tirto.id - Puasa Syaban, yang di dalamnya terdapat puasa menjelang malam nisfu Syaban, bukanlah puasa wajib, melainkan puasa sunnah. Dalam kalender Masehi, malam nisfu Syaban tahun ini bertepatan dengan Kamis, 17 Maret 2022 sejak bakda maghrib.
Bulan Syaban menjadi bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan tersebut seorang muslim dapat mempersiapkan diri menjelang Ramadhan, bulan kala diwajibkannya umat Islam yang tidak berhalangan untuk berpuasa selama sebulan penuh (29 atau 30 hari).
Nabi Muhammad saw. terbiasa berpuasa pada bulan Syaban dengan jumlah hari puasa lebih banyak daripada bulan-bulan sebelumnya.
Diriwayatkan dari jalur Abu Salamah, bahwa Aisyah berkata, "Aku tidak pernah melihat beliau (Rasulullah) berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Syaban. Beliau puasa pada bulan Syaban secara penuh, beliau puasa pada bulan Sya'ban kecuali sedikit hari (beliau tidak berpuasa)." (H.R. Ibnu Majah).
Bulan Syaban adalah masa ketika Allah mengangkat amal hamba-hamba-Nya dalam setahun. Rasulullah secara tersirat mengingatkan umat Islam untuk tidak abai terhadap bulan ini.
Dari jalur Usamah bin Zaid, Nabi saw. bersabda, "Inilah bulan yang manusia lalai darinya; ini bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadan, inilah bulan ketika berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam. Aku senang jika amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (H. R. Nasa'i).
Di antara hari-hari dan malam-malam bulan Syaban, terdapat satu malam istimewa, malam 15 Syaban yang disebut malam nisfu syaban.
Salah satu hadis yang mengungkapkan keutamaan malam nisfu syaban adalah riwayat dari Abu Musa Al-Asy'ari, "Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Syaban. Maka Dia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan" (H.R. Ibnu Majah).
Terdapat pula riwayat dari jalur Mu'awiyah bin Abdullah bin Ja'far, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila malam nisfu syaban (pertengahan bulan Syaban), maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya ..." (H.R. Ibnu Majah).
Dalam "Kontroversi Seputar Kesunnahan Shalat Nisfu Syaban" oleh M. Tatam Wijaya (NU Online), disebutkan bahwa status hadis ini lemah, tetapi beberapa riwayat lain yang menguatkan anjuran untuk menghidupkan malam nifsu syaban.
Puasa menjelang malam nisfu syaban, yang masuk ke dalam puasa Syaban, atau bisa pula masuk puasa ayyamul bidh (pertengahan bulan) Syaban, hukumnya sunnah, tidak wajib. Khusus pada tahun ini, 15 Syaban 1443H bertepatan dengan Jumat, 18 Maret 2022. Dengan demikian, pada hari menjelang malam nisfu syaban, umat Islam bisa pula melakukan puasa sunnah Kamis.
Dalam Islam, hanya terdapat 4 puasa yang sifatnya wajib, yaitu puasa Ramadhan yang lamanya 29 atau 30 hari sepanjang Ramadhan, puasa nazar, puasa kafarat, dan puasa qadha (ganti puasa Ramadhan).
Hukum Puasa Setelah Nisfu Syaban
Bagaimana jika seseorang kemudian berpuasa setelah nisfu syaban? Apakah puasanya sah?
Terkait puasa sunnah, dalam Mazhab Syafi'i dikenal adanya kemakruhan seseorang berpuasa sunnah setelah nisfu syaban jika ia tidak terbiasa puasa sunnah sebelumnya. Dalam hal ini, jika ia hanya mengkhususkan puasa hanya setelah nisfu syaban (15 Syaban).
Namun, jika orang tersebut sudah bisa berpuasa sunnah, maka tidak ada masalah jika ia melanjutkan praktik puasa sunnah tersebut, misalnya puasa Senin-Kamis dan puasa Daud.
Jika orang tersebut masih berutang puasa Ramadhan, dan ia tidak terbiasa puasa setelah nisfu syaban, maka kemakruhan itu hilang (tidak berlaku). Pasalnya, ia mesti terlebih dahulu membayar puasa wajib yang ditinggalkan sebelum Ramadhan berikutnya tiba.
Demikian pula jika seseorang memiliki tanggungan puasa nazar dan puasa kafarat. Puasa-puasa tersebut wajib dilakukan, dan tidak dapat dikenai kemakruhan puasa setelah nisfu syaban.
Editor: Iswara N Raditya