tirto.id - Hasil riset dari Setara Institute menyatakan, Jakarta masuk dalam daftar kota terburuk dalam kategori toleran. Pasalnya, Jakarta menduduki peringkat ke 92 dari 94 kota yang masuk dalam daftar survei. Angka toleran di Jakarta juga sangat rendah, dengan perolehan skor 2.880.
"Penyebabnya macam-macam," ujar Ketua Setara Insitute Hendardi di Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018) sore.
Menurut dia, rendahnya tingkat toleransi di Jakarta disebabkan oleh statusnya sebagai kota pusat kekuasaan dan pemerintahan. "Sehingga semacam dinamika politik juga ada di sini. Karena itu juga yang menyebabkan Jakarta tidak mudah menjadi kota yang toleran," paparnya.
Hendardi menyatakan, menurunnya kadar toleransi Jakarta juga disebabkan oleh Pilkada DKI 2017 dan Pemilihan Presiden 2019.
Sebagaimana diketahui, Pilkada DKI diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Sementara Pilpres 2019 diikuti oleh pasangan Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga.
"[Itu] sangat berpengaruh dalam hal ini. Belum lagi beberapa reuni [212], ini juga berpengaruh," ujarnya lagi.
Apalagi, kata dia, setiap kegiatan tersebut menimbulkan praktik kekerasan yang sifatnya menyentuh identitas keagamaan dan kesukuan. Oleh karena itu, ia menilai penting peran masyarakat, khususnya elit politik dalam menjaga toleransi.
"Elit politik menjadi kunci itu [menjaga toleransi]. Karena itu, saya kira peran kita semua termasuk media untuk menghentikan tindakan elit politik melakukan politik identitas demi kepentingan politiknya," kata Hendardi menekankan.
Hasil riset Setara Institute menunjukan Jakarta berada di posisi ketiga terbawah dalam Indeks Kota Toleran, bersama Banda Aceh di posisi 93 dan Tanjung Balai di posisi 94.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto