tirto.id - Rencana Presiden Prabowo Subianto menghapus utang para petani dan nelayan yang telah menumpuk selama puluhan tahun disambut antusias oleh berbagai kalangan, terutama dari daerah-daerah agraris dan pesisir seperti Subang, Jawa Barat. Di tengah tekanan ekonomi dan beban hidup yang kian menghimpit, gagasan ini dinilai sebagai angin segar bagi sektor pertanian dan perikanan tradisional.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Subang, Tegar Jasa Priatna, menyebut kebijakan tersebut sebagai bentuk nyata keberpihakan negara terhadap rakyat kecil yang selama ini hidup dalam lingkaran utang.
“Ini bukan sekadar wacana ekonomi, ini adalah bentuk nyata keberpihakan negara kepada rakyat kecil. Kami di Subang, khususnya petani dan nelayan di pesisir Pantura, sudah lama menantikan kebijakan yang menyentuh langsung kebutuhan dasar mereka,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Subang, Jumat (9/5/2025).
Menurut Tegar, penghapusan utang akan mengurangi beban petani dan nelayan secara drastis. Lebih dari itu, ia optimistis langkah ini dapat menstabilkan harga komoditas karena biaya produksi yang selama ini membengkak bisa ditekan.
Dampak dari wacana ini, menurut dia, bukan hanya bersifat ekonomis, tetapi juga psikologis dan sosial. Ia mengisahkan bagaimana para petani dan nelayan di Subang selama bertahun-tahun terjebak dalam siklus utang yang menyesakkan.
“Bayangkan, ada petani yang setiap musim tanam harus meminjam dari tengkulak hanya untuk membeli bibit dan pupuk. Begitu panen, hasilnya harus dibayarkan kembali untuk melunasi pinjaman. Itu siklus yang sangat menyesakkan. Bila utang ini dihapuskan, maka kita akan melihat wajah-wajah bahagia para petani kita,” kata dia.
Tegar juga berharap implementasi kebijakan ini dilakukan secara cermat dan adil, melalui pendataan yang akurat agar benar-benar menyasar mereka yang membutuhkan.
Menurut Tegar, bila terealisasi, kebijakan penghapusan utang ini akan menjadi langkah monumental dalam sejarah pembangunan pedesaan Indonesia. Di tengah tantangan perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi, ia menilai negara kini hadir dengan keberpihakan yang nyata kepada akar rumput.
“Ini awal dari kebangkitan rakyat kecil. Kami percaya di bawah kepemimpinan Pak Prabowo, visi Indonesia Maju akan dimulai dari desa-desa, dari sawah dan laut kita, dari tangan-tangan kasar yang selama ini bekerja dalam sunyi untuk memberi makan bangsa ini,” ungkapnya.

Sambutan positif juga datang langsung dari para nelayan dan petani Subang. Casim (53), seorang nelayan Pantura asal Kecamatan Blanakan, tak kuasa menahan haru saat mendengar rencana penghapusan utang tersebut.
“Kami ini kerja dari malam sampai pagi, hasilnya pas-pasan. Kadang cuaca buruk, kadang harga ikan anjlok. Tapi tiap bulan harus bayar utang ke koperasi atau ke rentenir. Kalau betul utang ini bisa dihapus, itu seperti Allah mengabulkan doa kami,” kata Casim.
Ia menambahkan, kebijakan ini bisa menjadi titik balik kebangkitan nelayan kecil yang selama ini terpinggirkan oleh sistem ekonomi yang tidak berpihak.
Ahmad (45), seorang petani padi di wilayah Ciasem, juga menyampaikan nada serupa. Baginya, gagasan ini lebih dari sekadar program ekonomi melainkan bentuk pengakuan negara atas kerja keras petani.
“Utang kami itu bukan karena kami malas, tapi karena sistem yang tidak mendukung. Harga pupuk naik, harga gabah murah. Kami bertahan hanya karena cinta pada tanah ini. Kalau utang ini dihapus, itu seperti hidup kami dimulai dari nol lagi, tapi kali ini dengan harapan,” ungkapnya.
Ahmad berharap penghapusan utang diikuti dengan kebijakan lain yang memperkuat ketahanan petani, seperti subsidi input pertanian dan jaminan harga hasil panen.
Penulis: Subang Info
Editor: Abdul Aziz
Masuk tirto.id

































