tirto.id - Prospek bisnis perkantoran di Jakarta makin suram akibat COVID-19. Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, memprediksi tingkat hunian kantor di ibu kota akan jatuh dari 84 menjadi 80 persen hingga pengujung tahun atau akhir kuartal IV 2020.
Penyebabnya, banyak perusahaan pengguna jasa persewaan kantor menahan diri untuk melakukan relokasi atau ekspansi bisnis. Sebagian besar mereka, kata Ferry, memilih wait and see terutama sejak pemerintah mengeluarkan imbauan work from home alias bekerja dari rumah.
Di sisi lain, jumlah area perkantoran terus meningkat seiring dengan mulai rampungnya sejumlah gedung baru. Colliers International mencatat, akan ada tujuh gedung kantor baru dengan luas total 270.000 meter persegi di kawasan Central Business District (CBD) Sudirman, Jakarta pusat hingga akhir tahun ini.
Namun, dari jumlah tersebut, 65 persen atau 178.165 meter persegi berpotensi kosong alias tak terpakai.
Menurut Fery, pelaku bisnis penyedia ruang kantor bersama atau co-working space operator adalah pihak yang paling merana dari menurunnya tingkat hunian akibat COVID-19.
"Anggota mereka mulai mengajukan keringanan membayar sewa dengan adanya kebijakan working from home," tutur Ferry dalam keterangan resmi yang diterima Tirto, Selasa (14/4/2020).
Lantaran itu lah, ia menyarankan agar pengelola co-working space menghitung kembali risiko sewa dan menentukan jumlah kantor cabang yang optimum.
"Terkait reduksi sewa, diskusi antara pengembang dan penyewa dapat dilakukan untuk mendapatkan win-win solution dan keputusan yang wajar jika pengurangan sewa dapat diaplikasikan kepada penyewa," ujarnya.
Pengembang Didesak Potong Harga
JustCo, salah satu penyedia Coworking Space terkemuka di Asia Pasifik, merespons perlambatan ekonomi serta kebijakan work from home akibat COVID-19 dengan memberikan diskon harga sewa sebesar 15-30 persen kepada para anggotanya.
Pendiri dan Kepala Eksekutif JustCo, Kong Wan Sing, mengatakan, potongan harga untuk periode Mei 2020 itu terpaksa dilakukan meski para pengembang belum memberikan potongan harga.
“Ini adalah waktu yang sulit untuk bisnis dan sangat penting bahwa kami di sini untuk membantu anggota yang telah mendukung kami bertumbuh hingga saat ini," ujarnya dalam keterangan yang dirilis di situs resmi JustCo.
Meski demikian, JustCo mendesak para pengembang untuk mengurangi biaya kontrak sewa agar bisnis mereka bisa tetap berjalan. Terlebih, ruang perkantoran memakan ongkos cukup besar dalam biaya operasi bisnis.
"Bersama-sama, jika pengembang dan penyewa berbagi beban dari kesulitan saat ini, keduanya pada akhirnya dapat bertahan dan bahkan berkembang dalam jangka panjang," tambahnya.
Pengamat properti dari Saville Indonesia Anton Sitorus menilai, dampak anjuran kerja dari rumah pada bisnis perkantoran dan coworking space hanya jangka pendek.
Menurutnya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa dua bisnis itu terkena imbas yang signifikan dari pandemi COVID-19. "Ini enggak akan terus terusan seperti ini (WFH). Kalau kondisinya sudah normal lagi pasti udah kembali lagi ke kantor normal seperti biasa," kata dia saat dihubungi kemarin (14/4/2020).
Anton juga berpandangan bahwa jasa penyewaan ruang kantor berpeluang besar untuk kembali bangkit usai wabah COVID-19. Namun, perbaikan kinerja tidak bisa dicapai tiba-tiba. Butuh sejumlah strategi agar industri properti di sektor ini bisa bangkit lagi.
Salah satu yang ia sarankan adalah mengubah pola kontrak penyewaan ruang kantor dari semula tahunan menjadi bulanan. Itu, lanjut dia, bisa jadi pancingan bagi penyewa baru di tengah tekanan ekonomi dampak virus Corona seperti saat ini.
"Jadi tidak menutup kemungkinan kalau ada wabah lagi nanti kemudian akan ada sistem baru dari skema sewa gadung entah itu per bulan atau ada diskon kalau gedungnya enggak digunakan," pungkasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana