tirto.id - Kondisi ketidakpastian politik dan ekonomi dalam Pilpres 2024 mulai menemukan titik terang. Ini setelah hasil perhitungan cepat atau quick count dilakukan sejumlah lembaga survei di Indonesia, berpotensi terjadi hanya satu putaran.
Berdasarkan hasil hitung sementara per 15 Februari 2024 pukul 22.45 WIB, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, unggul dibandingkan dua pasangan capres dan cawapres lainnya. Pasangan nomor urut dua 2 itu, sudah mengantongi perolehan suara di atas 51 persen.
Perolehan suara tersebut, tentu menjadi angin segar bagi para investor. Artinya, mereka tidak perlu lagi wait and see untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. Namun, sebaliknya, kondisi tersebut akan berbeda jika ternyata harus berlanjut ke putaran kedua pada Juni 2024 mendatang.
“[Putaran kedua] ini dapat menimbulkan ketidakpastian berkepanjangan dan pada gilirannya akan mempengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, kepada Tirto, Senin (15/2/2024).
Menurut Josua, dengan peluang Pilpres satu putaran, maka akan menghilangkan sebagian ketidakpastian yang mungkin membebani belanja konsumen dan investasi dalam beberapa bulan mendatang. Apalagi pada tahun ini, target investasi yang ingin dicapai oleh pemerintah adalah sebesar Rp1.650 triliun.
Namun, jika kita kilas balik pada dua Pemilu sebelumnya, tren investasi di tahun politik sebenarnya menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di 2019 tembus mencapai Rp809,6 triliun. Realisasi itu tercatat lebih tinggi dibandingkan pada 2018 yang mencapai Rp721,3 triliun.
Kemudian jika melihat tahun politik pada 2014 lalu, realisasi investasi mencapai Rp463,1 triliun. Ini meningkat 16,2 persen dibandingkan dengan perolehan periode sebelumnya Rp398,6 triliun.
“Dengan satu putaran, maka ini dirasakan oleh investor menjadi lebih cepat kepastiannya [untuk berinvestasi],” ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal, kepada Tirto, Kamis (15/2/2024).
Faisal mengatakan, potensi Prabowo-Gibran menang satu putaran secara otomatis membuat keputusan-keputusan bisnis investor menjadi lebih cepat. Dari yang tadinya mereka wait and see, sekarang sudah bisa memutuskan untuk berinvestasi tanpa ada keraguan.
“Dan kelihatan bagaimana arah kebijakan ke depan. Kalau Prabowo-Gibran sudah jelas melanjutkan kebijakan Jokowi, sehingga itu dari arah kebijakan sudah lebih jelas bagi para investor,” tutur Faisal.
Kendati demikian, timpal Josua Pardede, masih terdapat beberapa hal yang tetap perlu diwaspadai. Pertama adalah hasil resmi mengonfirmasi kemenangan dan menghindari putaran kedua. Kedua, susunan kabinet dan penunjukan menteri-menteri penting pada pemerintahan mendatang.
Ketiga, kebijakan atau prioritas pemerintahan mendatang. Khususnya, terkait keberlanjutan kebijakan di bidang ekonomi apakah akan dilakukan oleh pemerintah berikutnya atau sebaliknya.
Lebih lanjut, dengan kemungkinan pemilu presiden satu putaran, maka investor akan fokus pada kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Mengingat terdapat ruang pemangkasan suku bunga BI rate pada semester II-2024 ini.
“Maka kepercayaan investor terutama investor asing cenderung akan menguat dan selanjutnya berpotensi mendukung berlanjutnya kinerja positif pasar modal hingga akhir tahun 2024 ini,” ujar Josua.
Selain investasi portofolio, investasi langsung baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) juga diperkirakan akan meningkat pada semester II-2024. Sehingga diharapkan investasi riil menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga pada 2024 ini.
Bagaimana dengan Angka Pertumbuhan Ekonomi?
Lebih lanjut, jika melihat arah tren pertumbuhan ekonomi nampaknya masih akan berada pada kisaran 5 persen. Berdasarkan proyeksi lembaga riset Danareksa Sekuritas, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 diperkirakan tetap optimistis di tengah berlangsungnya Pemilu 2024.
Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,16 persen (yoy) pada periode Januari-Maret 2024. Posisi ini meningkat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,04 persen (yoy) pada kuartal IV-2023.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,02 persen (yoy) pada kuartal I-2024, lebih tinggi dari pertumbuhan 4,47 persen (yoy) pada kuartal-IV 2023. Ini didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat akibat kenaikan upah minimum dan bantuan sosial dari pemerintah.
Belanja pemerintah juga diperkirakan meningkat pada paruh pertama 2024. Ini seiring dengan anggaran Pemilu yang membutuhkan biaya tak sedikit.
Untuk Pemilu 2024, Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran hingga Rp71,3 triliun. Anggaran bahkan sudah diberikan sejak jauh-jauh hari, sekitar 20 bulan sebelum pemilu terselenggara.
Pada 2022, misalnya, pemerintah mengalokasikan Rp3,1 triliun. Kemudian pada 2023, alokasi anggaran Pemilu bertambah menjadi Rp30,0 triliun. Sementara pada tahun ini di mana berlangsungnya Pemilu, alokasinya naik lagi menjadi Rp38,2 triliun.
“Jadi artinya kalau dari pertumbuhan ekonomi sendiri kita tetap di 2024 ini seperti outlook kita kemarin antara 4,9 persen sampai 5 persen. Jadi ada sedikit perlambatan dari 2023 yang 5,05 persen. Tapi itu terlepas dari satu putaran atau dua putaran,” ujar Faisal.
Namun, kata Faisal, yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lebih signifikan jika satu putaran dimenangkan oleh Prabowo-Gibran adalah bagaimana arah kebijakan mereka ke depannya. Pasangan tersebut harus bisa melihat kelemahan dari perjalanan 10 tahun terakhir di pemerintahan Jokowi.
“Dan satu lagi kualitas daripada pembangunan ekonominya secara distribusi pendapatan dan penanganan masyarakat miskin yang kemungkinan besar masih akan terus bertumpu pada bansos,” pungkas dia.
Di sisi lain, ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet, melihat masih terlalu dini mengatakan terpilihnya pasangan Prabowo dan Gibran akan memberikan dampak secara masif dan positif terhadap perekonomian. Sebab, presiden terpilih masih harus membuktikan bagaimana kemudian menjalankan visi dan misi yang sudah disebutkan sebelumnya.
Menariknya, kata Yusuf, pasangan nomor urut 2 itu tidak secara spesifik menyebutkan target pertumbuhan ekonomi setidaknya dalam lima tahun ke depan. Kondisi ini relatif berbeda dengan dua paslon pesaing mereka yang memang punya angka tertentu dalam memproyeksikan atau menyusun target pertumbuhan ekonomi.
“Namun, kalau kita lihat lebih detail pada dokumen visi dan misi Prabowo Gibran disebutkan mereka akan mendorong pembangunan industri rakyat. Definisi dari industri rakyat inilah yang sebenarnya perlu ditagih nantinya terkait apa-apa saja yang masuk ke dalam kategori industri rakyat,” ujar dia kepada Tirto, Kamis (15/2/2024).
“Dan apakah ini menjadi salah satu alat untuk mencapai prospek perekonomian yang lebih baik? Mengingat pasangan ini tidak menjelaskan secara detail target pertumbuhan ekonomi mereka,” sambung Yusuf.
Kondisi Berat bagi Prabowo-Gibran
Terlepas dari pertumbuhan ekonomi, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai kondisi hari ini cukup berat bagi Prabowo-Gibran. Sebab, saat ini masyarakat dihadapkan pada harga bahan pangan yang naik dan kelangkaan stok beras menjelang Ramadan, sehingga ini perlu menjadi fokus perhatian.
“Jadi meskipun quick count sudah menunjukkan Prabowo menang, tapi ini hari-hari yang cukup berat,” ujar Bhima kepada Tirto, Kamis (15/2/2024).
Selain masalah masalah pangan, persoalan pertanian mulai dari ketersediaan pupuk, ketahanan pangan juga menjadi salah satu hal untuk diselesaikan. Ini menjadi penting untuk mendapatkan kredibilitas ataupun kepercayaan dari pemilih.
Lebih lanjut, Bhima mengatakan situasi yang dihadapi oleh pemerintahan baru nanati adalah situasi sangat menantang. Sebab, situasi global tidak berpihak pada Indonesia. Ini ditandai dengan harga komoditas anjlok, ekonomi mitra dagang terbesar yakni Cina sedang sakit-sakitan, serta kondisi Pemilu di AS yang bisa berpengaruh terhadap kebijakan moneter dan arus modal yang masuk ke RI.
Kemudian tantangan lainnya dihadapi oleh Prabowo adalah koalisi yang sangat gemuk. Sehingga pertimbangan untuk siapa-siapa yang akan menempati pos-pos ekonomi dan menteri di bidang ekonomi menjadi penting.
“Siapa yang akan gantikan Sri Mulyani, menggantikan Luhut dan menggantikan menteri menteri profesional yang ada di lingkaran Jokowi saat ini menjadi teka-teki besar. Karena kalau terlalu banyak politisi masuk di bidang ekonomi saya pikir ini juga akan menurunkan kredibilitas,” pungkas Bhima.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri