Menuju konten utama
Sejarah

Pemberontakan Apa Saja yang Terjadi setelah Indonesia Merdeka?

Pemberontakan dalam sejarah Indonesia tidak hanya terjadi pada masa penjajahan, melainkan juga setelah kemerdekaan. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Pemberontakan Apa Saja yang Terjadi setelah Indonesia Merdeka?
Pasukan Pemberontakan Rakyat Semesta (PERMESTA) ditangkap oleh tentara Indonesia. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Pemberontakan setelah kemerdekaan Indonesia kebanyakan terjadi karena pemerintahan resmi baru saja terbentuk. Sejumlah kelompok ekstremis berusaha merobohkan falsafah negara yang telah dirumuskan, yakni Pancasila.

Pemberontakan setelah kemerdekaan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis itu kerap kali menimbulkan konfrontasi fisik, sehingga melibatkan unsur militer dalam penanganannya. Karakteristiknya hampir sama dengan pemberontakan yang terjadi di Indonesia sebelum kemerdekaan.

Peristiwa yang terjadi di awal kemerdekaan tidak jarang menimbulkan korban jiwa masyarakat sipil. Lantas, pemberontakan apa saja yang terjadi setelah indonesia merdeka?

Contoh pemberontakan setelah kemerdekaan di antaranya melibatkan kelompok-kelompok seperti Partai Komunis Indonesia, Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), Republik Maluku Selatan (RMS), dan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Apa Saja Pemberontakan yang Terjadi di Indonesia?

Pemberontakan dalam sejarah Indonesia tidak hanya terjadi pada masa penjajahan, tetapi juga setelah kemerdekaan. Berikut ini 10 pemberontakan setelah kemerdekaan:

1. Pemberontakan di awal kemerdekaan oleh Sekutu

Peristiwa yang terjadi di awal kemerdekaan Indonesia tidak hanya diakibatkan oleh pemberontakan dari dalam negeri. Salah satu pemberontakan setelah kemerdekaan diproklamasikan oleh Sukarno adalah kembalinya sekutu ke Indonesia.

Mulanya, pada 29 September 1945, sekitar sebulan setelah proklamasi, pasukan AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) di bawah pimpinan Letjen Sir Philip Christison tiba di Tanjung Priok. Mereka datang dengan bantuan dari NICA (Netherland Indies Civil Administration) yang dipimpin oleh Van Der Plass sebagai wakil dari Van Mook.

Kedatangan AFNEI ke Indonesia bertujuan untuk menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, melucuti dan mengembalikan tentara Jepang, membebaskan tentara Sekutu yang ditawan oleh Jepang, serta yang paling penting, untuk kembali menguasai wilayah Indonesia.

Awalnya, kedatangan pasukan Sekutu ini disambut dengan antusiasme oleh pihak Indonesia. Namun, ketika diketahui bahwa mereka bekerja sama dengan NICA, yang jelas-jelas memiliki niat untuk mengembalikan kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi curiga, dan mereka mulai melawan pasukan Sekutu dan NICA. Konflik bersenjata ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Ada banyak pemberontakan setelah kemerdekaan yang timbul untuk melawan Sekutu. Di antaranya seperti Pertempuran Ambarawa, Pertempuran 10 November, Bandung Lautan Api, Medan Area, dan Puputan Margarana.

2. Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang terjadi di Madiun pada 18 September 1948, dipimpin oleh Musso dan Amir Sjarifuddin. Tujuan pemberontakan setelah kemerdekaan ini adalah mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berhaluan komunisme.Latar belakang peristiwa yang terjadi di awal kemerdekaan Indonesia ini meliputi:

  1. Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang merugikan Indonesia
  2. Amir Sjarifuddin dan Musso yang memiliki cita-cita untuk menyebarkan komunisme di Indonesia
  3. Propaganda kekecewaan terhadap perdana menteri yaitu Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100 ribu tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan untuk menghemat biaya.
Menyadari bahwa PKI berbahaya bagi negara, akhirnya pemerintah melakukan beberapa upaya untuk membubarkan PKI, seperti dengan meminta rakyat Indonesia untuk memilih Soekarno-Hatta atau Musso-Amir.

Sudirman memerintahkan Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan yang dibantu oleh para santri.

3. Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949. Pemberontakan DI/TII diawali dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII).

Tujuan dari pemberontakan ini adalah untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan syariat Islam. Namun gerakannya ternyata bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Saat terjadi pemberontakan ini, banyak terjadi perusakan dan pembakaran rumah warga hingga penganiayaan terhadap penduduk. Hingga akhirnya Kartosuwiryo dan para pengikutnya ditangkap pada 4 Juni 1962.

4. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)

Merupakan gerakan separatis yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil yang memiliki tujuan untuk membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April 1950. Pada November 1950, RMS dapat dikalahkan oleh militer Indonesia, namun konflik di Seram tetap berlanjut hingga Desember 1963.

Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, lalu mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada 1966. RMS akhirnya berhasil dihentikan setelah Soumokil dijatuhi hukuman mati dan pemberontakan ini dihentikan oleh pemerintah Indonesia.

5. Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) atau Permesta

Terjadi pada tahun 1957-1958 di Sumatera dan Sulawesi, pemberontakan PRRRI atau Permesta dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual. Gerakan ini merupakan bentuk koreksi untuk pemerintahan pusat yang saat itu dipimpin oleh presiden Soekarno.

Terjadi ketidakadilan dalam pembangunan di Indonesia yang disebabkan oleh ketimpangan sosial. Hal ini karena presiden Soekarno yang tidak dapat lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan.

Pemerintah pusat dianggap telah melanggar undang-undang, pemerintahan juga bersifat sentral, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan, dan menimbulkan ketidakadilan pembangunan. Hingga timbullah inisiatif dalam upaya memperbaiki pemerintahan di Indonesia.

6. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)

APRA Merupakan milisi yang didirikan oleh Raymond Westerling pada 15 Januari 1949. Westerling menganggap ia merupakan sang “Ratu Adil” yang diramalkan akan membebaskan Indonesia dari tirani.

Gerakan APRA memiliki tujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia, serta memiliki tentara sendiri untuk negara-negara RIS.

APRA mulai melakukan pemberontakan pada 23 Januari 1950 dengan melakukan serangan dan menduduki kota Bandung serta menguasai markas Staf Divisi Siliwangi.

Penyerangan juga direncanakan oleh Westerling di Jakarta, namun usahanya dapat digagalkan karena APRIS yang mengirimkan pasukannya yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Mohamad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri RIS juga berhasil melakukan perundingan dengan Komisi Tinggi Belanda. Peristiwa ini akhirnya mempercepat pembubaran RIS dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950.

7. Peristiwa G30S 1965

Gerakan 30 September 1965 (G30S) merupakan salah satu contoh peristiwa yang terjadi di awal kemerdekaan Indonesia. Jumat subuh kelam yang menyeret keterlibatan PKI tersebut menewaskan sejumlah perwira TNI AD.

Pada malam 30 September 1965, puluhan anggota Cakrabirawa yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung menculik para perwira tinggi AD.

Sejumlah prajurit AD yang dinyatakan guru meliputi: Letjen Ahmad Yani (Men/Pangad), Mayjen R. Soeprapto (Deputi II Men/Pangad), Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo (Deputi III Men/Pangad), Mayjen S.Parman (Asisten I Men/Pangad), Brigjen D.I. Panjaitan (Asisten VI Men/Pangad), dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman AD), Lettu Pierre Tendean (Ajudan A.H. Nasution).

Menurut catatan sejarah versi Orde Baru, G30S dilatarbelakangi upaya kudeta atas pemerintahan Sukarno.

Akan tetapi, dalang di balik G30S 1965 masih belum bisa dipastikan. Bahkan, ada beberapa teori dalang G30S yang dikemukakan para peneliti.

8. Pemberontakan Andi Aziz

Andi Azis memimpin Pemberontakan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 5-15 April 1950. Ini merupakan salah satu contoh pemberontakan pasca-kemerdekaan yang terjadi di Indonesia.

Andi Azis, yang dulunya adalah seorang perwira dalam Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), memimpin pemberontakan ini karena tidak setuju dengan rencana penyatuan Negara Indonesia Timur (NIT) ke dalam Republik Indonesia.

Dalam upaya pemberontakan ini, Andi Azis bersama pasukannya dari KNIL menyerang target-target militer strategis di wilayah Indonesia. Pada saat penyerangan, Andi Azis berhasil menangkap Letnan Kolonel A.J. Mokognita, seorang Panglima Teritorium Indonesia Timur, bersama dengan para bawahannya dan anggota kepolisian di Makassar.

Sebagai respons terhadap pemberontakan ini, Pemerintah Indonesia mengeluarkan perintah kepada Andi Azis untuk bertanggung jawab atas tindakannya dan memerintahkannya untuk segera melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu empat hari. Akhirnya, pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis berhasil ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia.

9. Pemberontakan NII

Pemberontakan pendirian Negara Islam Indonesia (NII) dimulai pada tanggal 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim yang dipimpin oleh politisi Muslim Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tujuan utama gerakan ini adalah untuk mengubah Indonesia menjadi negara Islam.

Kelompok ini mengakui syariat Islam sebagai sumber hukum yang sah dan telah menghasilkan variasi dan aliran yang berkembang dari Jemaah Islamiyah hingga kelompok yang mendukung ajaran Islam non-kekerasan. Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia dengan jelas menyatakan bahwa negara ini harus menerapkan hukum yang berasal dari syariat Islam, serta menolak keras ideologi selain Alquran dan Hadits Shahih yang mereka sebut sebagai "hukum kafir."

Setelah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan ini mengalami perpecahan, tetapi tetap ada secara diam-diam, meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.

10. Pemberontakan GAM

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara resmi didirikan pada 4 Desember 1976, dengan tujuan utama menentang penyatuan Aceh dengan Republik Indonesia,. Dipimpin oleh Hasan Tiro, yang kemudian menyebut dirinya sebagai Wali Nanggroe (pemimpin negara), GAM memiliki ambisi agar Aceh menjadi negara independen.

Visi romantik yang diusungnya merujuk pada masa kejayaan Kerajaan Aceh di bawah pemerintahan Iskandar Muda. Dalam bukunya berjudul Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda 1607-1636 (2008), sejarawan Denys Lombard menekankan tingkat kemakmuran Aceh pada periode tersebut. Aceh bahkan menjadi salah satu kerajaan Asia pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Belanda.

Sentimen terkait kedaulatan atas sumber daya alam menjadi fokus utama dalam propaganda Hasan Tiro untuk merekrut anggota GAM. Dengan jumlah anggota yang semakin bertambah, GAM melakukan sejumlah aksi gerilya hingga tahun 1990-an.

Pada pertengahan 1990-an, GAM, yang memiliki 200-750 pejuang, harus menghadapi tentara Indonesia yang jauh lebih besar dalam jumlah. Pemerintah Republik Indonesia juga menetapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) dan mengirimkan pasukan kontraterorisme khusus untuk menangani situasi tersebut.

Baca juga artikel terkait PEMBERONTAKAN PKI atau tulisan lainnya dari Endah Murniaseh

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Endah Murniaseh
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Fadli Nasrudin