tirto.id - Pasukan Israel kembali melancarkan serangan mendadak di siang hari pada Rabu, 22 Februari 2023, di sebuah kota besar Palestina di Tepi Barat. Tragedi itu menewaskan sekitar 11 warga Palestina dan puluhan lainnya luka-luka.
Seperti diberitakan Reuters, serangan Israel di Nablus, Tepi Barat, tak hanya melukai puluhan orang, tapi melukai hingga 100 orang lebih dan 80 di antaranya terkena luka tembak.
Militer Israel mengkonfirmasi, serangan pasukannya untuk membalas tembakan dari para militan Palestina, ketika mencoba menahan para militan yang dicurigai akan melancarkan serangan dalam waktu dekat, namun tak ada korban jiwa.
Menurut keterangan faksi militan Palestina, Islamic Jihad, pada kejadian, dua komandan mereka di Nablus dikepung oleh tentara Israel hingga memicu bentrokan besar.
Kota Nablus dan Jenin di Tepi Barat sendiri telah menjadi fokus penggerebekan pasukan Israel yang semakin meningkat dalam setahun terakhir ini. Kementerian Kesehatan Palestina, menyebut bahwa selama tahun 2023 ini serangan Israel telah menewaskan sekitar 62 warga Palestina.
“Kami mengutuk serangan penjajah Israel ke Nablus dan kami menyerukan diakhirinya serangan yang terus berlanjut terhadap rakyat kami,” ungkap Nabil Abu Rudeina, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Sementara menurut pemberitaan AP News, serangan Israel itu menjadi salah satu pertempuran paling berdarah dalam hampir satu tahun pertempuran di Tepi Barat dan Yerusalem timur. Peristiwa itu memicu kemungkinan meningkatnya pertumpahan darah lebih lanjut lagi.
Kronologi Serangan Israel di Tepi Barat
NBC News memberitakan, menurut militer Israel, serangan di Kota Nablus di Tepi Barat itu untuk menangkap tiga militan yang dicurigai telah melakukan serangan penembakan di Tepi Barat.
“Setelah mengepung bangunan tersebut, pasukan keamanan meminta para tersangka untuk menyerahkan diri. Setelah mereka menolak dan menembaki pasukan, pasukan keamanan beroperasi untuk menggagalkan pasukan teroris,” ungkap Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.
Dalam aksi penggerebekan itu, seseorang yang disebut-sebut sebagai “teroris” dari militan Palestina itu berhasil melarikan diri, namun tak berhasil lepas dari kepungan militer Israel, hingga menyebabkan seseorang itu tewas terbunuh. Sementara dua tersangka lainya tewas dalam aksi baku tembak.
Aksi pengepungan mendadak di siang hari itu memicu bentrokan hebat di mana warga Palestina banyak membalas dengan tembakan, lemparan batu dan bahan peledak, namun tak ada korban jiwa di pihak Israel.
Masih mengutip AP News, operasi penggerebekan pasukan Israel itu berlangsung selama empat jam, meninggalkan kerusakan luas di sebuah pasar berusia ratusan tahun di Nablus, sebuah kota yang dikenal sebagai benteng pertahanan militan Palestina.
Israel mengklaim menyerang Neblus siang hari setelah badan intelijen melacak orang-orang militan Palestina di tempat persembunyiannya di Nablus, Tepi Barat.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht mengatakan, pasukannya mengepung sebuah gedung untuk meminta para militan menyerahkan diri, mereka justru melepaskan tembakan hingga berujung bentrokan besar.
Tak hanya itu, Kolonel Hecht juga mengatakan, pasukan militernya menembakan rudal ke arah gedung yang secara otomatis merobohkan dan menewaskan orang-orang berada di dalamnya, di antaranya dua orang militan Palestina.
Situasi Terkini Serangan Israel di Tepi Barat
Diberitakan CBS News, Pejabat Tinggi Palestina Hussein al-Sheik mengecam serangan tersebut, sekaligus menyerukan perlindungan internasional untuk rakyat Palestina.
Hal tersebut direspons oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. Dia mengaku akan berusaha mencegah eskalasi guna mengurangi ketegangan.
“Prioritas utama kami adalah mencegah eskalasi lebih lanjut, mengurangi ketegangan, dan memulihkan ketenangan,” ungkap Guterres.
Setelah penggerebekan di Rabu siang itu, menurut AP News, Militer Israel sempat membunyikan sirine peringatan di bagian selatan negara itu pada Kamis pagi, 23 Februari 2023, tak lama setelah media Palestina melaporkan bahwa kelompok militan menembakkan sejumlah roket dari jalur Gaza utara.
Serangan roket itu disebut-sebut sebagai respons balasan dari serangan Israel yang menewaskan 11 warga Palestina & lukai puluhan lain sehari sebelumnya di Tepi Barat.
Setahun sebelumnya, sekitar 150 warga Palestina terbunuh di Tepi Barat, yang menjadikannya tahun paling mematikan sepanjang sejarah sejak 2004.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto