tirto.id - Sebuah data menunjukkan adanya penurunan jumlah pendengar musik streaming di Amerika Serikat sepanjang pekan lalu akibat penyebaran virus corona COVID-19. Hal itu tidak berpengaruh meski pandemi tersebut memaksa para penggemar musik untuk berada di rumah, yang seharusnya bisa dipakai untuk mendengarkan musik.
NME menulis perusahaan penyedia analisis data, Alpha Data, mengamati bahwa para pendengar musik streaming di Amerika Serikat turun 7,6 persen sepanjang 13-19 Maret 2020. Minggu tersebut merupakan waktu di mana banyak orang Amerika melakukan karantina diri dan segala macam bisnis ditutup di seluruh negeri.
Tidak hanya itu, penurunan juga terlihat dalam penjualan album dan lagu digital. Penjualan album fisik, album digital, dan lagu digital anjlok masing-masing sebesar 27,6 persen, 12,4 persen, dan 10,7 persen.
Penurunan yang terjadi dilaporkan termasuk 4,3 juta dolar AS untuk penjualan di Bandcamp Jumat (20/3/2020) lalu ketika perusahaan memotong penjualan sebagai dukungan kepada para artis.
Hal ini diperburuk dengan keputusan Amazon untuk menghentikan pengiriman baru dari penyedia musik AS hingga 5 April. Keputusan ini dibuat untuk memprioritaskan hal-hal penting yang diminta seperti produk rumah tangga dan pasokan medis.
Sementara itu, seperti ditulis Rolling Stones, statistik Alpha Data juga menunjukkan adanya pergeseran jenis musik yang disukai oleh para pendengar. Lagu-lagu baru yang dirilis dalam delapan minggu terakhir mengalami penurunan 14,5 persen, dua kali lipat penurunan yang dialami lagu yang dirilis 18 bulan yang lalu atau sebelumnya.
Demikian pula untuk musik populer, juga mengalami penurunan lebih tinggi daripada musik secara keseluruhan. Lima ratus lagu teratas memiliki jumlah pendengar 12,9 persen lebih sedikit sepanjang minggu lalu daripada 500 lagu teratas di minggu sebelumnya.
Di sisi lain, pendengar musik streaming dilaporkan cenderung tidak mendengarkan musik pop, rap, R&B, dan latin. Keempat jenis musik tersebut mengalami penurunan lebih tinggi bila dibandingkan dengan tren secara keseluruhan.
Namun, terdapat tiga jenis musik yang mengalami peningkatan yaitu klasik naik 1,5 persen, folk, naik 2,9 persen, dan musik anak-anak naik 3,8 persen.
Mengatasi hal ini, musisi Evan Greer mendesak pihak layanan musik streaming Spotify untuk melipatgandakan tarif royalti kepada artis. “Ini adalah momen ketika perusahaan Big Tech perlu melakukan bagian mereka untuk membantu,” ungkapnya dikutip dari Rolling Stones.
Wabah COVID-19 telah membuat pertunjukan musik terhenti secara sementara. Dengan hal ini, para musisi dan artis akan lebih menggantungkan streaming untuk bertahan hidup.
Tidak hanya musik di AS yang terdampak pandemi virus corona ini, para musisi Inggris juga alami kerugian kurang lebih £13,9 juta atau setara dengan Rp247 miliar (kurs 17.837) menurut laporan survei seperti dilansir NME.
Sebuah lembaga The Musicians Union, yang memiliki lebih dari 32.000 anggota, melakukan survei kepada 4.100 anggota. Hasilnya, 90 persen responden mengatakan virus corona berpengaruh terhadap pendapatan mereka.
Sementara itu, Federasi Serikat Hiburan, yang terdiri dari Persatuan Musisi, Persatuan Jurnalis Nasional dan Persatuan Penulis Britania Raya, juga meminta pemerintah “untuk menjelaskan jaminan pendapatan untuk pekerja freelance dan mandiri, terutama pekerja yang dipekerjakan selama wabah COVID-19. ”
Music Venue Trust juga meminta pemerintah Inggris untuk membatalkan Festival Inggris dan menggunakan dana tersebut untuk mengamankan masa depan budaya akar rumput Inggris di tengah krisis virus corona.
Dalam sebuah surat terbuka dan petisi baru, Music Venue Trust meminta pemerintah untuk segera mengumumkan langkah-langkah hukum untuk menutup sementara tempat di tengah wabah corona. Selain itu, membatalkan Festival Inggris yang direncanakan pada tahun 2022, dan mengalokasikan kembali uang itu untuk mendanai ruang seni.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto