Menuju konten utama

Penawaran Sepi, Pemerintah Bayar Bunga Obligasi Lebih Tinggi

Peminat dalam lelang surat berharga negara (SBN) mengalami penurunan tajam di masa darurat COVID-19.

Penawaran Sepi, Pemerintah Bayar Bunga Obligasi Lebih Tinggi
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Dirjen Pajak Suryo Utomo, Dirjen Perbendaharaan Andin Hadiyanto dan Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Luky Alfirman bersiap menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 di Jakarta, Rabu (19/2/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat jumlah peminat dalam lelang surat berharga negara (SBN) mengalami penurunan tajam di masa darurat COVID-19.

Imbasnya Surat Berharga Negara yang dilelang beberapa minggu terakhir terpaksa dibandrol dengan imbal hasil atau yield lebih tinggi dari sebelumnya. Artinya, bunga utang yang harus dibayar pemerintah menjadi lebih tinggi.

“Jumlah incoming bid mengalami penurunan dari Rp127 triliun dalam sekali lelang. Lelang terakhir 31 Maret hanya ada incoming Rp34 triliun. Itu pun kita masih ambil Rp22 triliun dengan jumlah yield yang harus dibayar lebih mahal,” ucap Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat virtual bersama Komisi XI DPR RI, Senin (6/4/2020).

Rp127 triliun yang disebutkan Sri Mulyani adalah data penawaran yang masuk atau incoming bid per 18 Februari 2020. Dari total Rp127 triliun, waktu itu pemerintah hanya mengambil sekitar Rp19 triliun.

Nilai pada 18 Februari 2020 juga terbilang tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Pasalnya sejak 7 Januari 2020, nilai incoming bid hanya Rp82 triliun, pada 21 Januari hanya Rp95 triliun, dan pada 4 Februari 2020 hanya Rp97 triliun.

Di samping itu, yield-nya terus turun dari 7,1 persen di 7 Januari 2020 menjadi 6,5 persen di 18 Februari 2020.

Namun, usai dunia mulai mendapati pandemi Corona memburuk dan berbagai negara melakukan evakuasi warga negaranya dari Cina.

Disusul sejumlah negara mulai melaporkan kasus pertamanya masing-masing, nasib incoming bid dan yield Indonesia mulai terpukul.

Per 3 Maret 2020 misalnya incoming bid sudah turun menjadi Rp78 triliun dan yield naik sampai 6,8 persen. Lalu Pada 17 Maret 2020 incoming bid turun lagi menjadi Rp51 triliun dan yield naik menjadi 7,5 persen.

Hingga sesuai catatan terakhir Sri Mulyani pada 31 Maret 2020, bid terus anjlok hingga Rp34 triliun. Yield-nya berada di kisaran 7,8 persen naik sekitar 1,3 persen sejak 18 Februari 2020 usai menurun cukup signifikan.

Di sisi lain data Bank Indonesia juga menunjukan persoalan dalam SBN. Pasalnya sudah Rp130 triliun SBN yang dijual asing hingga 2 April 2020.

“Sepanjang Februari-Maret 2020, BI, OJK, dan LPS terus memantau dengan ketat dan melakukan koordinasi dalam melihat apakah sistem keuangna kita dalam situasi normal, waspada atau siaga,” ucap Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait SURAT BERHARGA NEGARA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana