tirto.id - Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW) menyambut baik kebijakan Presiden RI, Prabowo Subianto membentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di bawah naungan Kementerian Agama.
Ia berharap lembaga tersebut bisa mengelola dana abadi pesantren (DAP) secara mandiri. Sebab, DAP saat ini masih dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Pria yang karib disapa HNW itu melihat adanya ketimpangan antara jumlah alokasi dana abadi pesantren dengan jumlah santri. Dia menyebutkan jumlah santri di Indonesia sebanyak 11 Juta, sedangkan anggarannya hanya sebesar Rp250 miliar.
"Persentase untuk dana abadi pesantren jomplang sekali. Jumlah santri di Indonesia ada 11 juta. Jumlah murid di Indonesia ada 52 juta sekian. Untuk murid ini keseluruhan itu anggarannya Rp9,3 triliun. Untuk pesantren hanya Rp250 miliar. Tentu sangat tidak adil,” kata HNW kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
HNW juga menyoroti masih banyaknya permasalahan dalam pondok pesantren, salah satunya bangunan tua yang kapan saja berpotensi roboh. Di sisi lain, ia menambahkan saat ini jumlah pesantren aktif di Indonesia per September 2025 sebanyak 42.391 unit yang tersebar di 34 provinsi. Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan unsur pelaksana pada kementerian atau lembaga untuk fokus menangani pesantren.
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2019, kata dia, tujuan pesantren adalah meningkatkan pemahaman agama yang moderat, menumbuhkan kerukunan hidup beragama, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Ini lagi-lagi juga memerlukan ada pihak yang secara khusus perlu mengelola. Apalagi sekarang ini, tapi ada kondisi di mana pesantren-pesantren yang memerlukan perhatian lebih bangunan yang roboh,” tutur HNW.
HNW tak mempersoalkan DAP digunakan untuk beasiswa. Ia berharap beasiswa tersebut tak hanya difokuskan untuk ilmu keagamaan saja, tetapi juga bidang lainnya demi kesejahteraan pondok pesantren.
Misalnya, beasiswa fakultas teknik untuk para santri. Harapannya, pesantren bisa memiliki seorang santri yang memiliki keahlian dalam bidang teknik, khususnya arsitek. Menurutnya, hal tersebut guna meminimalkan potensi bangunan pesantren roboh, terutama yang sudah tua.
“Pesantren (juga) memerlukan kesehatan. Kalau saja beasiswa juga diberikan kepada santri, termasuk di fakultas kedokteran, setiap pesantren punya dokter dari santri sendiri, pasti akan memberikan kesehatan bagi santri, kesehatan bagi pemerintahan santri," pungkas HNW.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































