tirto.id -
“Ngomong Pancasila, mana itu Pancasila. Tanpa kita sadari juga, kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis,” katanya.
Sistem negara kapitalis liberal ini, menurut Surya, sangat jelas terlihat saat ada kompetisi dalam negara ini. Namun tak jelas kompetisi apa yang dimaksud Surya Paloh.
Kompetisi pun dijadikan objek untuk mengumpulkan pundi-pundi uang lantaran hal pertama yang ditanyakan adalah ‘wani piro’. Itu artinya, lanjut Surya, jelas saat ini yang berkuasa bukan lagi pengetahuan tetapi uang.
“Ketika kita berkompetisi, wani piro [berani bayar berapa]. Saya enggak tahu lembaga pengkajian UI ini sudah mengkaji wani piro itu saya enggak tahu, prakteknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power,” kata Surya.
Surya menyayangkan tak ada satu pun lembaga peneliti, lembaga ilmiah hingga pengamat yang memperhatikan sistem kapitalis liberal yang tengah terjadi di Indonesia. Ia pun heran Pancasila masih saja terus menerus dibicarakan, padahal yang terjadi sesungguhnya adalah masyarakat tak sadar telah masuk ke dalam sistem kapitalis liberal.
“Eh you tahu gak bangsa kita ini adalah bangsa kita ini bangsa yang kapitalis hari ini, you tau gak bangsa kita ini bangsa yang sangat liberal hari ini,” pungkas Surya.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Maya Saputri