Menuju konten utama

Studi: Kesepian Sama Mematikannya dengan Merokok 15 Batang per Hari

Studi menemukan, kesepian sama mematikannya dengan merokok 15 batang per hari.

Studi: Kesepian Sama Mematikannya dengan Merokok 15 Batang per Hari
Ilustrasi kesepian. foto/istockphoto

tirto.id - Kesepian dan kesendirian jamak dirasakan setiap orang, di tengah keramaian kota sekalipun. Emosi dari kesepian ini berkontribusi besar dalam penurunan kebahagiaan individu.

Kesepian sering dikaitkan pada kondisi fisik maupun emosional yang tidak menguntungkan. Kesepian berbeda dengan “menyendiri”. Kesepian di sini merujuk pada frekuensi kontak sosial dan keintiman yang dimiliki individu dengan sekitarnya.

Kesepian merujuk pada perasaan terisolasi, seperti perasaan dan emosi orang yang dibuang.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh US National Library of Medicine National Institutes of Health menemukan, kesepian sama mematikannya dengan merokok 15 batang per hari. Seseorang yang mengalami kesepian tidak memiliki siapapun bersamanya. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko adanya disfungsi biologis, tekanan psikologis, dan masalah perilaku.

Studi ini melibatkan lebih dari 300.000 orang dewasa. Orang yang kesepian 50 persen lebih mungkin meninggal sebelum waktunya daripada mereka yang memiliki hubungan sosial yang sehat.

Dilansir Medical News Today, Profesor Julianne Holt Lunstad, Ph.D., yang terlibat dalam penelitian ini menyatakan bahwa angka tersebut sangat memprihatinkan.

“Banyak negara di seluruh dunia sekarang menyarankan kita untuk bertarung menghadapi ‘epidemi kesepian’ “ katanya.

Kesepian juga bisa berpotensi depresi di usia tua yang dapat memicu pikiran-pikiran bunuh diri, alzheimer, dan demensia. Selain itu kesepian dapat mengurangi kekebalan tubuh dan masalah kardiovaskuler seseorang yang dapat menyebabkan risiko seseorang terjangkit penyakit kronis seperti jantung.

Pada usia lanjut (60 tahun ke atas) kesepian bahkan berevolusi menjadi sebuah penyakit. Ini tentu menjadi lebih berbahaya mengingat orang tua adalah pihak yang paling rentan mengalaminya.

Sebuah survei yang dilakukan oleh American Association of Retired Person (AARP) menemukan, 35 persen orang dewasa berusia 45 tahun dan lebih tua dapat dikategorikan kesepian.

Pikiran negatif timbulkan kesepian

Dilansir Psychology Today, pikiran negatif menjadi salah satu penyebab utama seseorang mengalami kesepian. Ini karena kebanyakan dari orang-orang yang kesepian lebih memperhatikan sisi negatif dari interasksi sosial seperti sikap ketidaksetujuan atau kritikan yang ditujukan orang lain kepadanya.

Mereka cenderung mengingat hal-hal negatif yang terjadi selama pertemuan dengan orang lain ketimbang hal-hal positif.

Hal ini mengarah pada keputusasaan yang menyebabkan seseorang tidak mengharapkan hal-hal baik berjalan baginya. Setiap kali mereka merasa cemas dalam sebuah pertemuan sosial, mereka akan fokus pada sesuatu yang salah seperti apakah mereka telah membuat kesan yang buruk.

Pentingnya meningkatkan keterampilan sosial

Banyaknya efek buruk dari kesepian membuat para psikolog menciptakan solusi untuk mengatasi epidemi ini. Salah satu caranya yakni meningkatkan keterampilan sosial. Banyak peneliti percaya bahwa kesepian adalah hasil dari kurangnya keterampilan interpersonal seseorang dalam memelihara hubungan.

Seperti yang dikatakan Profesor Lunstad memasukkan keterampilan sosial dalam kurikulum anak sekolah atau menyertakan kondisi keterhubungan sosial dalam skrining medis merupakan sedikit cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi meningkatnya kasus kesepian.

Meningkatkan keterampilan sosial bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti berlatih untuk tidak canggung dalam menerima telepon, memberi dan menerima pujian, hingga berkomunikasi secara positif secara non-verbal.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani