tirto.id - Pandemi COVID-19 masih ada dan hal ini sudah berlangsung hampir setahun di Indonesia sejak diumumkan pemerintah pada 2 Maret 2020.
Karenanya, masyarakat perlu terus menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dalam kehidupan sehari-hari dan jangan sampai mengabaikannya.
“Sudah hampir setahun kita hidup di tengah pandemi, sekarang sudah tahun 2021 dan COVID-19 ini belum berakhir, maka sangat penting prokes itu secara disiplin diterapkan,” kata Zulfa (26), penyintas COVID-19 yang berdomisili di Banda Aceh, seperti dilansir Antara.
Zulfa lalu menceritakan sedikit kisahnya ketika ia dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada akhir Desember 2020 berdasarkan hasil tes sampel usap (swab) secara mandiri.
Ia lalu menjalani isolasi mandiri di rumah kosnya selama 16 hari. Saat diisolasi, Zulfa mengaku sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan orang lain.
Ia pun terus menjaga pola makan dan menerapkan pola hidup sehat agar proses penyembuhannya bisa berjalan lebih cepat.
“Aktivitas saya berjemur, latihan fisik ya untuk meningkatkan imun dan kebugaran tubuh. Paling kalau terasa jenuh itu saya menonton film dan dengar musik,” ujarnya.
Zulfa juga mengaku bahwa dirinya selalu berusaha menerapkan prokes secara maksimal agar terhindar dari infeksi COVID-19.
Ia selalu memakai masker saat keluar rumah, namun karena Aceh sudah transmisi lokal sehingga lokasi penularan tidak hanya di satu tempat.
“Kalau masker itu kemana saya pergi tetap saya pakai. Tapi Aceh kan sudah transmisi lokal jadi potensi penularan bisa di mana saja, tanpa kita sadari. Virus COVID-19 ini menularkan dengan sangat cepat,” katanya.
Nurnisa (28), warga Banda Aceh yang juga penyintas COVID-19 turut menyampaikan pengalamannya.
Ia dinyatakan positif terinfeksi berdasarkan hasil tes sampel usap dari RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Saya menjalani isolasi mandiri itu dua minggu. Di rumah saja, enggak kemana-mana,” kata Nurnisa.
Gejala awal yang dirasakan Nurnisa adalah mengalami gejala ringan seperti hilang penciuman, hilang indra perasa, nyeri sendi dan mudah lelah.
Ia kemudian menjalani tes sampel usap karena apa yang dialaminya tersebut seperti mengarah pada gejala COVID-19, dan ternyata dugaannya benar, ia dinyatakan positif COVID-19.
“Saya diberi obat seperti vitamin dari rumah sakit. Kalau hari-hari selama isolasi itu saya biasa berolahraga pernapasan, berjemur, menerapkan pola-pola hidup sehat dan banyak makan ya,” jelasnya.
Meskipun saat ini pemerintah telah meluncurkan program vaksinasi COVID-19, sebagai upaya dalam pengendalian kasus-kasu baru, tetapi kata Nisa, masyarakat sebaiknya juga harus tetap taat terhadap prokes.
“Iya, sekarang sudah ada vaksin (COVID-19), mudah-mudahan kita berharap virus ini segera berakhir. Tapi yang paling penting juga menurut saya taat prokes, walaupun sudah ada vaksin, prokes tetap harus jalan,” jelasnya.
Hingga kin, secara akumulatif kasus COVID-19 di Aceh telah mencapai 9.271 orang, di antaranya penderita yang sembuh sebanyak 7.952 orang, 377 orang meninggal dunia, dan selebihnya pasien masih dalam penanganan medis atau isolasi mandiri.
Editor: Agung DH