tirto.id - Spesies amfibi baru yang memiliki kebiasaan mengubur kepala di pasir ditemukan di Panama. Makhluk kecil itu diberi nama ilmiah Dermophis donaldtrumpi, sebagai sindiran terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menolak perubahan iklim.
The Guardian melaporkan, EnviroBuild perusahaan yang memenangkan lelang untuk hak penamaan membayar 25 ribu dolar AS pada Rainforest Trust selaku kelompok konservasi nirlaba yang berdedikasi menyelamatkan hutan hujan yang terancam di seluruh dunia.
“Kami membeli hak penamaan untuk caecilian yang hanya bisa melihat terang dan gelap di lelang amal @RainforestTrust. @RealDonaldTrump harus melihat dunia dalam hitam & putih untuk berpikir perubahan iklim adalah tipuan; dia nama yang sempurna!” tulis EnviroBuild melalui Twitter.
Nama tersebut dipilih Aidan Bell selaku bos EnviroBuild. Ia menjelaskan Caecilian diambil dari bahasa Latin caecus, yang berarti 'buta', mencerminkan visi strategis yang telah secara konsisten ditunjukkan Trump terhadap perubahan iklim.
"[Dermophis donaldtrumpi] sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan karena itu terancam punah sebagai akibat langsung dari kebijakan iklim,” jelas Bell seperti dikutip BBC.
Bell menyatakan, kemampuan amfibi yang memiliki panjang sekitar 10 cm itu yang dapat mengubur diri di pasir sepadan dengan sikap Donald Trump terhadap pemanasan global.
Menurut laporan yang yang dipublikasikan pemerintah AS pada November, perubahan iklim telah menyebabkan kerugian pada orang AS. Juga telah menelan biaya ratusan miliar dolar AS setiap tahun dan merusak kesehatan. Semakin lama bertambah memburuk.
Trump menanggapi laporan yang dibuat oleh 13 lembaga federal dan lebih dari 300 ilmuwan tersebut dengan penolakan. “Ya, saya tidak percaya itu,” kata Trump pada CNN.
Direktur eksekutif Rainforest Trust, Chris Redston mengatakan, setiap hari hampir 70 ribu hektar hujan dihancurkan untuk selamanya. Melindungi hutan hujan dunia yang masih tersisa menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi perubahan iklim.
"Kerusakan ini bukan hanya salah satu penyebab utama perubahan iklim, tetapi juga berdampak buruk pada satwa liar yang terancam punah, masyarakat adat, dan pola cuaca planet ini,” ujar Chris.
Binatang yang dinamai dengan nama Trump ini bukan yang pertama. Pada 2017, sebuah ngengat kuning juga dinamai Neopalpa donaldtrumpi. Spesies ini ditemukan oleh ahli biologi Vazrick Nazari dalam koleksi ngengat dari Museum Entomologi di Universitas California.
Editor: Dipna Videlia Putsanra