Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Stasiun Gambir: Lahir Zaman Batavia, Pensiun di Era Jokowi?

Sejarah Stasiun Gambir: Bakal tutup alias tidak beroperasi lagi di era Presiden Jokowi?

Sejarah Stasiun Gambir: Lahir Zaman Batavia, Pensiun di Era Jokowi?
Seorang perempuan berjalan di area Stasiun Gambir, Jakarta, Senin (18/5/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

tirto.id - Stasiun Gambir di Jakarta Pusat merupakan salah satu stasiun kereta api bersejarah di Indonesia. Beberapa waktu lalu terdengar kabar bahwa stasiun yang dibuka sejak 15 September 1871 pada masa Batavia itu bakal pensiun di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini. Benarkah?

Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, mengatakan Stasiun Gambir akan digunakan untuk commuter line atau KRL. Hal tersebut sebagai tindak lanjut dari perubahan rute commuter line yang menghapus rute Jakarta-Jatinegara, Bekasi-Kota, dan rute lain.

Selama ini, Stasiun Gambir digunakan pemberhentian maupun pemberangkatan kereta api jarak jauh, khususnya kelas bisnis dan eksekutif. Namun, Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa Stasiun Gambir peruntukan sebenarnya bukan untuk itu.

“(Stasiun) Gambir itu sebenarnya akan didesain bukan untuk jarak jauh, tetapi untuk commuter," kata Menhub Budi Karya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2022).

Sejarah Stasiun Gambir: Dari Halte Koningsplein Menjadi Stasiun Welteverden

Sejarah Stasiun Gambir bermula sejak tahun 1871 yakni pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda. Awalnya, bangunan yang kini dikenal sebagai Stasiun Gambir hanya merupakan halte kereta api.

Lokasi halte tersebut, tulis Uka Tjandrasasmita dalam Sejarah Perkembangan Kota Jakarta (2000), berada di Koningsplein, Batavia (Jakarta), tak jauh dari istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Bangunannya kecil dan sangat sederhana.

Pembangunan halte di Koningsplein tidak terlepas dari dibukanya jalur kereta api Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor) pada 1869. Tanggal 15 September 1871, diresmikan Halte Koningsplein sebagai tempat pemberhentian kereta api di Weltevreden (Jakarta Pusat).

Lokasi Halte Koningsplein alias Gambir yang dibangun oleh Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) atau perusahaan kereta api Hindia Belanda sangat strategis karena terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan dan ekonomi, seperti Noordwijk (kini kawasan Juanda) dan Pasar Baru.

Halte Koningsplein ternyata sangat sibuk dan tidak cukup menampung mobilitas orang-orang setiap harinya. Maka, pada awal 1884, NISM mendirikan sebuah stasiun yang diberi nama Stasiun Welteverden.

Stasiun Welteverden secara resmi dibuka pada Oktober 1884 untuk menggantikan peran Halte Koningsplein. Stasiun yang dibangun dengan atap besi dan tiang besi cor ini melayani kereta jarak jauh rute Bandung dan Surabaya.

Tahun 1937, nama Stasiun Weltevreden diganti menjadi Stasiun Batavia-Koningsplein. Saat itu, Stasiun Batavia-Koningsplein termasuk salah satu stasiun tersibuk di Hindia Belanda. Hampir seluruh kereta jarak jauh utama dan semua kereta api ke Bogor singgah di stasiun ini.

Perkembangan Stasiun Gambir dari Masa ke Masa

Tidak diketahui secara pasti kapan Stasiun Welteverden-Batavia disebut sebagai Stasiun Gambir. Namun, saat itu di wilayah Welteverden banyak terdapat pohon gambir. Mungkin, inilah yang membuat kawasan itu disebut Gambir, termasuk untuk menyebut nama stasiunnya.

Pada perkembangannya, Stasiun Gambir pernah menjadi saksi bisu masa-masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Tokoh-tokoh nasional seperti Amir Sjarifuddin dan Jenderal Sudirman pernah memanfaatkan rute kereta api Stasiun Gambir dalam melancarkan perjuangan.

Selanjutnya, pada 1976, Gubernur Jakarta kala itu yakni Ali Sadikin dan Gubernur Jawa Barat saat itu, Solihin GP, menjalin kerja sama pembangunan Kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi).

Kerja sama tersebut meliputi pembangunan jalur kereta api layang yang akan dibantu oleh pemerintah pusat melalui Departemen Perhubungan Darat yang bersinergi dengan investor dari Jepang.

Pembangunan jalur kereta api layang di Stasiun Gambir resmi dilaksanakan pada 17 Desember 1986 dengan pelaksana proyek JICA (Japan International Cooperation Agency). Proyek ini selesai pada 1992 dan dibuka secara resmi oleh Presiden Soeharto pada 6 Juni 1992.

Hingga saat ini, Stasiun Gambir telah beroperasi untuk melayani para penumpang kereta api jarak jauh yang ingin keluar-masuk ke Jakarta, kendati bakal ada penyesuaian terkait peruntukan stasiun ini di masa yang akan datang.

Baca juga artikel terkait STASIUN GAMBIR atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Iswara N Raditya