Menuju konten utama
Sejarah Islam

Penyebab Kemunduran Peradaban Islam: Faktor Internal dan Eksternal

Apa saja faktor eksternal dan internal penyebab kemunduran peradaban Islam? Berikut ini faktor-faktor kemunduran peradaban Islam.

Penyebab Kemunduran Peradaban Islam: Faktor Internal dan Eksternal
Ilustrasi Saudi Arabia. foto/istockphoto

tirto.id - Penyebab kemunduran peradaban Islam menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh 2 macam faktor, yaitu internal dan eksternal. Kemunduran yang dimaksud ialah kemerosotan umat Islam selepas kemajuan peradaban muslim pada abad pertengahan, atau era klasik.

Semenjak periode kedua era klasik, benih-benih penyebab kemunduran umat Islam pada abad pertengahan telah tampak. Faktor kemunduran Islam pada era itulah yang menjadi salah satu fokus perhatian Ibnu Khaldun (1332 - 1406 M).

Sejarah dunia mencatat bahwa pengaruh Islam pernah menduduki posisi penting dalam peradaban global. Istilahnya adalah masa kejayaan Islam atau the Islamic Goden Age, yang mendominasi sejak abad ke-8 hingga 13 Masehi.

Kota-kota Islam pada era itu, seperti Baghdad, Cordoba, Damaskus, Alexandria, dan lain sebagainya merupakan pusat peradaban dan kebudayaan yang menjadi tujuan utama pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru bumi untuk menuntut ilmu.

Naskah sumber berbagai cabang ilmu dari peradaban Yunani Kuno diterjemahkan dengan masif. Selain itu, para ilmuwan muslim juga gencar menulis buku dan karya-karya ilmiah yang memuat banyak penemuan penting.

Selain perpustakaan, institusi pendidikan juga tumbuh subur. Bahkan, 3 universitas tertua di dunia berdiri pada masa kejayaan Islam yang terus langgeng hingga sekarang, yaitu Universitas Al-Karaouine di Maroko, Universitas Al-Azhar di Mesir, dan Universitas Nizamiyya di Baghdad.

Dalam sejarah masa kejayaan Islam, semenjak era Kekhalifahan Rasyidin hingga Kesultanan Utsmaniyah, muncul tokoh-tokoh muslim yang amat berpengaruh dan menghasilkan karya atau penemuan di masing-masing bidang keilmuannya.

Banyak ilmuwan muslim di bidang teologi maupun sains yang lahir selama masa kejayaan Islam, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Kindi, Ibnu Khaldun, Al-Idrisi, dan lainnya.

Namun, sebagaimana dicatat dalam "Rahmat Islam bagi Alam Semesta" yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, benih-benih kemunduran sudah terlihat sejak fase kedua dari periode Islam klasik (1000-1250 M).

Kemunduran drastis kemudian dimulai sejak periode Pertengahan Bagian Pertama (1250-1500 M), yang dikenal dengan Masa Kemunduran I. Sejak masa itu, peradaban Islam pun dinilai belum bisa kembali mencapai level kemajuan seperti pada abad 9 dan 10 M.

Faktor Penyebab Kemunduran Peradaban Islam

Ibnu Khaldun, sejarahwan muslim dan ahli sosiologi klasik dari abad 14 M menjelaskan, sebagaimana yang dialami banyak masyarakat sebelumnya, kemunduran peradaban Islam disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Analisis Ibnu Khaldun kerap menjadi rujukan karena ia hidup ketika peradaban Islam era klasik mulai mengalami kemunduran.

Contoh faktor internal adalah kegemaran penguasa menerapkan gaya hidup bermewah-mewahan, serta pada saat yang sama, korupsi, kolusi, nepotisme, dan dekadensi moral tumbuh subur di badan pemerintahan. Adapun contoh faktor eksternal ialah persaingan kekuasaan yang memicu invasi dari luar dalam bentuk perang atau penggulingan penguasa.

Mengutip paparan Umer Chapra dalam "Ibn Khaldun's theory of development: Does it help explain the low performance of the present-day Muslim world?" di The Journal of Socio-Economics (Vol 37, 2008), Ibnu Khaldun mengaitkan faktor penyebab kemunduran peradaban muslim pada masanya dengan aspek politik, moral, ekonomi, sumber daya, dan bahkan keadilan hukum. Sebab kemerosotan di berbagai aspek itu bisa memengaruhi satu sama lain.

Proses kemunduran peradaban dipicu oleh reaksi berantai itu setidaknya dalam 3 generasi atau sekitar lebih dari 1 abad. Dalam analisis Ibnu Khaldun, kemunduran peradaban Islam disebabkan oleh kemerosotan multidimensi yang saling memengaruhi di sektor politik, moral, ekonomi, demografi, kelembagaan, hukum, hingga sosial.

Dengan demikian, tidak ada faktor kunci yang bisa dianggap sebagai penyebab terpenting kemunduran peradaban. Salah satu contohnya, keruntuhan peradaban Islam di Baghdad ketika Kekhalifahan Abbasiyah ditumbangkan pasukan Mongol sulit dianggap sebagai satu-satunya pemicu kemunduran peradaban Islam.

Faktanya, setelah Baghdad jatuh ke tangan pasukan Mongol pada 1258 M (abad 13), banyak dinasti-dinasti kesultanan Islam masih berdiri kokoh di Timur Tengah hingga India. Sampai abad ke-14, juga masih bermunculan sejumlah ilmuwan Islam yang disegani, termasuk Ibnu Khaldun.

Sekalipun begitu, keruntuhan Baghdad dan Daulah Umayyah II di Andalusia tidak bisa dimungkiri telah membawa dampak besar terhadap perubahan di peradaban Islam era klasik.

Melalui ulasannya, Umer Chapra menggarisbawahi kesimpulan utama dari kajian Ibnu Khaldun, bahwa peradaban muslim era klasik bukan mundur karena ajaran Islam, melainkan lebih disebabkan oleh kemerosotan kualitas masyarakatnya.

Umer menulis, "Dunia Muslim kehilangan momentum pembangunan yang muncul berkat Islam, sehingga tidak berhasil mengatasi guncangan eksternal yang dihadapinya."

Pendapat di atas melihat faktor internal lebih berpengaruh pada kemunduran peradaban Islam era klasik. Invasi dari luar memang berdampak, tetapi ia tidak akan membesar efeknya seandainya kondisi internal masyarakat muslim era itu memiliki resistensi dan daya lenting yang kuat. Di sisi lain, faktor eksternal tidak hanya serangan dari luar, tetapi bisa juga berupa pandemi penyakit yang pernah melanda Timur Tengah, terutama pada abad 14.

Hingga kini, memang masih ada perdebatan di kalangan ilmuwan sejarah tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam pada era klasik. Namun, ada beberapa faktor umum yang bisa dicermati.

Disarikan dari ulasan ilmiah karya Umer Chapra dan beberapa sumber lain, berikut adalah beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai pemicu kemunduran peradaban Islam:

1. Faktor Internal Kemunduran Peradaban Islam:

  • Lemahnya otoritas politik (kesultanan maupun kekhalifahan)
  • Pemberontakan dan perpecahan internal (perebutan kekuasaan)
  • Kemerosotan moral (terutama di kalangan penguasa pemerintahan);
  • Hilangnya dinamisme dalam Islam (stagnasi pembangunan);
  • Munculnya dogmatisme dan kekakuan dalam pemikiran;
  • Menurunnya aktivitas intelektual dan ilmiah;
  • Penurunan aktivitas ekonomi akibat krisis keamanan (pertanian dan perdagangan).

2. Faktor Eksternal Kemunduran Peradaban Islam:

  • Invasi dari luar (seperti serangan pasukan Mongol ke Baghdad)
  • Hilangnya wilayah muslim (seperti runtuhnya Daulah Umayyah II di Andalusia)
  • Penurunan sumber daya alam (seperti berkurangnya tambang logam mulia)
  • Bencana alam (Seperti wabah penyakit black death dan kelaparan).

Sejarah Kemunduran Peradaban Islam

Dalam uraian bertajuk "Penyebab Kemunduran Peradaban Islam pada Abad Klasik" yang diterbitkan oleh Jurnal Pemikiran Islam (Vol 41, 2017), Syamruddin Nasution menjelaskan ringkasan sejarah kemunduran peradaban Islam sebagai berikut:

1. Sejarah Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Kemunduran Dinasti Abbasiyah dimulai dari pemerintahan Khalifah Al-Muktasim (833-842). Khalifah ini dipandang tidak cakap dalam menjalankan pemerintahan.

Namun, karena kepercayaan bahwa jabatan khalifah harus dipimpin oleh orang-orang keturunan Quraisy, alih-alih keturunan non-Arab, maka khalifah pendahulunya, Al-Makmun menyerahkan jabatan kepada saudaranya, Al-Muktasim.

Padahal, saat itu pengaruh orang-orang Persia dan Turki amat kuat di tubuh pemerintahan Islam. Akibatnya, jabatan khalifah seakan hanya simbol. Keputusan-keputusan penting disetir oleh bawahan-bawahannya.

Setelah masa pemerintahan Al-Muktasim, khalifah-khalifah di bawahnya berada dalam dominasi orang-orang Persia dan Turki. Konflik internal mencari pengaruh yang lebih kuat ini membuat sistem pemerintahan menjadi keropos.

Akhirnya, pada abad ke-11 M, kekuatan orang-orang Turki semakin kuat dengan hadirnya pengaruh Turki Seljuk.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah juga disebabkan luasnya wilayah kekuasaan yang tidak diimbangi dengan kapabilitas pemimpinnya.

Pada saat bersamaan, sistem keuangan negara tidak stabil dan kontestasi politik yang demikian kuat menyebabkan Dinasti Abbasiyah kian terpuruk.

Infografik SC Peradaban Islam
Infografik SC Peradaban Islam. tirto.id/fuad

2. Sejarah Kemunduran Dinasti Umayyah Andalusia

Setelah Dinasti Umayyah runtuh di Timur Tengah, kekuasaan berpindah ke Andalusia (Spanyol) berkat pelarian Abdurrahman, keturunan Bani Umayyah yang berhasil menegakkan pengaruh di wilayah semenanjung Iberia ini.

Di Andalusia, ia mendirikan Dinasti Umayyah II yang sempat menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam. Kemudian, pada masa khalifah Hajib Al-Mansur, mulai tampak benih-benih kemunduran di pemerintahan Islam.

Khalifah Hajib Al-Mansur mengambil-alih tampuk kekhalifahan dari khalifah sebenarnya, Hisyam II, yang saat itu masih berusia 11 tahun.

Lantaran dipandang masih terlalu muda dan belum pantas menjalankan negara, Hajib Al-Mansur mencoba mengambil-alih pengaruh Hisyam II.

Hajib Al-Mansur mempengaruhi para tentara Andalusia. Akibatnya, amat sedikit tentara yang setia pada khalifah.

Selanjutnya, Hisyam II tak memiliki pilihan lagi kecuali mempercayakan jabatan khalifah kepada Hajib Al-Mansur.

Setelah Khalifah Hajib Al-Mansur wafat, terjadi perebutan kekuasaan di tubuh pemerintahan Dinasti Umayyah yang menjadikan kacaunya sistem politik masa itu.

Pada 1013, Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah dan Andalusia terpecah ke banyak negara kecil. Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian memasuki masa kemunduran yang dikenal dengan periode mulul al-thawaif.

Sejak itu, jabatan pemerintahan hanya menjadi simbol belaka. Penguasanya adalah orang-orang Berber yang menyetir keputusan-keputusan politik dan kebijakan Dinasti Umayyah di Andalusia.

3. Sejarah Kemunduran Dinasti Fatimiyyah

Dinasti Fatimiyyah mengalami kemunduran di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah. Usai ia meninggal, 8 khalifah sesudahnya jatuh pada problem korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sejak khalifah Al-Zafir (1021-1036) sampai khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M), para pejabat pemerintahan tenggelam dalam kemewahan duniawi.

Urusan pemerintahan diserahkan kepada perdana menteri yang mengambil dominasi di tubuh pemerintahan. Akibatnya, jabatan khalifah hanya menjadi lembang negara, sedangkan pengaruh politik berada di tangan para Perdana Menteri yang menjabat.

Selain itu, di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah, terdapat konflik antara aliran Sunni dan Syiah. Khalifah ini menganut aliran Syiah dan ia mengangkatnya sebagai mazhab resmi negara. Padahal, mayoritas penduduk Mesir berpaham Sunni.

Akibatnya, terjadi konflik antara rakyat dan penguasa. Apalagi para qadhi dan hakim dipaksa mengeluarkan putusan sesuai dengan ajaran Syiah yang melahirkan jurang perbedaan besar antara penduduk dan sistem hukumnya.

Baca juga artikel terkait SEJARAH ISLAM atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Ibnu Azis & Addi M Idhom