Menuju konten utama

Saat Klaster Ganas COVID-19 di Jateng Merebak di Sekolah

Di Jateng muncul kasus COVID-19 di beberapa sekolah. Salah satu di antaranya menyebabkan kematian beruntun para guru.

Saat Klaster Ganas COVID-19 di Jateng Merebak di Sekolah
Petugas pemakaman memasukan jenazah ke liang kubur dengan protokol COVID-19, Kamis (3/12/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sebanyak lima guru di SMP 3 Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah meninggal beruntun karena COVID-19. Belasan guru lain di Kabupaten Temanggung juga terkonfirmasi positif.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan kasus ini menjadi bukti bahwa “[di] sekolah sangat berpotensi terjadi penularan COVID-19.” Oleh karena itu, kepada reporter Tirto, Selasa (8/12/2020), Yulianto mengatakan “perlu dipertimbangkan lagi kebijakan pembelajaran tatap muka.”

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Abdul Aziz Achyar juga bilang kepada reporter Tirto, Selasa, agar kebijakan pembukaan sekolah dikaji ulang. Dia bilang klaster sekolah yang mengakibatkan lima guru meninggal adalah kejadian yang tidak biasa, sebab tingkat kematiannya sangat tinggi. Ini berbeda dengan klaster perkantoran yang memang telah muncul sejak beberapa pekan lalu.

Oleh karena itu dia juga mendesak klaster sekolah perlu diteliti lebih lanjut.

Sekolah tatap muka bakal mulai diterapkan pada Januari 2021. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebutkan beberapa syarat realisasi kebijakan ini, salah satunya tingkat risiko penyebaran pandemi di daerah terkait.

Penularan COVID-19 di SMP 3 Jekulo bermula saat guru dan karyawan mengunjungi Purwokerto untuk takziah. Sepulang dari perjalanan, beberapa dari mereka mengeluhkan sakit.

Orang pertama yang meninggal adalah guru berinisial F pada 23 November 2020. Kemudian guru berinisial G pada 29 November, sehari kemudian guru berinisial R.

Setelah itu semua guru dan karyawan dites swab. Hasilnya, 14 orang terkonfirmasi positif bergejala ringan dan diminta isolasi mandiri.

Ketika tes dilakukan, sudah ada dua guru yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Mereka juga akhirnya meninggal. RU pada 3 Desember dan MN 6 Desember.

“Lima guru yang meninggal semua terkonfirmasi positif. Yang terakhir masih muda dan dalam kondisi hamil,” kata Aziz.

Klaster serupa juga muncul di Temanggung. Belasan guru terpapar COVID-19 sehingga segala aktivitas di sekolah dihentikan sementara. “17 guru dari tiga sekolah, dua SMP dan satu SMA,” kata Sekretaris III Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Temanggung Dwi Sukarmei seperti dilansir dari Antara, Senin (7/12/2020).

Dwi, yang juga Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung, mengatakan untuk merespons lonjakan ini Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq menerbitkan surat edaran tertanggal 2 Desember yang intinya menginstruksikan agar semua pihak mengerem kegiatan-kegiatan yang memang bisa ditunda. “Kegiatan-kegiatan yang ada di dinas pendidikan dan organisasi perangkat daerah (OPD) lain maupun di desa-desa seyogyanya untuk memperhatikan protokol kesehatan,” tambahnya.

Di Jateng, hingga 7 Desember, terdapat 61.108 total kasus terkonfirmasi positif. Dari jumlah ini, 2.470 di antaranya meninggal dunia.

Tren lonjakan kasus di provinsi yang dikomandoi oleh Ganjar Pranowo ini sudah terjadi sejak pertengahan November. Pada 13 November, penambahan kasus di sana mencapai 1.362. Inilah kali pertama pertambahan kasus di Jateng melebihi 1.000 sejak pandemi masuk Indonesia pada awal Maret. Setelahnya penambahan kasus harian melebihi 1.000 jamak terjadi, bahkan menyentuh angka 2.036 pada 29 November.

Belakangan Pemprov Jateng mengklaim peningkatan terjadi karena keterlambatan input data--dan diakui oleh Satgas COVID-19 pusat.

Waspada Klaster Sekolah

Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan kasus COVID-19 yang menimpa siswa dan pendidik di Jateng cukup banyak. Selain di Kudus dan Temanggung, P2G mencatat klaster sekolah juga muncul di Jepara dan Kota Semarang. Terdapat 15 siswa di salah satu SMP swasta di Jepara yang diketahui positif COVID-19, sementara di SMK Negeri Kota Semarang jumlah yang tertular sebanyak 179 siswa.

Oleh karena itu Satriwan mendesak otoritas terkait memberikan perhatian serius di sektor ini.

“P2G mendesak para kepala daerah di tempat sekolah tersebut untuk melakukan tes swab massal kepada guru, tenaga kependidikan, dan siswa,” kata Satriwan melalui keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Selasa.

Bagi para orang tua, ia menganjurkan tidak mengajak anak-anaknya untuk berlibur setelah ujian akhir semester.

Kemudian, otoritas terkait juga perlu mempersiapkan dengan matang tahun ajaran baru yang rencananya dapat dilakukan secara tatap muka sepanjang syarat-syarat terpenuhi, awal tahun depan. Salah satunya dengan melakukan swab massal.

“Merujuk pada survei P2G terbaru, dengan responden guru yang tersebar dari 100 kota/kab di 29 provinsi, sebanyak 66 persen setuju untuk dilakukan tes swab sebelum pembelajaran tatap muka dilakukan,” kata Satriwan melalui keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Selasa.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino