tirto.id - Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengakui bahwa sistem demokrasi di Indonesia tak sepenuhnya ditentukan oleh rakyat. Dia mengatakan demokrasi di Indonesia masih dipengaruhi oleh “buah tangan”.
Menurut Puan, sistem demokrasi yang berjalan secara aturan memang berdasarkan pemilu. Namun, sistem itu tak sepenuhnya berdasarkan kehendak rakyat untuk menempatkan wakil-wakil pemimpin.
“Saat ini, demokrasi dalam Pemilu kita, selain ditentukan oleh garis tangan, juga sering dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan,” tutur Puan dalam pidatonya di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Dia mengakui kritik sekaligus autokritik terhadap sistem demokrasi melalui Pemilu harus terus dilakukan. Hal itu demi memperbaiki dan menyempurnakan sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia.
“Sebab, demokrasi yang kita cita-citakan bukanlah demokrasi campur tangan dan buah tangan, tetapi demokrasi yang memberi kesempatan setara bagi semua warga negara,” ungkap Puan.
Politikus PDIP itu pun mengajak semua pihak untuk tetap menjaga demokrasi di Indonesia.
“Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat,” ucap dia.
Diketahui, Ketua DPR RI Puan Maharani terlihat mengenakan kebaya nuansa warna hijau lime bermotif bunga dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI yang digelar pada hari ini, Jumat.
Penampilan itu makin anggun dipadukan dengan selendang berwarna merah. Selendang itu dipilih Puan sebagai makna perjuangan anti-penjajah, mengingat Sidang Tahunan MPR digelar dalam rangka memperingati HUT ke-80 RI.
Puan pun memilih kain panjang Batik Tulis Pekalongan berbahan sutra ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk bawahannya. Yang menarik, kain pilihan Puan bermotif bunga Hokokai dengan latar tanahan motif parang. Motif Bunga Hokokai merupakan desain batik yang ada pengaruhnya saat penjajah Jepang datang ke Indonesia.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































