tirto.id - Dalam studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), tata surya dikenal sebagai satuan sistem dari sekumpulan benda-benda di langit. Dalam sistem ini terdapat benda yang berperan sebagai titik pusat (cakram), yaitu matahari.
Menurut catatan Haris Danial dan Ismiyati Ano dalam buku ajar IPA (2020:4-7), matahari bisa juga disebut menjadi pusat peredaran benda langit yang lain. Hal tersebut diklaim karena benda-benda langit yang lain, selain matahari, tersebut bergerak dan terikat mengelilingi matahari sebagai patokannya.
Dikenal juga sebagai surya, matahari ternyata adalah salah satu dari ribuan hingga miliaran bintang yang ada di alam raya. Bentuk benda langit ini adalah bulat, diameternya kira-kira 1.392.684 kilometer.
Selain itu, benda panas yang terbentuk alami ini memiliki keunikan bisa memancarkan sumber energi. Matahari mengeluarkan energi panas dan cahayanya ke berbagai planet yang ada di dalam sistem tata surya, termasuk bumi.
Sumber Energi dan Cahaya Matahari
Mengandung plasma panas dan medan magnet, matahari juga menyimpan kandungan kimia yang sebagian besar didominasi oleh zat hidrogen dan helium. Sedangkan sisanya, ada kandungan oksigen, karbon, neon, besi, dan sebagainya.
Matahari yang berwarna kuning, oranye, atau putih ketika dilihat dari bumi. Surya memancarkan energi panas dengan jumlah sangat besar. Beberapa di antara zat yang sebelumnya disebutkan sebagai unsur matahari ternyata berperan sebagai sumber energinya.
Kendati seperti itu, kenyataannya masih terdapat banyak teori yang berseberangan terkait berasal dari mana energi matahari yang terpancar setiap detiknya (Lumonitas Matahari) ini.
Berikut adalah beberapa teori tentang sumber energi dan cahaya matahari:
1. Teori Meteor (JR Majer)
Dalam teorinya, JR Majer menjelaskan bahwa matahari punya massa yang besar. Hal tersebut mengakibatkan meteor yang ada di dekat matahari tertarik dan berjatuhan di permukaannya. Lantaran benturan-benturan itu, maka hadir ledakan yang memicu munculnya energi panas atau cahaya matahari.
2. Teori Kontraksi (H. Helmholtz)
Berbeda dengan pandangan JR Majer, Helmholtz lebih melihat fenomena tentang sumber energi matahari menyudut pada benda langit itu sendiri. Ia menjabarkan bahwa sumber panas dan cahaya matahari disebabkan oleh adanya pengerutan atau kontraksi yang dialami Matahari.
3. Teori Radioaktif
Teori ketiga tidak diungkapkan siapa pencetusnya. Namun, inti yang ingin disampaikan oleh teori ini adalah bahwa energi matahari muncul karena matahari mengalami proses yang disebut sebagai gejala radioaktif.
4. Teori Reaksi Inti (Dr Bethe)
Melalui teori ini, Bethe berusaha menjabarkan bahwa matahari punya suhu dan tekanan yang begitu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya elektron pada atom sehingga atom tersebut disebut sebagai ‘atom telanjang’.
Dengan begitu, atom yang berupa energi atau cahaya tersebut bisa bergerak bebas ke manapun.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya