Menuju konten utama

Paslon Pilgub DKI Andalkan Nama Anies, Berkompetisi dengan Malas

Ketiga paslon berjanji akan meneruskan program Anies jika mereka terpilih, sebagian bahkan ngotot ingin menemuinya demi menjaring suara loyalis Anies. 

Paslon Pilgub DKI Andalkan Nama Anies, Berkompetisi dengan Malas
Anies Baswedan saat ditemui selepas diskusi Kepemimpinan Anak Muda di Era Digital di UGM. (FOTO/Dina T Wijaya)

tirto.id - Tiga pasangan calon (paslon) Pilkada Jakarta dinilai semakin bersandar pada nama mantan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Anies Baswedan. Program-program Anies diklaim akan mereka teruskan jika terpilih. Dukungan dari anak Abah (pendukung Anies) tak luput jadi incaran. Dukungan langsung dari sosok Anies Baswedan pun jadi agenda pertarungan.

Memang tak mengherankan, survei terbaru menunjukkan signifikansi arah dukungan Anies terhadap elektabilitas Cagub Jakarta. Hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) soal dukungan Cagub-Cawagub Jakarta 2024 menunjukkan, paslon Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil (RK)-Suswono bakal terciprat untung jika mendapat sokongan Anies. Sebaliknya, paslon yang tak didukung Anies disebut ikut gembos elektabilitasnya.

Hasil survei, jika Anies mendukung Pramono-Rano, maka dukungan kepada RK-Suswono turun menjadi 40,5 persen. Sementara jika Anies mendukung RK-Suswono, elektabilitas mereka akan terkerek menjadi 53,7 persen. Di sisi lain, jika Anies mendukung RK-Suswono, dukungan terhadap Pramono-Rano turun di angka 26,1 persen.

Survei dilakukan pada 6-12 September 2024, melibatkan 1.200 orang yang menjadi responden dalam survei simulasi pencoblosan Pilkada Jakarta 2024. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen.

Tampaknya pengaruh dukungan Anies dan loyalisnya memang disadari betul ketiga paslon Pilgub Jakarta. Ini terlihat dari pernyataan-pernyataan mereka yang mulai mengeklaim akan meneruskan beberapa program Pemprov Jakarta era Anies Baswedan.

Sayangnya, beberapa pemerhati politik menilai sikap ketiga paslon Pilgub Jakarta ini justru menunjukkan kemalasan dalam berinovasi dan menggali masalah. Padahal, kepemimpinan Anies di Jakarta bukan tanpa cela, menyandarkan nasib cuma lewat ‘Anies Effect’ disebut sebagai sebuah langkah keliru.

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai klaim tiga paslon Pilgub Jakarta meneruskan program Anies semata bertujuan mendapat dukungan pemilih Anies. Demi kepentingan elektoral saja.

“Berebut pemilih Anies akan jadi target semua calon,” kata Adi dihubungi Tirto, Jumat (20/9/2024).

Dalam berbagai kesempatan, paslon Pramono-Rano, RK-Suswono (RIDO), hingga paslon jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, berjanji meneruskan program-program Anies. Kubu RK-Suswono bahkan tak ragu menyebut siap menjalankan gagasan perubahan ala Anies. Kendati demikian, mereka menilai sikap perubahan tetap diiringi dengan gagasan keberlanjutan.

“Ide beliau (Anies) akan diteruskan oleh pak RK-Sus, khususnya yang terkait dengan pendekatan kepada masyarakat yang lebih kolaboratif, pembangunan yang lebih partisipatif, lalu kemudian demokrasi ruang-ruang publik akan diteruskan oleh RIDO," kata Juru bicara paslon RIDO, Mulya Amri (Muli), lewat keterangan yang diterima, Selasa (10/9/2024).

Anies gagal melaju di Pilgub Jakarta 2024 setelah minim dukungan dari parpol. Ia sempat direncanakan ditemani kader PKS, Sohibul Iman, namun pupus setelah parpol dari Koalisi Perubahan—pengusung Anies dan Muhaimin Iskandar di Pilpres—menyeberang ke koalisi gemuk KIM (Koalisi Indonesia Maju) hingga namanya menjadi KIM Plus. Setelahnya, Anies juga tak didukung oleh PDIP yang memilih menyokong kader sendiri di Pilgub Jakarta.

Paslon dari PDIP, Pramono-Rano, juga ngebet didukung oleh Anies Baswedan. Mereka pun berjanji akan mengadopsi program Anies seperti rusun Kampung Bayam dan Kampung Akuarium. Mereka menggaet dua mantan timses Anies ke tim pemenangan, yakni Aldy Perdana Putra dan Mandira Bienna Elmir.

“Kami ngarepin [dapat dukungan Anies], jangan jika,” ujar Rano Karno saat berkunjung ke Perguruan Silat Pusaka Djkarta di daerah Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2024).

Adi Prayitno berpendapat, tidak ada jaminan ketiga paslon betul-betul meneruskan program Anies Baswedan di Jakarta. Bahkan, Adi menilai misi mendapatkan dukungan suara Anak Abah menjadi agenda utama mereka, ketimbang meneruskan program-program Anies.

“Salah fatal terlampau bersandar pada pemilih Anies. Masih banyak segmen pemilih yang juga perlu dikapitalisasi. Masih banyak warga Jakarta yang iman politiknya bisa berubah,” ujar Adi.

Pramono Anung-Rano Karno

Bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur, Pramono Anung-Rano Karno, saat ditemui di Jalan Cemara 19, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (20/9/2024). (Tirto.id/Rahma Dwi Safitri)

Kritis Menyusun Program

Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, memandang ketiga paslon Pilgub Jakarta masih menggunakan pendekatan populis dalam menggagas program unggulan. Itu terlihat dari sikap mereka melekatkan nama Anies Baswedan dalam menyampaikan gagasan.

Usep menilai sikap ini mencerminkan kemalasan tiga paslon mencari program yang inovatif. Terlebih, kata dia, klaim melanjutkan program era Anies masih didasari urusan elektabilitas alih-alih pengkajian gagasan ini secara kritis.

“Kajian program harus objektif, tidak harus disandarkan program itu pada orangnya. Kalau disandarkan ya itu sentimennya keluar, sepertinya itu ingin diambil sama tiga calon ini untuk menggaet dukungan instan, ya sama saja malas,” kata Usep kepada Tirto, Jumat.

Anies tidak perlu dipandang sebagai juru selamat tiga paslon dalam Pilkada Jakarta. Secara objektif, kepemimpinan Anies di Jakarta diwarnai baik dan buruk.

Artinya, program era Anies tidak selalu berjalan mulus dan tak sedikit memantik kontroversi. Ketiga paslon Pilkada Jakarta diminta objektif dan kritis mengkaji program tersebut sehingga tak sekadar asal klaim meneruskan gagasan.

“Memang ada program yang bagus berhasil, ya, misalnya dalam konteks transportasi. Tapi ada hal lain yang belum bisa dilakukan atau diselesaikan Anies, semisal kemacetan dan banjir ya atau naturalisasi sungai,” ujar Usep.

Program Anies Baswedan di Jakarta selama 2017-2022 memang tak sedikit memantik kritik. Misalnya kebijakan program DP 0 persen yang ditargetkan membangun sebanyak 232.214 unit, dipangkas menjadi hanya 10.000 unit. Penghasilan yang sebelumnya dibatasi Rp4-7 juta, juga menjadi Rp14 juta.

Ketidaksesuaian janji kampanye dengan realisasi itu juga sempat disampaikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pada 2021, mereka beranggapan perubahan kebijakan DP 0 persen menunjukan ketidakseriusan Anies memenuhi janji politik saat kampanye.

Program sumur resapan Anies juga mengundang kritik. November 2021 lalu, realisasi sumur resapan hanya berjalan satu persen dari total target pembangunan dengan anggaran Rp411 miliar, sebanyak 16.035 titik. Sumur resapan juga dikritik sebab dibangun di trotoar Kawasan Kanal Banjir Timur (KBT) dan merusak fasilitas umum.

Usep menilai, ketiga paslon Pilgub Jakarta 2024 seharusnya mengambil posisi moderat saat menyatakan dukungan kepada program Anies. Akan lebih baik, kata dia, kajian program tak disandingkan dengan sosok pemimpin di saat kebijakan itu digagas. Ia mengatakan suara pendukung Anies memang cukup besar jumlahnya, namun bukan berarti cagub Jakarta melupakan potensi dari ceruk dukungan lain.

“Agak masalah jika Anies-minded ketika mendukung sedang saja, lalu kemudian tidak harus ekstrem ya. Normatif saja semua, jadi di antara program Pak Anies harus diteruskan dan mungkin program Pak Jokowi dan Pak Ahok juga bisa dilanjutkan,” kata Usep.

Ridwan Kamil temui Fauzi Bowo di Setu Babakan

Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil (tengah) berbincang dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (kanan) dan Ketua DPW PKS DKI Jakarta Khoirudin (kiri) saat mengunjungi Museum Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Ridwan Kamil bersilaturahim dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo untuk meminta nasihat serta menyerap aspirasi sebagai bekal maju dalam Pilgub Jakarta 2024. ANTARA FOTO ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.

Analis Sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, memandang bahwa Anies berhasil mem-branding dirinya sebagai sosok pembaharu, politikus penuh gagasan, dan tidak membeo ke kekuasaan. Jika Anies mendukung paslon tertentu, itu dapat menjadi pesan kalau kualitas paslon itu bukan kaleng-kaleng. Hal ini menjadi salah satu alasan paslon berebut pengaruh Anies.

“Anies juga punya massa loyal yang tersebar di seluruh Indonesia. Massa loyal Anies di Jakarta akan membantu pemenangan si paslon,” kata Musfi kepada Tirto, Jumat.

Menurut Musfi, mendapatkan dukungan dari gubernur sebelumnya bertujuan untuk menarik pendukungnya. Ini strategi politik yang lumrah terjadi dan dinilai bagus untuk menunjukkan komunikasi dan kesinambungan.

Ia menambahkan, posisi ketiga paslon Pilgub Jakarta cenderung mendukung program Anies yang dinilai berhasil. Ini merupakan strategi populis untuk melanjutkan program yang sudah terkenal dan menjadi top of mind publik.

“Dan sebenarnya bukan hanya program Anies, program gubernur sebelumnya yang berhasil juga ingin dilanjutkan. Pramono-Rano misalnya, akan melanjutkan beberapa program Ahok yang terbukti positif,” terang Musfi.

Sementara itu, analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai keinginan semua paslon Pilgub Jakarta merebut suara Anies menandai pengakuan mereka terhadap kapasitas Anies selama memimpin Jakarta. Secara tak langsung, mereka seolah mengakui pengaruh Anies di akar rumput.

Pemilih Anies, kata Dedi, sudah memahami situasi bahwa mereka merupakan ceruk suara yang cukup signifikan. Di sisi lain, paslon juga berpotensi mendapat stigma buruk jika terlalu ambisius menggaet pemilih Anies.

“Karena publik bisa memastikan itu sekadar kepentingan politis,” kata Dedi kepada Tirto, Jumat.

Dedi memandang, sikap paslon di Pilgub Jakarta terbelenggu urusan politik propaganda pro Anies atau oposisi Jokowi. Anies sendiri kerap diasosiasikan sebagai antitesa pemerintahan Jokowi. Alhasil, paslon Pilgub Jakarta melupakan hal esensial berupa tawaran kerja yang berfokus pada kemaslahatan warga.

“Sejauh ini, program berhasil dijalankan Anies sudah selesai, tetapi banyak juga yang belum terlaksana tetapi luput dari tema kampanye Paslon,” tegas Dedi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Politik
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Irfan Teguh Pribadi