilan, nomor satunya Mumbai," kata Suswono dalam dialog publik di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).
Suswono menyebut ada sejumlah masalah yang dialami masyarakat Jakarta yang berkaitan dengan kesehatan Jiwa. Oleh karenanya, dia berharap jika terpilih kelak, kebutuhan dasar warga Jakarta tidak hanya dipenuhi yang secara fisik namun juga unsur kesehatan jiwa.
"Salah satu dari kebutuhan dasar manusia tidak hanya fisik dan ilmu dan akal, tapi juga jiwa yang berkaitan dengan persoalan seni dan budaya," tutur dia.
Ia menjelaskan bahwa saat ini pusat kesenian dan budaya yang ada di Jakarta seperti Taman Ismail Marzuki mulai ditinggalkan oleh anak muda. Dia mengenang masa mudanya di mana banyak kawannya banyak menggandrungi teater dan seni, salah satunya Teater Koma.
"Kan sekarang ini, banyak anak-anak muda saat ini, boleh dikatakan, jauh," ucap dia.
Dalam penjelasannya, Suswono berargumen bahwa festival kesenian ibarat panen raya yang dilakukan oleh petani. Oleh karenanya, untuk mencapai panen raya perlu ada benih-benih terbaik yang ditanam agar bisa disemai di kemudian hari.
Selanjutnya, untuk bidang seni perlu ada pendidikan bagi anak muda yang dilakukan sejak dini.
"Maka dimulai dari benih-benih yang sudah disiapkan, saya kira itu tamsil yang menarik sekali, mudah-mudahan pendidikan kita bisa memasukkan dalam kurikulum, dalam konteks ini adalah kebudayaan," jelas dia.
Politikus senior PKS itu berharap jika terpilih bersama Ridwan Kamil dalam Pilkada 2024, pesan dan amanat yang disampaikan Dewan Kesenian Jakarta dapat terealisasikan dengan baik.
"Pada saat Allah takdirkan kami berdua memimpin Jakarta ini, kami bisa merealisasikan apa yang menjadi harapan khususnya dari stakeholder DKJ ini," pungkas pasangan Ridwan Kamil itu.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fahreza Rizky