Menuju konten utama
Sejarah Hari Brimob

Sejarah Hari Brigade Mobil (Brimob): Diperingati Tiap 14 November

Hari Brigade Mobil (Brimob) Polri diperingati tiap 14 November. Brimob punya sejarah panjang sejak zaman penjajahan Jepang, dan peran penting di masyarakat

Sejarah Hari Brigade Mobil (Brimob): Diperingati Tiap 14 November
Kapolda Sultra, Brigjen Pol Iriyanto (depan) melakukan pengecekan personel Brimob Polda Sultra yang akan diberangkatkan ke Monokwari, Papua Barat di Lapangan Upacara Brimob Polda Sultra, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (20/8/2019). Sebanyak 189 personel Brimob Polda Sultra diberangkatkan ke Papua Barat untuk Bantuan Komando Operasi atau BKO pasca kerusuhan. ANTARA FOTO/Jojon/hp.

tirto.id - Tanggal 14 November diperingati sebagai hari jadi Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri. Berulang tahun yang ke-76 di tahun ini, Brimob memiliki sejarah panjang dalam pengabdiannya untuk menjaga keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Cikal bakal Brimob telah berdiri sejak zaman penjajahan Jepang. Brimob ikut andil dalam merebut kemerdekaan, bahkan punya peran besar dalam melawan pemberontakan pada masa awal berdirinya Republik Indonesia.

Sejarah Berdirinya Brimob

Sejarah Brimob berawal saat Jepang melakukan invasi dan mulai menduduki Indonesia pada tahun 1942. Sekitar 2 bulan menjajah, Jepang mulai mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya.

Hal ini lantas memaksa Jepang untuk mengubah strategi perangnya. Maka dalam kurun waktu tahun 1943-1944, Jepang secara intensif membentuk sejumlah organisasi militer untuk memenuhi kebutuhan tenaga bantu pasukan mereka.

Karena kondisi yang terus terdesak, pemerintah militer Jepang membutuhkan tenaga cadangan polisi yang dapat bergerak cepat atau memiliki mobilitas tinggi. Bahkan jika diperlukan, cadangan polisi ini diharapkan bisa menjadi tenaga tempur bagi Jepang.

Dari sinilah lahir satuan polisi khusus yang disebut dengan Tokubetsu Keisatsu Tai yang beranggotakan polisi muda. Tidak seperti polisi biasa, kesatuan ini memiliki persenjataan yang lebih lengkap.

Calon anggotanya pun memperoleh pendidikan dan latihan militer intensif dari tentara Jepang. Tokubetsu Keisatsu Tai bisa dibilang merupakan pasukan polisi yang memiliki disiplin tinggi, sangat terlatih, dan terorganisasi dengan rapi.

Dalam buku Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946, Benedict Anderson menyebut satuan ini dengan istilah Special Police Force atau Polisi Istimewa.

Tokubetsu Keisatsu Tai didirikan di setiap Karesidenan di Jawa, Madura, dan Sumatera. Pada akhir 1944, di setiap karesidenan dibentuk satuan Tokubetsu Keisatsu Tai dengan kekuatan satu Kompi beranggotakan 60-200 orang, atau tergantung situasi wilayah saat itu.

Kompi tersebut berada di bawah kekuasaan Polisi Karesidenan dan komandan Kompi biasanya berpangkat Itto Keibu (Letnan Satu).

Selepas Jepang menyerah kepada sekutu, semua satuan militer bentukan Jepang di Indonesia kemudian dibubarkan. Akan tetapi, Tokubetsu Keisatsu Tai tetap ada dan jadi satu-satunya kesatuan yang masih diperbolehkan memegang senjata.

Para anggota Tokubetsu Keisatsu Tai kemudian bekerja sama dengan seluruh rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.

Satuan polisi ini juga berperan besar dalam perebutan senjata. Mereka melakukan pembukaan gudang senjata secara paksa dan membagi-bagikan senjata tersebut pada para penjuang, termasuk pada mantan anggota organisasi militer yang dibubarkan.

Pada tanggal 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi Tk. I. Mohammad Jasin membacakan teks Proklamasi dari pasukan Polisi Istimewa. Proklamasi tersebut berisi pernyataan resmi bahwa Tokubetsu Keisatsu Tai telah menjadi Polisi Republik Indonesia dan akan bersatu dengan rakyat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Polisi Istimewa atau Tokubetsu Keisatsu Tai inilah yang menjadi cikal bakal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Setelah itu, Polisi Istimewa memperbanyak dan menyebarluaskan teks Proklamasi Kepolisian dengan menempelkannya di tempat-tempat ramai bersama dengan teks Proklamasi Kemerdekaan RI.

Polisi Istimewa kemudian mengganti pimpinannya yang dari Jepang, yaitu Sidookan Takata dan Fuko Sidookan Nishimoto. Kepemimpinan pun beralih ke tangan Inspektur Polisi Tk. I Mohammad Jasin.

Polisi Istimewa terus berkiprah di garda terdepan dalam upaya perebutan fasilitas militer dan tempat-tempat strategis di Pulau Jawa dan Sumatera.

Setahun lebih setelah Proklamasi Kepolisian, tepatnya pada tanggal 14 November 1946, seluruh kesatuan Polisi Istimewa, Barisan Polisi Istimewa, dan Pasukan Polisi Istimewa dilebur menjadi satu dan berubah menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau yang sekarang dikenal dengan Brigade Mobile (Brimob).

Sejak saat itulah tanggal 14 November selalu diperingati sebagai hari jadi Brimob.

Fungsi dan Peran Brigade Mobil (Brimob)

Korps Brimob Polri merupakan bagian integral Polri yang bertugas menjaga keamanan dalam negeri dari ancaman kejahatan atau gangguan Kamtibmas berintensitas tinggi. Gangguan yang dimaksud meliputi kerusuhan massa, terorisme, kejahatan bersenjata api yang terorganisasi, ancaman bom, bahan kimia, biologi dan radioaktif.

Dikutip dari laman Korps Brimob Polri, fungsi Brimob adalah sebagai satuan pamungkas Polri (Striking Force) yang memiliki kemampuan spesifik penanggulangan keamanan dalam negeri berkadar tinggi dan penyelamatan masyarakat.

Untuk menjalankan fungsinya, satuan ini didukung anggota yang terlatih, punya kepemimpinan yang solid, serta memiliki peralatan dan perlengkapan dengan teknologi modern.

Sementara itu, peran Brimob adalah melakukan manuver, baik secara individual atau kelompok, dengan mengoptimalkan daya gerak, daya tembak, dan daya sergap untuk melumpuhkan sekaligus menangkap pelaku kejahatan beserta saksi dan barang buktinya.

Brimob melakukan manuvernya dengan cara membantu, melindungi, melengkapi, memperkuat, atau menggantikan satuan kepolisian yang ada.

Korps Brimob Polri juga dilengkapi dengan kemampuan Search and Rescue (SAR) yang digunakan dalam tugas-tugas kemanusiaan. Misalnya ketika terjadi bencana alam di Indonesia, satuan ini ikut berperan mengatasi keadaan dan mengevakuasi para korban.

Baca juga artikel terkait HARI BRIMOB 14 NOVEMBER atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Oryza Aditama