Menuju konten utama

Sekolah Vokasi di Jateng: Cetak Tenaga Kerja, Tekan Pengangguran

Pemprov Jateng berkomitmen meningkatkan pendidikan vokasi lewat berbagai program, salah satunya mengembangkan SMK PK.

Sekolah Vokasi di Jateng: Cetak Tenaga Kerja, Tekan Pengangguran
Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, sedang memeriksa progress belanja bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) di SMKN 9 Surakarta. FOTO/dok. Pemprov Jateng

tirto.id - Bekerja di perusahaan bergengsi dan bergaji tinggi menjadi impian Eko Puji Lestari. Berbekal ijazah sekolah vokasi, perempuan tersebut akhirnya mendapat jalan mudah menggapai impian.

Puji yang merupakan lulusan SMK Negeri 1 Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, ini sedang menikmati masa-masa kerjanya di Miin Luen Manufacture, sebuah perusahaan produsen suku cadang di Kota New Taipei, Cina.

Perusahaan tersebut bukan tempat kerja pertama Puji. Sebelumnya, ia diterima kerja dan memperoleh banyak pengalaman di PT Combine Will Industrial Indonesia (CWII) di Sragen.

Dia mengakui, capaiannya saat ini tidak terlepas dari pendidikan yang pernah ia jalani. Sekolahnya memberi banyak ilmu dan jaringan sehingga ia tak kebingungan selepas lulus.

“Dari saya lulus sekolah belum pernah menganggur sama sekali,” cerita Puji melalui video yang diterima Tirto pada Kamis (29/8/2024).

Dari sekolah yang sama, Deva Arya Kusuma juga mempunyai cerita sukses. Ia yang baru saja lulus pada 2024 ini, langsung diterima bekerja sebagai vaksinator hewan di PT Medion.

Sekolah Deva memang telah menjalin kerja sama dengan PT Medion. Sehingga, sebagian lulusan dapat terserap menjadi tenaga kerja perusahaan kesehatan hewan yang berfokus pada dunia peternakan tersebut.

Daya serap kerja lulusan SMK patut diacungi jempol. Dalam kesempatan berbeda, Kepala Sekolah SMK Negeri 9 Surakarta, Triman, menyampaikan, lulusan sekolahnya mayoritas bekerja di industri yang relevan. Adapula yang berwirausaha.

Bahkan, kata Triman, terdapat peserta didik yang belum lulus, tetapi sudah berhasil merintis usaha. Ia adalah siswa kelas 12 jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang sukses mendesain promosi usaha kambing etawa dan sudah memiliki 6 karyawan.

Tingkatkan Kualitas

Keberadaan sekolah vokasi digadang-gadang mampu berkontribusi mengurangi angka pengangguran. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen meningkatkan pendidikan vokasi melalui berbagai program.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, menyampaikan, program yang dilaksanakan antara lain mengembangkan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK), pemadanan dengan berbagai industri, serta link and match dengan dunia kerja.

Komitmen lainnya adalah mengalokasikan anggaran senilai Rp228,4 miliar pada 2024. Anggaran tersebut untuk pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) SMK, pengadaan peralatan praktek, mebel, smart classroom, beasiswa miskin, maupun seragam siswa miskin.

Bahkan, ada alokasi dana khusus (DAK) Fisik senilai Rp142,8 miliar untuk pembangunan ruang praktik siswa, Ruang Kelas Baru (RKB), rehab dan pengadaan peralatan praktik.

Pada awal Agustus 2024, Nana mengecek langsung progres belanja bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) di SMK Negeri 9 Surakarta yang nilainya mencapai Rp3,6 miliar. Anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan ruang praktik siswa, beserta perabotnya.

Menurut Nana, peningkatan pendidikan vokasi, menjadi fokusnya. Apalagi, seiring banyaknya perusahaan dalam dan luar negeri yang menanamkan investasinya ke Jawa Tengah. Perusahaan-perusahaan tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja terampil.

“Jadi mereka membutuhkan para pekerja. Sehingga pekerja ini kita siapkan. Ini juga merupakan salah satu program prioritas kami,” kata dia.

Menyiapkan Tenaga Kerja

Sekolah kejuruan atau vokasi memang didesain untuk mempersiapkan tenaga kerja. Sehingga kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar agar lulusannya bisa langsung bekerja.

Kepala Bidang Pembinaan SMK pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah, Ainur Rojik, mengatakan, di Jawa Tengah terdapat 1.556 SMK, 238 SMK di antaranya merupakan sekolah negeri.

Masing-masing sekolah memiliki fokus kejuruan berbeda-beda. Kurikulum yang dijalankan umumnya menyesuaikan dengan kebutuhan industri.

“Yang kami lakukan bagaimana membangun satu sistem agar anak bisa diterima kerja. Jadi kurikulumnya harus sinkron dengan apa yang diinginkan industri,” jelas Ainur Rojik melalui sambungan telepon, Kamis (29/8/2024).

Maka dari itu, kata dia, masing-masing SMK mempunyai industri pasangan atau perusahaan yang diajak kerja sama untuk kepentingan penyerapan tenaga kerja.

“Ranah kami itu memastikan pembelajaran di SMK sesuai dengan kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan industri,” kata dia.

Namun sayangnya, menurut Ainur Rojik, industri yang ada saat ini belum mampu menyerap semua lulusan SMK di Jawa Tengah.

Untuk menjembatani masalah tersebut, sekolah tidak hanya fokus mempersiapkan tenaga kerja di industri, melainkan juga membekali peserta didiknya dengan keterampilan wirausaha.

“Pendidikan SMK hadir agar lulusannya bisa diterima di industri atau berwirausaha sehingga bisa mandiri. Sekarang yang kerja sebagai wirausaha trennya meningkat,” jelas Ainur Rojik.

Komitmen Kurangi Angka Pengangguran

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Disdikbud berkomitmen dan terus berupaya mengurangi angka pengangguran. Salah satunya melalui optimalisasi lulusan sekolah vokasi.

“Kami mengupayakan agar lulusan SMK bisa mandiri, bisa sukses, kesejahteraan keluarga meningkat, pengangguran menurun, yang akhirnya kemiskinan ekstrem terselesaikan," tutur Ainur Rojik.

Dia mengungkapkan, tingkat serapan tenaga kerja lulusan SMK jika dirata-rata mampu di angka 49 persen, angka yang menurut Ainur Rojik terbilang baik. Sisanya tidak berarti menganggur.

Kata dia, sebanyak 10-11 persen lulusan SMK memilih studi lanjut. Sedangkan 30 persen lulusannya masih menunggu, baik menunggu seleksi kerja maupun proses studi lanjut. Sisa persentasenya baru kategori menganggur.

“Kalau angka pengangguran ini relatif. Yang belum dapat pekerjaan, kami akui tetap ada saja,” ungkap Rojik.

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada 2023-2024 menunjukkan tren membaik. Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah lebih rendah daripada rata-rata angka nasional.

Pada Agustus 2023, TPT Jawa Tengah menurun 0,44 persen menjadi 5,13 persen dari jumlah penduduk. Sementara, angka TPT nasional 5,32 persen.

Kemudian, pada Februari 2024, TPT Jawa Tengah berada pada 4,39 persen dan nasional berada pada 4,82 persen.

Sementara itu, dari Februari 2023--Februari 2024 jumlah tenaga kerja yang terserap naik 0,45 juta menjadi 20,41 juta orang. Sedangkan, pengangguran turun 0,17 juta orang menjadi 0,94 juta orang pada Februari 2024.

Penurunan angka pengangguran turut dipengaruhi dengan terserapnya lulusan sekolah vokasi.

Sebagaimana pernah diungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jateng, Ahmad Aziz. Menurut dia, pada tataran suplai tenaga kerja terampil, sekolah jenjang kejuruan telah banyak memproduksi lulusan siap kerja.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH VOKASI atau tulisan lainnya dari Baihaqi Annizar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Baihaqi Annizar
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz