tirto.id - Koperasi adalah badan usaha yang bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Namun, menilik sejarah perkembangannya, alih-alih sekadar model bisnis, koperasi layak disebut sebagai gerakan sosial.
Awal kemunculan gerakan koperasi bermula dari kegelisahan masyarakat di Eropa, terutama saat revolusi industri melahirkan ketimpangan sosial yang tajam. Mengacu kepada buku A Dictionary of World History, kemunculan gerakan koperasi tak dapat dipisahkan dari sengitnya persaingan pasar di Eropa pada akhir abad 18.
Lahir di jantung revolusi industri, gerakan koperasi pada awal perkembangannya mengusung ide besar, yakni melawan watak eksploitatif dari kapitalisme. Itulah kenapa, saat mencetuskan ide gerakan koperasi, Robert Owen mengusung visi tentang kawasan "Tata Dunia Baru" tempat semua orang saling membantu, dengan prinsip kesetaraan sosial dan persaudaraan.
Sejarah Perkembangan Koperasi di Dunia: Ulasan Singkat
Jennifer Wilhoit, dalam Cooperative: A Short History (2005), menerangkan banyak cendekiawan menyepakati kalau model bisnis yang dijalankan oleh kelompok The Rochdale Pioneers pada 1844 di Inggris sebagai bentuk koperasi pertama di dunia. Kelompok ini semula terdiri dari 28 anggota yang memiliki latar belakang sebagai penenun dan pekerja terampil. Mereka memutuskan untuk menciptakan sendiri prinsip-prinsip bisnis sembari mendirikan toko untuk menjual produk mereka.
Ini bermula dari kemunculan alat produksi massal yang dinilai menjadi penyebab faktor ketimpangan sosial. Pengusaha kecil dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka terpaksa kalah bersaing dengan industri besar yang dapat memproduksi barang dengan jumlah banyak dalam waktu yang ringkas.
Dilema lainnya, terjadi penurunan kualitas barang dalam produksi masal yang dilakukan oleh industri. Penurunan kualitas ini dilakukan demi mengakomodasi keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang lebih murah dengan jumlah yang berlimpah.
Sementara itu, perubahan sistem pasar juga berdampak pada terabaikannya kesejahteraan buruh demi memenuhi target produksi. Kondisi buruh menjadi terdegradasi, seperti: mendapatkan upah yang rendah, jam kerja panjang, tempat bekerja yang tidak layak, hingga tidak diberi kesempatan untuk menuntut hak mereka.
Situasi ini lalu mendorong kemunculan kelompok-kelompok produsen yang ingin mempertahankan kualitas produksi mereka, sembari memperhatikan kesejahteraan anggotanya. Kelompok-kelompok ini dikenal dengan sebutan koperasi.
Buku A Dictionary of World Historymencatat, pada 1864 koperasi-koperasi ini berkumpul dalam satu federasi yang dikenal sebagai The Cooperative Wholesale Society. Pada 1869, serikat koperasi dibentuk demi melayani pembinaan dan edukasi terhadap anggota.
The Cooperative Wholesale Society akhirnya dapat menjadi produsen sekaligus pemasok barang. Federasi ini juga berhasil mendirikan pabriknya sendiri dan mengelola lahan pertanian secara mandiri.
Kiprah koperasi ternyata tidak hanya sampai di situ. Hal tersebut dibuktikan dari kemunculan Partai Koperasi yang dibentuk pada 1917. Partai Koperasi pun kemudian beraliansi dengan Partai Buruh untuk maju ke dalam pemilihan umum di Inggris.
Seiring berjalannya waktu, semangat koperasi ini terus tersebar di berbagai belahan dunia dan menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Catatan lain dari Wilhoit (2005), mengungkapkan bahwa kebangkitan global koperasi ini juga tidak bisa dilepaskan dari hasil kerja Aliansi Koperasi Internasional atau yang dikenal dengan sebutan ICA (International Co-operative Alliance).
ICA dibentuk oleh E. V. Neale dan Edward Owen Greening pada tahun 1895. Neale dan Greening mengamini bahwa ICA didirikan berdasarkan prinsip-prinsip yang dipegang oleh koperasi Rochdale.
Keduanya berpendapat bahwa koperasi memiliki kekuatan untuk memberdayakan pekerja agar ikut andil dalam mengambil bagian bisnis dan mengatur diri mereka, di samping memerangi tren pasar yang cenderung melemahkan posisi mereka.
3 Aliran Koperasi
Sejauh perkembangannya, koperasi juga memiliki aliran pemikiran yang berkembang di dunia. Aliran-aliran tersebut merefleksikan keluwesan sistem ekonomi koperasi dan relasinya dengan pemerintah.
Setidaknya terdapat 3 aliran koperasi. Ketiganya adalah aliran Yardistik, aliran Sosialis, dan aliran Persemakmuran.
Aliran Yardistik memosisikan koperasi sebagai kekuatan untuk melawan keburukan yang disebabkan oleh kapitalisme. Aliran ini berupaya untuk melawan ketergantungan terhadap kapitalisme. Relasi antara pemerintah dan koperasi bersifat netral, sehingga pemerintah tidak ikut campur mengenai jatuh-bangunnya koperasi.
Aliran Sosialis menempatkan koperasi sebagai alat yang efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Koperasi berada langsung di bawah kontrol pemerintah. Pandangan ini menanggap bahwa masyarakat menjadi mudah untuk disatukan melalui koperasi.
Aliran Persemakmuran memandang koperasi sebagai sarana efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pandangan ini melihat koperasi sebagai sarana untuk mengoptimalkan potensi masyarakat, terkhusus bagi mereka yang bergerak dengan skala kecil. Pemerintah juga memiliki peran sebagai mitra agar dapat menciptakan kondisi yang lebih stabil.
Penulis: Risky Wahyudi
Editor: Addi M Idhom