Menuju konten utama

Singgung Ledakan SMAN 72, Gibran Minta Sekolah Aman Bullying

Gibran menekankan, selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan agar kejadian ledakan di SMAN 72 Jakarta tak terulang.

Singgung Ledakan SMAN 72, Gibran Minta Sekolah Aman Bullying
Gibran Rakabumingraka dalam acara Rakornas Perceptan penurunan Stunting. youtube/WPRI

tirto.id - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung kejadian ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara, saat menghadiri Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting 2025, Rabu (12/11/2025). Meski tidak spesifik menyebut nama, Gibran pun menekankan untuk adanya perhatian khusus agar peristiwa serupa tak terulang.

"Saya titip bapak, ibu, agar kita semua saling peka, saling menjaga, dan juga saling mengingatkan agar kejadian-kejadian yang terjadi kemarin mungkin di SMA di Jakarta tidak terulang kembali," ucap Gibran dalam sambutannya sebagaimana disiarkan dalam YouTube Sekretariat Wakil Presiden, Rabu (12/11/2025).

Menurut Gibran, selain kesehatan fisik, permasalahan kesehatan mental juga perlu diperhatikan. Dia menekankan, sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak.

"Tempat yang bebas bullying," kata Gibran.



Polisi sebelumnya mengungkap sosok siswa berinisial F yang ditetapkan sebagai anak berkonflik dengan hukum terkait kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara. Dia disebut terkenal sebagai siswa yang tertutup.

Kapolda Metro Jaya, Irjen Asep Edi Suheri, menjelaskan, kesimpulan tersebut didapat penyidik setelah memeriksa 16 orang saksi. Pemeriksaan dilakukan kepada keluarga, guru, dan teman sekolah anak berkonflik hukum.

“Dari keterangan yang kami himpun, anak yang berkonflik dengan hukum yang terlibat dikenal pribadi tertutup dan jarang bergaul," kata Asep dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).



Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Imam Imanuddin, menambahkan, memang terdapat sejumlah hal yang memicu anak berkonflik hukum tersebut melakukan aksi peledakan.



Iman menjelaskan, anak berkonflik hukum itu merasa sendiri dan tidak punya tempat untuk berkeluh kesah. Perasaan itu tak hanya dialaminya saat di rumah, tetapi juga di sekolah.

“Dorongannya, di mana yang bersangkutan merasa sendiri kemudian merasa tak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya baik itu di liingkungan keluarga kemudian di lingkungannya itu sendiri, maupun di lingkungan sekolah,” ujar Iman.

Baca juga artikel terkait LEDAKAN DI SMA KELAPA GADING atau tulisan lainnya dari Ayu Mumpuni

tirto.id - Flash News
Reporter: Ayu Mumpuni
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Andrian Pratama Taher