tirto.id - Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengingatkan para kandidat capres-cawapres tak berlebihan menggunakan gimik-gimik politik.
Menurut Titi, gimik politik memang perlu dan boleh digunakan, namun jika terlalu sering bisa merugikan pasangan calon itu sendiri. Apalagi digunakan dalam momen debat.
"Gimik itu boleh saja, asal jangan overdosis, ya. Kalau overdosis bisa merugikan calon sendiri, ya," kata Titi Anggraini, dilansir dari Antara, Selasa (23/1/2024).
Menurut Titi, gimik-gimik politik saat debat pilpres justru dapat menghilangkan substansi materi debat itu sendiri. Padahal, tambahnya, masih terdapat pemilih bimbang atau swing voters yang angkanya mencapai 24,8 persen.
Swing voters adalah pemilih yang sudah menentukan pilihan politik mereka, tetapi bisa mengubah pilihannya menjelang pencoblosan karena dinamika politik.
Para swing voters tersebut, lanjut Titi, menggunakan ajang debat capres-cawapres sebagai sarana untuk mempertimbangkan pilihan politik mereka dalam membuat keputusan pada 14 Februari mendatang.
"Angka pemilih yang masih bimbang itu masih di atas 24,8 persen. Tentu saja itu (debat capres-cawapres) akan menjadi penilaian bagi pemilih sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan," ujar Titi Anggraini.
Debat keempat Pilpres 2024 yang dilakoni para calon wakil presiden (cawapres) diwarnai saling serang gagasan dan strategi provokatif. Debat yang digelar di Jakarta Convention Center, Minggu (21/1/2024) malam, mengangkat tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan lantaran dinilai lebih banyak menonjolkan gimik daripada gagasan-gagasan pada tema debat.
Gimik kerap dikeluarkan Gibran saat sesi tanya jawab, sehingga membuat publik menilai penampilannya gagal apik.
“Gibran banyak gagal menjawab pertanyaan dan cenderung menghindari ketidaktahuannya dengan menyerang personal dengan gimik. Bahkan cenderung merendahkan reputasi Mahfud MD, juga Muhaimin,” kata Analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah kepada reporter Tirto, Senin (22/1/2024).
Lebih lanjut, kata dia, ucapan Gibran yang menyebut Thomas Lembong dalam substansi debat cenderung tendensius.
Thomas Lembong anggota Timnas Anies-Muhaimin yang disebut Gibran sebagai ‘anti-nikel’ dalam debat.
“Dari sisi substansi, Muhaimin mendekati kebenaran dan cukup berimbang antara yang normatif dan implementatif. Lalu, Mahfud MD cukup kuat dalam gagasan rasional, sesuai dengan yang terjadi saat ini,” ujar Dedi.
Dedi melihat situasi pascadebat dimungkinkan merugikan Prabowo. Sebab, upaya meningkatkan elektabilitas justru berpotensi kandas karena sikap jumawa Gibran.