Menuju konten utama

Puan Sebut Indonesia Gelap hingga One Piece Kritik yang Kreatif

Puan Maharani menilai fenomena kritik tersebut sebagai bentuk gambaran atas keresahan masyarakat yang terjadi saat ini.

Puan Sebut Indonesia Gelap hingga One Piece Kritik yang Kreatif
Puan Maharani dalam sidang Tahunan MPR RI 2025. youtube/TVR PARLEMEN

tirto.id - Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyinggung sejumlah fenomena di Indonesia, mulai dari sebutan Indonesia Gelap, Kabur Aja Dulu, hingga pengibaran bendera One Piece menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Hal tersebut diungkapkan dalam pidato politiknya di acara Sidang Tahunan MPR RI, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

“Ungkapan tersebut dapat berupa kalimat singkat seperti “kabur aja dulu”, sindiran tajam “Indonesia Gelap”, lelucon politik “negara Konoha”, hingga simbol-simbol baru seperti “bendera One Piece”, dan banyak lagi yang menyebar luas di ruang digital,” ucap Puan.

Puan menyebut bahwa frasa-frasa yang beredar di media sosial tersebut merupakan bentuk kritik yang kreatif dan lahir dari hasil pemikiran anak muda Indonesia saat ini.

“Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik,” kata dia.

Dirinya juga menjelaskan bahwa fenomena kritik tersebut sebagai bentuk gambaran atas keresahan masyarakat yang terjadi saat ini. Dia mengingatkan kepada pemerintah saat ini untuk peka dalam fenomena-fenomena sosial di masyarakat, yang diungkapkan melalui berbagai cara.

“Bagi para pemegang kekuasaan, semua suara rakyat yang kita dengar bukanlah sekadar kata atau gambar. Di balik setiap kata ada pesan. Di balik setiap pesan ada keresahan. Dan di balik keresahan itu ada harapan,” jelasnya.

Meski demikian, Puan mengimbau kepada masyarakat bahwa setiap kritik yang disampaikan tidak boleh menjadi alasan untuk membakar api persaudaraan. Dirinya menyebut kritik harus menjadi cahaya dalam kegelapan yang kemudian menerangi jalan bersama.

“Kritik dapat keras dalam substansi dan menentang keras kebijakan akan tetapi kritik bukan alat untuk memicu kekerasan, kebencian, menghancurkan etika dan moral masyarakat, apalagi menghancurkan kemanusiaan,” tukasnya.

Baca juga artikel terkait SIDANG TAHUNAN MPR 2025 atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Flash News
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto