tirto.id - Koalisi People for Peat (PFP) telah merampungkan empat tahun penelitian lahan gambut di Asia Tenggara (SEA) selama periode tahun 2019-2023. Selain penelitian, terdapat juga bisnis dan investasi serta penjangkauan dan advokasi.
Penelitian itu mereka tutup dengan upacara di Hotel Double Tree, Jakarta Pusat, Selasa (11/4/2023).
Koalisi PFP terdiri dari delapan negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Mereka tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) World Resources Institute (WRI) Indonesia, Tropical Rainforest Conservation & Research Center (TRCRC), dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH).
Kepala Kerjasama Delegasi UE untuk Indonesia atau ASEAN, Thibaut Portevin mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam penelitian konservasi lahan gambut ini.
“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah berkontribusi dalam proyek ini, khususnya masyarakat setempat yang menyambut kami ke dalam kehidupan mereka. Dedikasi, kerja keras, dan semangat anda telah memberikan dampak yang bertahan lama pada pengelolaan dan konservasi lahan gambut," kata Thibaut saat memberikan sambutan.
Proyek ini didanai oleh European Union (EU). Senior Project Sustainable Use of Peatland and Haze Mitigation in ASEAN (EU-SUPA) WRI Indonesia, Satya Budi Utama mengatakan program tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan, penelitian lahan gambut, dan penjagaan gambut.
Dalam merealisasikan hal tersebut, Koalisi PFP melatih 46 pitches rangers atau petugas lapangan yang memiliki kepedulian untuk menangani lahan gambut, menangani kebakaran, hingga mengelola gambut menjadi mata pencaharian di daerah mereka masing-masing.
"Setelah mereka mendapatkan itu semua, mereka memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar," kata pria yang akrab disapa Tomi itu.
Pada waktu yang sama, Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi mengatakan Koalisi PFP juga telah menyelesaikan rekomendasi proyek dan ringkasan kebijakan tentang pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.
Hal ini nantinya akan berfungsi sebagai cetak biru, terutama mengenai aktor non-negara untuk upaya masa depan dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di Asia Tenggara.
Ke depan, proyek PFP merekomendasikan penyediaan informasi dan data yang berkelanjutan tentang lahan gambut di kawasan, memperluas cakupan Portal Kabut ASEAN, dialog berkelanjutan antara aktor negara dan non-negara, dan evolusi koalisi PFP untuk mengidentifikasi sumber baru pendanaan dan ide-ide inovatif untuk konservasi lahan gambut.
“Setelah empat tahun, program tersebut telah berakhir, namun upaya untuk mempromosikan pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan di ASEAN harus terus berlanjut,” kata Nirarta.
Koalisi PFP juga telah mengembangkan laman peopleforpeat.org, sebuah platform yang bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan praktik terbaik tentang pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di Asia Tenggara.
"Merupakan aspirasi kami bahwa platform ini akan didirikan sebagai pusat keunggulan lahan gambut di kawasan, sekaligus mendorong lebih banyak aktor non-negara untuk meningkatkan upaya mereka dalam mewujudkan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan dan mitigasi kabut asap di tahun-tahun mendatang," ujar Nirarta.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan