Menuju konten utama

Pemda Dinilai Perlu Sediakan Lebih Banyak Pelampung di Danau Toba

Selain pelampung, Pemda juga mesti memperhatikan standar keselamatan di tempat pariwisata Danau Toba.

Pemda Dinilai Perlu Sediakan Lebih Banyak Pelampung di Danau Toba
Keluarga penumpang menangis saat menyaksikan proses pencarian penumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6/2018). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

tirto.id - Pengamat transportasi, Darmaningtyas menilai angkutan air baik laut, sungai, maupun danau butuh perhatian khusus karena hampir di setiap Lebaran selalu menelan korban.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (20/6/2018), Daramaningtyas mengatakan, angkutan air yang butuh perhatian terutama adalah yang dikelola masyarakat.

"Dalam wawancara yang disiarkan oleh TVRI 12 Juni lalu sebetulnya saya sudah singgung kalau yang perlu perhatian khusus adalah angkutan air ini, terutama yg diselenggarakan oleh masyarakat karena minim fasilitas termasuk baju pelampung," ujarnya.

Terkait tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Darmaningtyas menceritakan pengalamannya saat survei di Pulau Samosir pada 2016 lalu.

Berdasarkan survei bersama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Laut, hasilnya adalah usulan perbaikan infrastruktur maupun sarana air di sana.

"Dari perjalanan keliling Pulau Samosir tersebut, tahun 2017 saya usulkan ke Direktur Keselamatan Transportasi Darat (KTD), Ahmad Yani untuk memberikan bantuan baju pelampung dan itu dilaksanakan pada November 2017," katanya.

Menurut Darmaningtyas, meski bantuan diberikan secara simbolis saja karena terbatasnya baju pelampung, namun harapannya bantuan itu dapat menstimulasi Pemda dan operator untuk menyediakan baju pelampung.

"Tapi rupanya kepedulian mereka masih rendah," tandas Darmaningtyas.

Oleh karena itu, menurutnya, mengingat Danau Toba jadi tujuan wisata prioritas, maka tidak ada salahnya bila Pemerintah Pusat turut intervensi peningkatan keselamatan layanan kapal di Danau Toba.

Selain itu, menurutnya perlu percepatan rencana pembangunan galangan kapal sehingga dapat menjadi tempat kapal docking.

"Dengan tidak adanya galangan menjadikan kapal yg ada minim perawatan. Ramp heck terhadap kapal mungkin juga susah dilaksanakan," pungkas Darmaningtyas.

KM Sinar Bangun dilaporkan tenggelam di perairan Danau Toba, antara Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir dan Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin, (18/6/2018) sekitar pukul 17.30 WIB.

Data sementara di Posko Simanindo, Kabupaten Samosir, jumlah korban hilang akibat peristiwa tersebut tercatat 189 orang. Sebelumnya, data jumlah kehilangan keluarga tercatat 105 orang.

Baca juga artikel terkait KAPAL TENGGELAM atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra