tirto.id - Politikus Partai Golkar Indra Bambang Utoyo menyatakan siap ikut perebutan kursi calon Ketua Umum Golkar menyaingi Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Indra menilai, kepemimpinan Airlangga tidak mampu membawa partai ke arah yang lebih baik.
"Menurunnya perolehan suara dan kursi DPR RI pada Pemilu 2019 disebabkan oleh faktor kepemimpinan yang bermasalah, tidak adanya isu strategis, tidak terlaksananya konsolidasi dengan baik, serta kasus korupsi yang menjerat kader partai," kata Indra lewat rilis yang diterima wartawan Tirto, Sabtu (20/7/2019) malam.
Indra mengatakan, cikal bakal Partai Golkar lahir atas dorongan Jenderal Ahmad Yani dengan nama Sekber Golkar pada tahun 1964 dengan misi mempertahankan ideologi bangsa, yaitu Pancasila, dari rongrongan PKI atau komunisme.
Meski menurut Indra saat ini sel-sel komunisme masih hidup, tetapi, ada gangguan ideologi baru dari konsep khilafah.
Menurut Indra, Golkar tidak mampu menjadi benteng Pancasila dalam melawan khilafah terutama saat kontestasi Pilgub DKI 2017 dan semakin memanas pada Pilpres 2019.
"Dalam kaitan ini saya melihat Golkar tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap perkembangan khilafah ini, di mana seharusnya Golkar lah yang paling depan mewaspadai bahkan melawannya," kata Indra.
Indra juga menilai Golkar hari ini semakin terpuruk akibat konflik internal Golkar yang semakin meruncing disebabkan persaingan kekuasaan. Hal tersebut, kata Indra membikin suasana malahan menjadi pragmatis, meninggalkan idealisme.
"Isinya seperti jual-beli suara. Ditambah lagi tokoh-tokoh legislator Golkar terlibat pada kasus di KPK. Bahkan terakhir Ketua Umum [Setya Novanto] dan Sekjen [Idrus Marham] yang dibanggakan masuk ke tahanan bersama beberapa tokoh lain, dari pusat hingga daerah. Sempat pula Golkar terbelah selama hampir dua tahun, karena persoalan pragmatisme dan kekuasaan," kata dia.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dipna Videlia Putsanra