Menuju konten utama

Pengawasan Kualitas Air akan Dibahas di World Water Forum ke-10

Saat ini, pemantauan kualitas air di Indonesia baru menjangkau 15.065 titik pemantauan.

Pengawasan Kualitas Air akan Dibahas di World Water Forum ke-10
Logo World Water Forum ke-10 2024 terpampang di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (24/3/2024). Indonesia menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 dengan tema Water For Shared Prosperty yang akan digelar pada 18-25 Mei 2024 di Bali. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Spt.

tirto.id - Sistem pemantauan kualitas air menjadi salah isu strategis yang akan dibahas di World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar pada 18 hingga 25 Mei 2024 di Bali. Saat ini, pemantauan kualitas air di Tanah Air baru menjangkau 15.065 titik pemantauan.

"Jadi untuk Indeks Kualitas Air kita punya data 15.065 titik, barangkali belum ada di Indonesia yang seekstensif ini pengukuran untuk kualitas air," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, dalam keterangannya, dikutip Rabu (24/4/2024).

Sejauh ini, titik pemantauan kualitas air di Indonesia dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Adapun, data pemantauan kualitas lingkungan yang berasal dari pemerintah daerah meningkat pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Catatan untuk provinsi yang meningkat sebesar 2,12 persen dari 2022 dan kabupaten/kota naik 5,37 persen dari periode tahun sebelumnya.

Dalam hasil proses pemantauan kualitas air, memperlihatkan gambaran kondisi kualitas di beragam sungai di Indonesia. Kenaikan kondisi air dari 53,88 poin rata-rata nasional pada 2022 menjadi 54,59 poin pada 2023.

Sigit juga mengatakan, pemantauan secara konsisten di 812 titik ditambah dengan data pantauan pemerintah daerah di 5.157 titik memperlihatkan 18 persen titik mengalami perbaikan kualitas air.

Sebanyak 67 persen tidak mengalami perubahan kualitas dan 15 persen mengalami penurunan.

WWF merupakan forum air global yang diadakan setiap tiga tahun sekali. Forum ini akan fokus membahas empat hal yakni terkait konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.

Sebanyak 244 sesi dalam WWF diharapkan mampu mendorong agenda pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil serta untuk pembentukan pusat keunggulan atau praktik yang memungkinkan sebagai ketahanan air dan iklim.

WWF ke-10 di Bali nantinya juga menjadi ajang untuk memajukan hydro diplomacy atau diplomasi air, yakni pendekatan diplomasi yang fokus pada isu-isu terkait air dan mengedepankan dialog persuasif yang solutif, termasuk masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, mitigasi bencana terkait air, dan kerja sama lintas batas dan pembiayaan yang saling memberikan manfaat terkait air.

"Indonesia akan mendorong digugunakan diplomasi air sebagai alat untuk mengedepankan dan mempromosikan dialog, kerja sama, dan solusi bersama terkait

isu-isu air di tingkat lokal, regional dan global," kata Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali saat dihubungi Tirto, Rabu (24/4/2024).

Melalui hydro-diplomacy, Indonesia akan berusaha untuk memfasilitasi dialog antarnegara melalui upaya berbagi ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman terkait manajemen sumber daya air, serta mendorong membangun kerja sama sinergis dalam upaya penyelesaian konflik terkait air di berbagai wilayah.

Diselenggarannya World Water Forum ke-10 di Bali termasuk Water Quality Assessment dan Ecosystem Health di mana Indonesia akan memaparkan sistem pemantauan kualitas air, salah satunya Onlimo yang digunakan untuk penghitungan Indeks Kualitas Air.

Baca juga artikel terkait WORLD WATER FORUM atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Bayu Septianto