tirto.id - You must know, of course, how much i love you. You must know, of course, how badly i treat you. But the fundamental and most vicious, swinish, murderous, and unchangeable fact is that we totally misunderstand each other… we operate on alien wavelengths... I love you and i always will.
Kata-kata itu ditulis aktor Richard Burton untuk aktris Elizabeth Taylor pada 1973. Saat itu dirinya begitu ingin kembali bersama Taylor, wanita yang ditemui saat proses syuting film Cleopatra 12 tahun sebelumnya di Roma.
Perkenalan tersebut bikin mereka dimabuk cinta. Burton yang saat itu masih jadi suami Sybil Williams tak tahan memandang pesona Taylor—pesohor yang dikenal amat sensual. Seperti Burton, status Taylor pun bukan perempuan lajang. Ia masih jadi istri Eddie Fisher, suami keempat, yang ia nikahi setahun setelah kematian Mike Todd, suami ketiga, produser film terkenal asal AS.
Pada 1962, Hume Cronyn, pemeran Sosigenes dalam Cleopatra, berkata kepada jurnalis Vanity Fair David Kamp bahwa lokasi syuting film lebih pas disebut sebagai lokasi perselingkuhan. Kamp menuliskan laporan itu dalam artikel berjudul “When Liz Met Dick: The Making of Cleopatra”.
“Situasinya sangat rumit. Ini bukan hanya soal Burton meninggalkan istrinya dan Taylor meninggalkan Fisher. Paparazzi menyelip di antara ranting pohon, orang seenaknya berhubungan seks di manapun mereka mau. Astaga, situasinya berantakan sekali.”
Dalam artikel tersebut, Kamp menyebut bahwa kisah cinta Burton dan Taylor adalah kisah skandal romansa selebritas pertama yang menarik perhatian orang di seluruh dunia.
Taylor sendiri menganggap periode syuting Cleopatra sebagai momen terkacau yang pernah ia alami sepanjang hidup.
“Vatikan mengecamku, aku diancam banyak orang, dan aku benar-benar jatuh cinta […] Itu semua terasa menyenangkan sekaligus gelap layaknya lautan air mata, tapi ada hal-hal yang menyenangkan dari sana,” kata Taylor seperti dikutip Vanity Fair.
Momen menyenangkan itu salah satunya terjadi kala istirahat syuting. Momen yang dimanfaatkan Dick and Liz—julukan pasangan Burton dan Taylor—untuk mengunjungi gerai Bvlgari, lini perhiasan mewah asal Italia. Di sana, Taylor sang penggila berlian makin dimanjakan dengan berbagai rangkaian perhiasan prestisius.
Dalam Elizabeth Taylor: a Private Life for Public Consumption (2016), Ellis Cashmore mencatat perhiasan-perhiasan yang pernah Burton pilih untuk Taylor. Pertama adalah cincin yang khusus didesain untuk Taylor. Tapi desain khusus saja tidak cukup spesial.
Burton memberikan perhiasan yang kelak dijuluki The Elizabeth Taylor Diamond—cincin berlian 33 karat yang dibeli Burton dari Park-Bernet Galleries, galeri seni di New York, dengan harga 305.000 dolar AS pada 1968. “Perhiasan ini dianggap sebagai cincin paling ikonik. Taylor memakainya setiap hari,” tulis Cashmore.
Ia juga memberi La Peregrina, kalung yang sempat jadi kado pernikahan Mary Tudor of England dari sang suami, Pangeran Phillip II. Sebelum tersemat di leher Taylor, kalung itu sempat jadi milik Ratu Spanyol Margarita dan Isabel. Burton mendapatkan benda ini dari balai lelang Sotheby’s.
Ada pula Taj Mahal Diamond yang dibeli sebagai kado ulang tahun Taylor ke-40. Perhiasan berbentuk hati ini tadinya adalah hadiah yang diberikan penguasa Kerajaan Mughal di Lahore kepada sang anak, Raja Shah Jahan.
“Taylor bisa menghabiskan 1.000 dolar dalam semenit,” kata Burton, pria yang merasa bangga bila bisa memenuhi hasrat hidup mewah Taylor.
Hidup Mewah sejak Bocah
Sejak kecil selebritas ini tak pernah hidup susah. Obituari yang dipublikasikan New York Times menyebut bahwa ayah Taylor, Francis Lenn Taylor, adalah art dealer asal Kansas yang pernah ditugaskan untuk bekerja di London, Inggris. Ibunya, Sara Viola Warmbrodt, adalah pemain teater di New York.
Taylor lahir dan menghabiskan masa kecilnya di London. Usai Perang Dunia II, keluarga mereka diminta kembali menetap di AS.
Sang ibu senantiasa memacu Taylor untuk belajar akting. Pada usia 12 ia membintangi film pertamanya, There’s One Born Every Minute. Setelah itu Taylor mendapat banyak tawaran main film. Namanya jadi terkenal setelah ia membintangi National Velvet. Kritikus Film James Agee memuji akting Taylor di film tersebut. Dan hal itu bikin Taylor semakin laris.
Sepanjang hidup, perempuan ini membintangi sekitar 50 film. Satu film yang membuatnya jadi selebritas tak terlupakan adalah Cleopatra (1963)garapan sutradara Joseph L. Mankiewicz. Film ini juga membuat Taylor jadi selebritas pertama dengan honor jutaan dolar dan menikahi aktor terkenal sebanyak dua kali.
“Kami saling jatuh cinta sejak pertemuan pertama di Roma. Rasanya waktu tidak pernah cukup. Richard itu penuh perhatian dan kasih sayang,” kata Taylor.
Saat jadi pasangan suami istri, mereka membintangi sekitar 10 film drama romantis. Salah satunya Who’s Afraid of Virginia Woolf?. Film inilah yang membuat Taylor mendapat Piala Oscar sebagai pemeran utama wanita terbaik.
Pasangan ini dikabarkan menjalani gaya hidup jet set. “Mereka punya rumah mewah di beberapa negara, terbiasa menyewa satu lantai hotel, memanfaatkan uang untuk membeli mobil mewah, karya seni, dan perhiasan,” kata Mel Gussow dalam obituari Taylor di New York Times.
Mereka bercerai pada 1974 dan kembali menikah 16 bulan kemudian. Lantas berpisah lagi pada 1976. Setelah berpisah dari Burton, Taylor menikahi John Warner, politikus AS yang pernah jadi senator, selama lima tahun. Ia bilang bahwa pernikahan tersebut membuatnya kesepian. Dan hal itu berujung pada depresi yang membuat Taylor harus tinggal di pusat rehabilitasi alkohol—tempat ia bertemu dengan suami berikutnya yang juga seorang pecandu.
Buruan Para Kolektor
Dekade 1970-an adalah masa ketika karier Taylor merosot tajam. Ia lantas mencoba bangkit dan mengisi hidup dengan mendirikan yayasan AIDS serta toko perhiasan. Toko itu tutup pada 2008 dan terlilit utang belasan juta dolar AS.
Publik boleh jadi tidak berminat dengan barang dagangan Taylor, tetapi para kolektor sangat berminat dengan perhiasan miliknya—termasuk pemberian Burton. Pada akhir 2011 balai lelang Christie’s melelang perhiasan-perhiasan itu. Total transaksi dalam lelang tersebut mencapai 116 juta dolar. Ini turut membuktikan bahwa posisi Taylor bukan hanya terkenal tetapi juga berkelas.
Tapi ada masa di mana ia tidak menginginkan hal itu. Ketika masih jadi istri Burton, ia hanya ingin dikenal sebagai Elizabeth Burton.
“Richard adalah satu-satunya pria yang benar-benar aku cintai dan aku pedulikan. Aku akan selalu merindukannya sampai hari di mana aku meninggal,” kata selebritas yang meninggal pada 23 Maret 2011, tepat hari ini delapan tahun lalu, itu.
Editor: Ivan Aulia Ahsan