tirto.id - Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik, Dedi Kurnia Syah Putra menilai, ada indikasi Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh kecewa dan kemudian mengemukakan Indonesia negara kapitalis usai mengisi Kuliah Umum di Universitas Indonesia, Rabu kemarin.
Dedi mengatakan, pernyataan Surya Paloh terkait Indonesia negara kapitalis liberal, bisa jadi benar dari sisi konten. Hanya saja, jika dipandang dari sisi politis, kata Dedi, sikap tersebut merupakan pembuka dari keberpihakan Surya Paloh terhadap oposisi.
"Dengan statement itu secara tidak langsung Surya Paloh mendeklarasikan kritik kepada Presiden [Jokowi] sekaligus memberikan warning di masa depan NasDem dan Surya Paloh akan menyerukan kritik lainnya," kata dia kepada wartawan Tirto, Kamis (15/8/2019).
Menurut dia, tidak berlebihan bila ungkapan Surya Paloh soal Indonesia negara kapitalis dialamatkan kepada mitra koalisinya PDIP. Namun, Dedi menilai sikap itu sebagai tanda bahwa Nasdem tidak harmonis dengan partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
"Kondisi yang tidak harmonis itu semakin menguat, dan begitulah Surya Paloh memilih berpolitik dengan cara yang keras," kata dia.
Dedi mengatakan, kondisi di Indonesia hingga hari ini menjadi anomali, sering kali, kata Dedi, Indonesia disebut sebagai republik. Namun, faktanya tidak sepenuhnya konsep dan model pemerintahan dijalankan dengan cara-cara republik.
"Begitu juga soal sistem politik, kita anut demokrasi, padahal hanya sebagian saja yang dipraktikkan. Jika hendak menilai secara leluasa, Indonesia menerapkan sistem multiplatform, dalam membangun ekonomi mungkin benar lebih banyak dijalankan cara-cara kapital dan liberal," kata dia.
Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh menyebut Indonesia telah menganut sistem kapitalis yang liberal meskipun bangsa ini cenderung malu untuk mengakuinya.
“Kita ini malu-malu kucing untuk mendeklarasikan Indonesia hari ini adalah negara kapitalis, yang liberal, itulah Indonesia hari ini," kata Surya di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).
Menurut Surya Paloh, bangsa ini selalu mendeklarasikan negara Pancasila padahal sesungguhnya sistem yang dianut adalah kapitalis liberal.
“Ngomong Pancasila, mana itu Pancasila. Tanpa kita sadari juga, kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis,” katanya.
Sistem negara kapitalis liberal ini, menurut Surya, sangat jelas terlihat saat ada kompetisi dalam negara ini. Namun tak jelas kompetisi apa yang dimaksud Surya Paloh.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto