tirto.id - Lentera Hati merupakan salah satu buku karya Quraish Shihab yang berisi hikmah dan kisah kehidupan. Menurut laman Goodreads,Lentera Hati diterbitkan perdana pada tahun 1997 oleh Penerbit Mizan. Buku ini terdiri dari 144 halaman.
Quraish Shihab sangat aktif dalam berdakwah baik di atas mimbar maupun melalui tulisan. Buku-bukunya sering menjadi rujukan dalam memahami agama dan menyemai hati supaya keimanan bertambah. Hingga saat ini Quraish Shihab masih aktif dalam kegiatan-kegiatan Islam.
Sinopsis Buku Lentera Hati
Buku Lentera Hati merupakan buku yang berisi nasihat tentang hikmah dan kisah kehidupan. Judul Lentera Hati dimaknai tersendiri dalam buku ini.
Melansir dari laman Google Books, hati manusia bisa berbalik, persis seperti asal kata hati dalam bahasa Arab, yakni ‘kalbu’ yang berasal dari ‘qalaba’ berarti ‘membalik’.
Hati berpotensi untuk berbolak-balik, sepreti halnya perasaan yang ada di dalam hati: bisa senang dan kemudian bisa menjadi sedih.
Hati memang tidak konsisten kecuali hati yang memeroleh bimbingan cahaya Ilahi. Dalam buku inilah, cahaya Ilahi disebut dengan lentera.
Buku ini berusaha mengajak pembacanya untuk memeroleh hati yang diterangi oleh lentera yang terwujud dalam bimbingan cahaya Ilahi. Tak lain dan tak bukan, dibimbing oleh ajaran Islam.
Cara penyampaian Quraish Shihab dalam Lentera Hati sangatlah hangat. Ia menggunakan bahasa yang lembut dan dengan suka cita menyeru pembacanya dalam kebaikan.
Apalagi saat ini begitu banyak perbedaan yang berpotensi terhadap perpecahan. Bahkan perpecahan di dalam umat Islam cukup berpotensi jika tidak ada pemahaman yang benar mengenai agama Islam.
Quraish Shihab memilih mengambil peran sebagai penengah. Ia berupaya menempatkan agama sebagai hikmah dan teladan yang mulia. Suara sejuk yang ia pilih adalah melalui karya-karyanya yang berfokus pada kedamaian hati.
Lentera Hati berupaya mengajak umat Islam untuk kembali pada ajaran agama Islam yang berfungsi sebagai nasihat. Sebagaimana intisari dalam Al-Qur’an dan As-Sunah yang menasihati umat Islam dengan berbagai perintah dan larangan di dalamnya.
Profil Quraish Shihab
Quraish Shihab merupakan seorang cendekiawan muslim sekaligus dai. Pada 1998, Quraish Shihab diamanahi sebagai Menteri Agama Kabinet Pembangunan VII.
Quraish adalah putra keempat dari 12 bersaudara. Ia lahir di Rappang, 16 Februari 1944. Orang tua Quraish Shihab adalah Bapak Abdurrahman Shihab dan Ibu Asma Aburisyi.
Saat kecil ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang. Saat melanjutkan pendidikan di Malang, ia juga menyantri di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah.
Setelah itu, pada tahun 1958 Quraish berangkat ke Kairo, Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Quraish berhasil memeroleh gelar Lc. yang setara dengan S1 pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al Azhar.
Selesai S1, ia melanjutkan studi di fakultas yang sama lalu pada 1969 ia meraih gelar M.A. Karier Quraish saat kembali ke Indonesia dimulai dengan amanah sebagai Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
Amanah-amanah lain juga ia jalani baik di lingkungan kampus maupun luar kampus. Pada tahun 1980, Quraish Shihab melanjutkan studi S3 di Kairo. Dua tahun setelahnya, Quraish meraih gelar doktor dalam bidang ilmu Al-Qur'an.
Saat kembali ke Indonesia pada 1984, ia ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Quraish mendapat amanah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashbih Al Qur’an Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989).
Saat ini, ia menyibukkan diri untuk menulis artikel, karya buku, dan lain sebagainya. Selain itu, ia juga memimpin Pusat Studi Al-Qur'an, lembaga non-profit yang bertujuan untuk membumikan Al-Qur'an kepada masyarakat yang pluralistik dan menciptakan kader mufasir (ahli tafsir) Al-Qur'an yang profesional.
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Dipna Videlia Putsanra