Menuju konten utama

PDIP: Prabowo Keliru soal Alutsista Bekas di Era Bung Karno

PDIP menilai Prabowo Subianto keliru menyebut data alutsista bekas digunakan Presiden Soekarno di masa pembebasan Irian Barat.

PDIP: Prabowo Keliru soal Alutsista Bekas di Era Bung Karno
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kanan) didampingi Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) pasangan capres cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Arsjad Rasjid (kiri) saat rapat konsolidasi di Jakarta, Sabtu (18/11/2023). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto, menilai calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, keliru menyebut data alutsista bekas digunakan Presiden Soekarno di masa pembebasan Irian Barat. Hasto menuturkan ketika era Bung Karno banyak peralatan baru yang dipakai guna pembebasan Irian Barat, seperti dari Yugoslavia.

Hasto juga mengklaim sebagiannya dipakai untuk pembebasan Aljazair, sehingga bangsa-bangsa Islam banyak merdeka karena campur tangan kepemimpinan Bung Karno.

"Kami ingin meluruskan pernyataan Pak Prabowo. Sepertinya keliru, pada masa Bung Karno menggunakan peralatan bekas. Itu konteksnya berbeda," kata Hasto dikutip dari keterangan tertulis, Senin (8/1/2024).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, itu menyebut alutsista seperti Hercules C130 dari kepemimpinan Presiden Amerika Serikat, Jhon F. Kennedy, juga suatu hal yang baru, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, tidak memahami bagaimana postur angkatan perang saat itu. Hasto mengklaim di era Bung Karno alutsista Indonesia merupakan kekuatan angkatan perang terkuat di belahan bumi selatan.

"Ini yang Pak Prabowo seharusnya meminta maaf atas ketidakpahaman terhadap konsepsi pertahanan pada masa Bung Karno yang dipakai untuk pembebasan Irian Barat dan membantu negara negara Asia Afrika termasuk Aljazair, kemudian Pakistan yang mencoba melepaskan diri dari imperialisme Inggris," kata Hasto.

Kemudian, Hasto mengklaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan DPR terkejut dengan rencana pembelian alutsista bekas yang digagas Prabowo. Dia menuturkan pesawat tersebut pernah ditolak oleh Menhan sebelumnya, Juwono Sudarsono. Hasto pun menilai angkah Prabowo itu menunjukkan penyalahgunaan kewenangan, karena tanpa melalui perencanaan yang baik.

"Sebenarnya kalau kami melakukan pengecekan, Komisi I DPR bahkan bapak presiden sendiri terkejut ketika pak Prabowo secara sepihak memutuskan untuk membeli pesawat tempur bekas dari Qatar," tutur Hasto.

Debat ketiga Pilpres 2024

Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyampaikan pendapat saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

Sebelumnya, capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, menjelaskan pertimbangan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas, saat menjawab pertanyaan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

Prabowo mengatakan alutsista dinilai dari masa atau usia pakai (flying and sailing hours). Dalam penjelasannya, usia dari alutsista sekitar 25-30 tahun, baik pesawat terbang, kapal perang, dan lainnya.

"Jadi, bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usai pakai, kemudaan," kata Prabowo.

Ketua Umum Partai Gerindra, itu mencontohkan pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar yang hendak dibeli Kementerian Pertahanan. Prabowo mengingatkan usia pakai pesawat tersebut baru 15 tahun.

"Pesawat Mirage 2000-5 yang ada di Qatar, yang rencananya kita ingin akuisisi, itu usia pakainya masih 15 tahun," jelas Prabowo.

Prabowo menuturkan pesawat tersebut memiliki teknologi yang mengarah pada pesawat yang lebih canggih. Pesawat tersebut awalnya ingin dibeli karena ada kebutuhan.

"Teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih. Kita menunjukkan yang canggih, yang terbaru, tapi kalau kita beli baru, datangnya, pak, baru 3 tahun dan operasionalnya baru 7 tahun. Sementara 3 sampai 7 tahun ini kita butuh deterrence (pencegahan), kita butuh kemampuan," kata Prabowo.

Baca juga artikel terkait ALUTSISTA BEKAS atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Intan Umbari Prihatin