tirto.id - Holding Industri Pertambangan (HIP) BUMN yang menaungi 5 perusahaan industri tambang di Indonesia resmi berganti nama menjadi MIND ID yang merupakan akronim dari Mining Industry Indonesia.
Peluncuran identitas baru itu dilakukan pada Sabtu, 17 Agustus 2019, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun RI ke-74.
Lima perusahaan tambang pelat merah yang tergabung dalam holding tersebut di antaranya PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), dan PT Timah Tbk.
Identitas baru MIND ID sekaligus memperjelas fungsi Inalum sebagai Holding Industri Pertambangan dan Inalum sebagai pelaksana operasional peleburan aluminium.
Tidak ada perubahan terhadap struktur badan hukum dan operasional dari Inalum terkait dengan
logo dan nama baru ini. Diketahui, Inalum memang ditunjuk menjadi Holding BUMN industri
"Insyaallah bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi bangsa dan negara. Hasil tambangnya tidak langsung dijual, tetapi diproses agar nilainya semakin tinggi dan memberikan manfaat bagi bangsa dan negara," ujar Dirut Antam, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Minggu (18/8/2019).
Diketahui, semula Holding Industri Pertambangan didirikan pada tanggal 27 November 2017 dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), atau resmi menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan dengan menguasai saham milik pemerintah Indonesia di Antam, PTBA, Timah dan PT Freeport Indonesia.
Menurut dia, holding tersebut merupakan salah satu hasil dari program pemerintah dalam melakukan langkah sinergi antar BUMN. Inalum berperan, kata dia, sebagai induk usaha Holding sementara PT Aneka Tambang, PT Bukit Asam, PT Timah, dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota Holding.
Dengan demikian, kata dia, Inalum memegang 65 persen saham PT Aneka Tambang, 65.02 persen saham PT Bukit Asam, 65 persen saham PT Timah, dan 51,2 persen saham PT Freeport Indonesia.
Budi Gunadi melanjutkan hingga Desember 2018, Holding Industri Pertambangan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp65,2 triliun atau tumbuh 38 persen dari tahun sebelumnya.
"EBITDA konsolidasi mencapai Rp18,5 triliun atau tumbuh 50 persen dari tahun sebelumnya. Sementara laba bersih konsolidasi mencapai Rp10,5 triliun, tumbuh 54 persen dari 2017," kata dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali