tirto.id - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam debat capres dan cawapres ke-3 beberapa kali menyebut capres nomor urut 1, Anies Baswedan dengan sebutan profesor. Lalu, benarkah Anies memiliki gelar profesor seperti yang disebut-sebut oleh Prabowo?
Selama debat capres putaran ketiga berlangsung pada Minggu, 7 Januari 2024, sebanyak empat kali Prabowo mengatakan Anies sebagai seorang professor.
Sebutan itu pertama kali dilontarkan oleh Prabowo saat menanggapi pernyataan Anies yang menyebut bahwa alutista yang dibeli Prabowo selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan adalah barang bekas.
Menurut Prabowo pernyataan tersebut berpotensi menyesatkan masyarakat. Dia mengatakan, tidak seharusnya pernyataan seperti itu keluar dari mulut seorang profesor.
“Jadi barang-barang bekas itu menurut saya menyesatkan rakyat. Itu pak, tidak pantas seorang profesor ngomong-ngomong begitu ya, karena dalam pertahanan, hampir 50% alat-alat di mana pun adalah bekas, tapi usianya masih muda,” ujar Prabowo dalam segmen ketiga debat capres ke-3.
Kedua, sebutan profesor kembali dikatan oleh Prabowo ketika menyinggung persoalan etik kepemimpinan.
“Jangan karena Ambisi pribadi kita menghasut dan menyesatkan rakyat itu Etik yang tertinggi saudara Profesor Anies Baswedan itu etik yang tertinggi kebersihan jiwa kejujuran kesetiaan rakyat,” ucap Prabowo pada segmen keempat.
Ketiga, Prabowo menyebut Anies sebagai seorang profesor saat membahas APBN untuk pembelian alutista. Prabowo mengatakan, partai pengusung Anies menyetujui program pembelian alutista yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan.
“Saya sangat transparan dan Partai semua partai yang mengusung Bapak Profesor Anis mendukung APBN berarti mendukung program saya termasuk PDIP di komisi 1,” tuturnya pada segmen kelima.
Terakhir, Prabowo mengatakan Anies profesor ketika menyebut bahwa dia tidak menutupi soal pertahanan karena dia memaparkannya di depan wakil rakyat. Namun kata Prabowo, dia tidak mungkin membuka masalah pertahanan di depan umum karena itu adalah rahasia negara.
"Jadi saya mengundang, kita bicara, terbuka, terbuka, silakan, tapi saya ingatkan Bapak cinta atau tidak dengan negara ini? Masak kita mau buka semua kekurangan kita semua masalah kita? Kita buka di depan umum apakah itu pantas? Di negara yang baik, di negara maju masalah rahasia ada profesor, jadi bohong saya tidak minta tertutup saya terbuka, komisi DPR terbuka," katanya pada segmen kelima.
Apakah Anies Bergelar Profesor Seperti Disebut Prabowo?
Anies Baswedan menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang doktoral atau strata tiga (S3) di luar negeri, dia menyandang gelar PhD di belakang namanya.
PhD adalah akronim dari Doctor of Philosophy yang diberikan oleh perguruan tinggi di luar negeri kepada seseorang yang telah menuntaskan pendidikan S3.
Anies menempuh pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan masternya dengan beasiswa Fulbright, mengambil jurusan keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs di University of Maryland.
Selanjutnya, Anies mendapatkan beasiswa untuk pendidikan tertingginya di jenjang doktoral pada bidang ilmu politik di Northern Illinois University.
Sebelum menjejaki politik, Anies terlebih dahulu berkarier di bidang akademik. Dia pernah menjadi rektor Universitas Paramadina selama delapan tahun yaitu pada 2007 hingga 2015.
Di bidang pendidikan, Anies terkenal sebagai penggagas sekaligus pendiri program Indonesia Mengajar, yang didirikan sejak tahun 2009 lalu dan masih eksis hingga saat ini.
Indonesia Mengajar adalah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim pengajar muda yang berminat untuk mengabdi kepada bangsa dengan mengajar ke seluruh pelosok tanah air.
Berdasarkan data dari laman PDDikti, Anies Baswedan masih berstatus dosen tetap di Universitas Paramadina yang sedang melaksanakan tugas di instansi lain. Dia menjabat sebagai dosen program Ilmu Hubungan Internasional dengan jabatan fungsional sebagai seorang lektor.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan Prabowo yang menyebut Anies sebagai seorang profesor adalah keliru. Pasalnya, Anies yang mejabat sebagai seorang lektor masih perlu naik ke dua jenjang lebih tinggi lagi untuk bisa disebut sebagai seorang profesor.
Setelah menjadi seorang lektor, selanjutnya akademisi yang telah memenuhi persyaratan akan naik jabatan sebagai seorang lektor kepala. Kemudian, apabila seorang lektor kepala dinyatakan layak, maka akan diangkat menjadi seorang profesor.
Untuk diketahui, profesor adalah jabatan akademik tertinggi yang diraih oleh seorang akademisi. Seseorang profesor juga memiliki gelar sebagai Guru Besar di salah satu program studi perguruan tinggi.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Iswara N Raditya & Balqis Fallahnda