tirto.id - Kesepian bisa sangat menakutkan dan tidak hanya terbatas untuk orang tua. Pada orang yang berusia lebih muda, ternyata juga sering mengalami kesepian.
Sebuah studi terbaru berjudul 'Loneliness around the world: Age, gender, and cultural differences in loneliness‘ (Kesendirian di seluruh dunia di lihat dari perbedaan usia, jenis kelamin, dan budaya dalam kesepian) yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences memberikan penjelasan kesepian dari berbagai aspek.
Menurut studi tersebut, dalam beberapa tahun terakhir, kesepian telah memengaruhi kesehatan mental dan ekonomi masyarakat secara negatif.
Studi ini berisi informasi dari hampir 55.000 orang berusia antara 16 hingga 99 tahun yang diambil dari 237 negara, pulau dan wilayah persatuan.
“Berlawanan dengan apa yang orang harapkan, kesepian bukanlah keadaan sulit yang unik bagi orang yang lebih tua. Bahkan, orang yang lebih muda melaporkan perasaan kesepian yang lebih besar," kata Profesor Manuela Barreto dari University of Exeter, Inggris, seperti dilansir dari Indian Express, Jumat (12/6/2020).
Manuela mengatakan, hal itu terjadi karena kesepian berasal dari pengertian bahwa koneksi sosial seseorang tidak sebagus yang diinginkannya.
"Ini mungkin disebabkan oleh harapan yang berbeda yang dimiliki oleh orang muda dan orang tua. Pola usia yang kami temukan tampaknya berlaku di banyak negara dan budaya,” tambah Manuela yang menjadi penulis pertama studi ini.
Berikut ini beberapa temuan utama yang disampaikan dari hasil penelitian tersebut:
- Orang yang lebih muda melaporkan lebih banyak kesepian daripada orang berusia setengah baya.
- Setengah baya melaporkan lebih banyak kesepian daripada orang tua.
- Pria melaporkan lebih banyak kesepian daripada wanita.
- Orang-orang di negara-negara individualistis (versus kolektivis) melaporkan lebih banyak kesepian.
- Usia, jenis kelamin, dan budaya berinteraksi untuk memprediksi kesepian.
Studi penelitian ini terdiri dari berbagai pertanyaan seputar pertemanan, isolasi, pemahaman harga diri, perasaan dan para peserta menjawab dari skala satu hingga lima.
“Budaya individualistis menempatkan nilai tinggi pada kemandirian dan dikaitkan dengan jaringan sosial yang longgar, terutama didominasi oleh hubungan yang dipilih. Budaya kolektivis mendorong saling ketergantungan dan terpola oleh jaringan sosial yang lebih ketat, didominasi oleh keluarga dan anggota ingroup lainnya," demikian penjelasan dari jurnal tersebut.
Kedua jenis budaya tersebut, lanjutnya, mengandung risiko terhadap sosialitas, mereka cenderung dikaitkan dengan kebutuhan sosial yang tinggi dalam masyarakat kolektivis dan kontak sosial yang rendah dalam masyarakat individualistis, yang keduanya memengaruhi kesesuaian antara hubungan ideal dan aktual.
Studi ini juga menyarankan bahwa usia, jenis kelamin dan budaya berinteraksi untuk memprediksi kesepian, meskipun interaksi tersebut tidak memenuhi syarat efek utama, dan hanya menonjolkan mereka.
Hasilnya ditemukan bahwa yang paling rentan terhadap kesepian adalah pria berusia lebih muda yang hidup dalam budaya individualistis.
Editor: Agung DH