tirto.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) akan meluncurkan layanan early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini guna memantau kondisi kualitas udara di Jakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan, lewat layanan EWS itu, masyarakat dapat memantau kualitas udara di Jakarta secara real time dalam jangka waktu tiga hari.
“Kami akan membuat namanya Early Warning System (EWS), kami sedang proses untuk pergubnya. Jadi nanti kami akan menyajikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara di tiga hari ke depan,” ujar Asep kepada para wartawan saat menghadiri acara Jakarta Eco Future Fest di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2025).
Asep menjelaskan, masyarakat bisa mengakses layanan itu lewat portal resmi udara.jakarta.go.id, maupun melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI). Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui kualitas udara di Jakarta dan mempertimbangkan langkah preventif apa yang harus mereka terapkan.
Saat ini, DLH disebutnya juga tengah mengembangkan upaya kerja sama dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi, agar masyarakat dapat menerima informasi terkait kualitas udara di Jakarta melalui penyedia layanan telekomunikasi.
Asep mengakui, hingga saat ini Jakarta masih menghadapi permasalahan kualitas udara buruk. Menurutnya, penyumbang polusi terbesar di Jakarta adalah penggunaan kendaraan bermotor, yang jumlahnya mencapai lebih dari 20 juta unit setiap harinya.
“Dari hasil kajian dan teman-teman bisa lihat sendiri bahwa masalah kualitas udara Jakarta disebabkan terbesarnya adalah dari sektor transportasi. Dimana lebih dari 20 juta kendaraan baik roda empat maupun roda dua tiap harinya ada di Jakarta,” katanya.
Selain kendaraan bermotor, penyumbang polusi terbesar kedua di Jakarta menurut Asep adalah aktivitas industri. Ia menyebut, masih banyak aktivitas industri di kawasan timur, utara, dan barat Jakarta yang menyumbang polusi di Ibu Kota.
Sebagai upaya untuk mengurangi polusi, Asep menegaskan saat ini DLH Jakarta terus menggencarkan pelaksanaan uji emisi bagi kendaraan, sekaligus mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
“Ke depannya juga kami sangat berharap masyarakat lebih peduli dengan kualitas udara di Jakarta. Baik itu melakukan uji emisi, baik yang kami lakukan maupun yang bisa dilakukan pada saat pembinaan kendaraan,” terangnya.
Buruknya kualitas udara di Jakarta juga diakui oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno. Rano tak menampik bahwa Jakarta menjadi salah satu dari lima kota di Indonesia yang masih menghadapi masalah kualitas udara buruk.
“Jakarta termasuk lima kota yang tidak sehat di Indonesia. Jakarta, Semarang, Riau, itu termasuk. Itu realita memang,” ucapnya kepada para wartawan di lokasi yang sama, Kamis.
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah itu, Rano menginginkan agar kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) untuk diterapkan di seluruh kota administrasi di Jakarta, bukan hanya di Jalan Sudirman-Thamrin.
“Makanya saya berharap, car free day itu harus diperbanyak. Bukan hanya di Thamrin. Tapi di setiap wilayah adakan car free day,” sebutnya.
Selain itu, ia juga mendorong pembangunan taman-taman dan ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta. Pasalnya, saat ini jumlah RTH di Jakarta baru mencapai lima persen, kekurangan jauh dari aturan yang mengharuskan Jakarta memiliki RTH sebesar 30 persen.
“Harusnya kan berdasarkan Undang-Undang, Jakarta ini 30 persen harus terbuka hijau. Sekarang kita baru 5 persen. Itu salah satu usaha. Cuma tentu memerlukan pengorbanan untuk segera membangun,” pungkasnya.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Bayu Septianto
Masuk tirto.id

































