Menuju konten utama

Rangkuman Matahari sebagai Pusat Tata Surya: Susunan & Gangguan

Matahari memiliki 4 lapisan penyusun yaitu inti matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona.

Rangkuman Matahari sebagai Pusat Tata Surya: Susunan & Gangguan
Pengunjung menikmati matahari terbenam di Pantai Semat, Desa Semat, Tahunan, Jepara, Jawa Tengah, Sabtu (10/4/2021). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.

tirto.id - Tata surya adalah sekumpulan benda langit yang terdiri atas satu bintang (matahari) serta semua objek yang terikat pada gaya gravitasinya.

Pada tata surya kita, objek yang dimaksud adalah 8 planet yang telah berhasil dikenal jalur orbitnya berbentuk elips, serta 5 planet kecil, juga 173 satelit alami yang berhasil pula diidentifikasi oleh ilmuwan, ditambah benda langit lain seperti meteor, asteroid, komet dan lainnya yang jumlahnya tak terhitung.

Laman sumber belajar Kemdikbud menulis, dalam sistem tata surya di mana bumi yang kita tinggali ini berada, matahari adalah pusat peredaran benda-benda langit, termasuk ke 8 planet yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Karena itu, peran matahari sangat penting disini.

Matahari sebagai pusat tata surya

Matahari merupakan bintang di pusat tata surya ini. Tata surya ini sendiri berada pada sebuah galaksi yang dinamakan Bima Sakti, salah satu galaksi terbesar diantara galaksi lain di jagad raya.

Bentuk matahari hampir bulat penuh dan terdiri atas material plasma panas yang bercampur medan magnet. Ukuran diameter matahari kurang lebih 1.392.684 km, atau jika dibandingkan dengan bumi adalah sekitar 109 kali lebih besar diameternya.

Massa matahari kurang lebih 2X1030 kg atau dibandingkan dengan bumi adalah sekitar 330.000 kali. Massa sebesar itu terdiri atas hidrogen 3/4 dari jumlah seluruhnya, lalu sisanya helium. Hanya sejumlah 1,69% saja dari jumlah massa matahari terdiri dari elemen berat seperti oksigen, karbon, neon, besi, dan lainnya.

Dikutip dari buku Bumi Kita Dalam Tata Surya, Haris Danial S.Pd, diterbitkan Kemdikbud, 2020, menurut perkiraan ilmuwan, matahari mulai terbentuk sejak 4,6 miliar tahun lampau. Pemicunya adalah luruhnya gravitasi suatu wilayah dalam sebuah awan molekul besar. Materi awan yang sebagian besar berkumpul di tengah, suhunya makin lama makin panas dan memadat. Sisa awan yang berada di bagian pinggir menjadi pipih seperti cakram seiring beredarnya dalam gerak memutar.

Bagian pusat awan memulai proses fusi termonuklir pada intinya, hingga lama kelamaan menjadi matahari sebagai pusat tata surya, sedang materi lain menjadi planet-planet.

Matahari digolongkan sebagai bintang kate kuning sebab radiasi tampaknya lebih intens dalam porsi spektrum kuning merah. Warna matahari jika dilihat dari bumi terlihat kuning padahal sebenarnya warna putih. Ini disebabkan oleh pembauran cahaya biru di atmosfer.

Matahari jika diklasifikasi berdasarkan kelas spektrumnya, menjadi bintang deret utama G (G2V). Menurut label kelas spektrum, G2 berarti suhu permukaannya sekitar 5778 K (5505 °C) sedangkan V berarti Matahari adalah bintang deret utama.

Arti dari bintang deret utama adalah energinya diciptakan oleh fusi nuklir nukleus hidrogen ke dalam helium. Pada bagian inti matahari terjadi 620 juta ton metrik fusi hidrogen per detik.

Jadi sebenarnya matahari adalah bola gas yang besar dengan energi raksasa sehingga panas luar biasa. Suhu intinya mencapai 15-20 juta derajat C, sedang di permukaan suhunya 50 kali suhu air mendidih. Beruntung jarak bumi ke matahari sangat jauh, sehingga panas yang diterima mencukupi untuk menopang kehidupan di planet ini.

Matahari memancarkan gelombang elektromagnet berupa gelombang cahaya tampak, sinar X, sinar gamma, sinar ultraviolet, sinar inframerah, dan gelombang mikro.

Lapisan matahari

Matahari memiliki 4 lapisan penyusun yaitu inti matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona, seperti dalam penjelasan di laman usd.ac.id:

  • Inti Matahari: reaksi fusi sebagai sumber energi matahari terjadi di sini. Suhunya paling panas.
  • Fotosfer: bagian permukaan matahari yang memancarkan cahaya. Tebalnya sekitar 500 km. Suhunya berkisar 16.000 derajat C.
  • Kromosfer: lapisan di atas fotosfer mirip atmosfer pada matahari. Tebalnya mencapai sekitar 16.000 km dengan suhu kurang lebih 9.800 derajat C. Kita bisa lihat kromosfer pada saat gerhana matahari total, yaitu yang berbentuk lingkaran merah di sekeliling bulan.
  • Korona: lapisan luar atmosfer matahari. Warnanya abu-abu dengan suhu sekitar 1.000.000 derajat C. Korona juga terlihat mata saat gerhana matahari total sebab hampir seluruh cahaya matahari tertutup oleh bulan. Bentuk korona seperti mahkota.

Gangguan pada matahari

Matahari juga mengalami gangguan akibat dari berbagai aktifitasnya. Berikut beberapa gejala aktif matahari yang memicu gangguan tersebut:

    • Granulasi (gumpalan pada fotosfer)

Rambatan gas panas dari inti matahari ke permukaan matahari berbentuk gumpalan, disebut granulasi. Ini yang menyebabkan permukaan matahari terlihat tak rata dan bergumpal gumpal.

    • Sun spot (bintik matahari)
Sun spot adalah tempat munculnya medan magnet yang sangat kuat. Karena kuatnya maka tampak berlubang, dimana gas panas menyembur dari inti matahari. Efek dari medan magnet yang kuat ini bagi bumi yaitu muncul gangguan gelombang radio telekomunikasi.

    • Lidah api (prominensa atau protuberan)
Hamburan gas dari kromosfer terlihat seperti lidah api dengan tinggi mencapai 10.000 km. Lidah api itu terdiri atas massa proton dan elektron atom hidrogen. Jika mencapai atmosfer bumi, maka massa tersebut ditahan dan melambat oleh medan magnet bumi yang disebut sabuk Van Allen. Medan magnet membawanya ke daerah kutub, dan terlihat dengan spektrum warna warni bernama aurora. Yang ada di kutub selatan bernama Aurora Australis, yang terlihat di utara dikenal dengan Aurora Borealis.

    • Flare (letupan)

Terjadi letupan gas bermuatan listrik di permukaan matahari, yang jika sampai ke bumi dapat mengganggu sistem komunikasi radio.

Baca juga artikel terkait MATAHARI atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Yulaika Ramadhani