Menuju konten utama

Parlemen AS Nominasikan Pejuang Muslim Uighur di Nobel Perdamaian

Profesor yang kritis soal Muslim Uighur dan juga anggota Partai Komunis, Ilham Tohti, dinominasikan untuk mendapat Nobel Perdamaian 2019.

Parlemen AS Nominasikan Pejuang Muslim Uighur di Nobel Perdamaian
Ilham tohti. FOTO/AP

tirto.id - Anggota parlemen AS dari partai Demokrat dan Republik kompak mencalonkan profesor Ilham Tohti untuk mendapat Nobel Perdamaian. Ilham Tohti dipenjara seumur hidup karena kritiknya soal kekerasan terhadap Muslim Uighur.

Dikutip dari Straits Times, Senator Marco Rubio dari partai Republik dan Bernie Sanders dari Demokrat menandatangani surat nominasi yang berasal dari Congressional-Executive Commission on China.

"Kami percaya tidak ada lagi yang layak mendapatkan pengakuan Komite pada 2019 selain Profesor Tohti, yang mewujudkan perjuangan untuk perdamaian dan hak asasi manusia di Cina," tulis Rubio kepada presiden Komite Nobel Perdamaian, Berit Reiss- Andersen, dan anggota lainnya.

Sedangkan Bernie Sanders mengatakan Ilham Tohti telah berjuang mempromosikan pemahaman soal keharmonisan etnis di Cina terutama Uighur dan Han.

"Pencalonan ini tidak dapat lebih tepat waktu karena pemerintah Cina dan Partai Komunis terus melakukan pelanggaran HAM berat dengan lebih dari satu juta warga Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya ditahan di kamp-kamp 'pendidikan ulang politik'," kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

Anggota Partai Komunis yang Kritis Soal Uighur

Tohti merupakan seorang akademisi di sebuah universitas di Beijing dan anggota Partai Komunis.

Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada bulan September 2014 atas komentar yang dia buat di kelas, dalam wawancara dan di situs web pribadinya.

Pria berusia 49 tahun ini mengkritik kebijakan pemerintah Cina yang diarahkan pada minoritas Muslim Uighur terutama yang berada di wilayah Xinjiang.

Ia juga mengeluh kebijakan deradikalisasi pemuda Uighur dan meyakinkan mereka bahwa pertempuran itu bukan antara Cina dan teroris, tetapi antara Cina dan Islam.

Ia tak hanya mengkritik Pemerintah Cina. Dalam esai akademisnya dan di situs web yang dia jalankan, dia juga mengkritik terkait meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh warga Uighur terhadap negara.

Dikutip dari BBC, Pengadilan Urumqi akhirnya menyatakan Tohti bersalah. Pengadilan juga memerintah untuk menyita semua uang dan harta benda Tohti.

"Dia memberi tahu kami bahwa apa pun keputusannya, dia tidak akan marah atau membalas dendam. Tidak peduli apakah dia di penjara atau jika dia dibebaskan di masa depan, dia masih akan mengadvokasi dialog antara warga Uighur dan Han Cina," kata pengacara Tohti, Li Fangping kepada BBC.

"Aku tidak akan menyerah" menjadi kata-kata terakhir yang diucapkan Ilham Tohti sebelum polisi menyeretnya dari ruang sidang untuk memulai hukuman seumur hidupnya.

Mengutip Independent, kelompok HAM menyatakan terdapat lebih dari satu juta etnis Uighur, Kaakh dan minoritas lainnya di kamp tersebut. Mereka ditahan secara sewenang-wenang di wilayah Xinjiang barat.

Etnis Muslim Uighur dipaksa untuk bersumpah setia kepada Partai Komunis Cina Mereka juga dipaksa untuk makan daging babi dan minum alkohol - tindakan terlarang dalam agama Islam.

Pihak Cina menepis tudingan Amnesty Internasional dan mengatakan bahwa pihaknya menahan warga yang melakukan kejahatan ringan dan mengirim mereka ke pusat-pusat pelatihan.

Beijing mengatakan pusat-pusat itu membantu orang-orang yang tertarik pada ekstremisme untuk menghindari terorisme, dan memungkinkan mereka untuk diintegrasikan kembali ke dalam masyarakat.

Baca juga artikel terkait MUSLIM UIGHUR atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH