tirto.id - Korban tewas dalam ledakan bom kembar di Kota Kerman, Iran pada Rabu, 3 Januari 2024 tewaskan 84 orang. Lalu, siapa pelaku yang meledakan dua bom itu?
Jumlah korban tewas itu dikonfirmasi langsung oleh Menteri Dalam Negeri Iran, Ahmad Vahidi. Sebelumnya, informasi mengenai jumlah korban tewas sempat berubah beberapa kali karena kekeliruan dalam penghitungan.
Jumlah korban tewas sebelumnya yang mencapai 103 orang direvisi dua kali setelah para pejabat menyadari bahwa beberapa nama telah diulang dalam daftar korban, dan karena mayat-mayat telah dipotong-potong dan dihitung "beberapa kali", ujar Jafar Miadfar, kepala layanan darurat Iran dikutip Al Jazeera.
Sementara itu, lebih dari 280 orang terluka dalam serangan tersebut, dengan 195 orang dilaporkan masih dirawat di rumah sakit.
Media Iran melaporkan bom pertama diledakkan sekitar pukul 15:00 waktu setempat, sekitar 700 meter dari pemakaman Taman Martir di sekitar masjid Saheb al-Zaman, di pinggiran timur Kerman.
Pengeboman kedua terjadi sekitar 15 menit kemudian, sekitar 1 km dari pemakaman, menargetkan orang-orang yang melarikan diri dari pengeboman pertama.
Pengeboman terjadi ketika masyarakat Iran berkumpul di dekat makam mantan Jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Qassem Soleimani. Pada hari itu, mereka mengadakan upacara peringatan empat tahun terbunuhnya Qassem Soleimani.
Seperti diwartakan BBC, semasa hidupnya Soleimani dipandang sebagai tokoh paling kuat di Iran. Dia terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di negara tetangga, Irak, pada 3 Januari 2020.
Siapa Pelaku Bom Iran?
Kelompok bersenjata ISIL (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.
Kelompok ini mengatakan di saluran Telegram resminya bahwa dua anggotanya "mengaktifkan rompi peledak mereka" pada pertemuan di dekat makam Soleimani.
CNN melaporkan, sayap media ISIS, Al-Furqan, mengeluarkan sebuah pernyataan berjudul "dan bunuhlah mereka dimana pun Anda menemukan mereka,” pada ketika mereka mengklaim bertanggung jawab atas ledakan kembar tersebut.
Mereka mengatakan bahwa dua orang anggotanya itu berangkat menuju sebuah pertemuan "orang-orang musyrik" di dekat makam "pemimpin mereka yang telah meninggal", Qasem Soleimani, dan meledakkan rompi peledak.
Mereka juga memperingatkan para "musyrik" bahwa "para mujahidin sedang menunggu mereka dan proyek-proyek mereka."
ISIS menganggap cabang Islam Syiah sebagai aliran sesat dan telah menargetkan kuil-kuil dan situs-situs keagamaan di Iran sebelumnya.
Kelompok ini tidak memberikan bukti lebih lanjut dan laporan mereka mengenai ledakan-ledakan tersebut berbeda dengan apa yang diberikan oleh media Iran.
Jumlah korban tewas yang diberikan oleh ISIS juga jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh para pejabat Iran.
Iran Berkabung
Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang membatalkan rencana perjalanannya ke Turki, mengumumkan hari Kamis sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati mereka yang terbunuh dalam pengeboman tersebut.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyalahkan "musuh-musuh jahat dan kriminal" negara itu atas serangan tersebut dan menjanjikan sebuah "respon keras".
"Para penjahat berhati keras ini tidak dapat mentolerir cinta dan antusiasme masyarakat untuk mengunjungi tempat suci komandan besar mereka, Qassem Soleimani," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan.
"Biarkan mereka tahu bahwa tentara ... Soleimani tidak akan mentolerir kejahatan dan kejahatan mereka."
Menteri Kesehatan Iran Bahram Eynollahi mengatakan kepada TV pemerintah bahwa serangan pada Rabu adalah serangan paling mematikan dalam sejarah berdirinya negara tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan beberapa negara, termasuk Cina, Arab Saudi, Yordania, Jerman, dan Irak, mengecam pengeboman tersebut.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Balqis Fallahnda