tirto.id - Delegasi Uni Eropa mengunjungi Xinjiang Cina guna mengumpulkan bukti terkait kamp pendidikan ulang atau oleh kelompok HAM disebut sebagai kamp tahanan minoritas Uighur.
Mengutip Independent, kelompok HAM menyatakan terdapat lebih dari satu juta etnis Uighur, Kaakh dan minoritas lainnya di kamp tersebut. Mereka ditahan secara sewenang-wenang di wilayah Xinjiang barat.
Kunjungan Uni Eropa ini menjadi kesempatan langka untuk mengumpulkan bukti di kamp-kamp tahanan Muslim Uighur yang mendapat kecaman keras dari kelompok-kelompok HAM.
Menurut laporan SCMP, Senin (28/1/2019) kunjungan tim Uni Eropa ini merupakan yang pertama dan berlangsung selama tiga hari. Aktivitas tim Uni eropa tetap di bawah pengawasan pejabat Beijing.
Seorang pejabat Uni Eropa mengkonfirmasi bahwa tim yang terdiri dari tiga orang mengunjungi kota Urumqi dan Kashgar di Xinjiang dari tanggal 11 hingga 13 Januari, dengan persetujuan dan fasilitasi dari pemerintah Cina.
Selama kunjungan itu, para pejabat diberikan ke situs-situs termasuk masjid, sebuah lembaga pengajaran Islam dan salah satu "pusat pelatihan" yang kontroversial.
"Sementara situs yang dikunjungi dipilih dengan cermat oleh pihak berwenang untuk mendukung narasi resmi Cina, kunjungan tersebut memberikan wawasan bermanfaat yang melengkapi sumber informasi lain [termasuk laporan oleh badan PBB, media internasional, peneliti akademik, dan LSM]," pejabat Uni Eropa.
Sebelumnya 11 negara Asia dan diplomat Rusia berkunjung di wilayah itu guna mengumpulkan bukti soal kamp tahanan yang dibangun pemerintah Cina.
Pemimpin Badan HAM PBB Michelle Bachelet mengatakan pihaknya juga sedang mencari akses ke Xinjiang untuk memeriksa laporan tentang kamp-kamp tahanan itu.
Namun Beijing menegaskan para pejabat PBB hanya bisa mengunjungi Xinjiang jika mereka setuju untuk memisahkan urusan politik dan tak "menyinggung" kebijakan dalam negeri Beijing.
Kamp tahanan di Xinjiang yang dihuni oleh lebih dari 1 juta Muslim Uighur itu telah mendapat kecaman dunia.
Aktivis Uighur dan peneliti Cina di Amnesty International, Patrick Poon mengatakan Amnesty International menerima laporan dari mantan tahanan yang mengatakan mereka dipaksa untuk menghadiri pelajaran pendidikan politik dan menyanyikan lagu-lagu politik Cina.
Laporan sebelumnya mengatakan Muslim Uighur dipaksa untuk bersumpah setia kepada Partai Komunis Cina Mereka juga dipaksa untuk makan daging babi dan minum alkohol - tindakan terlarang dalam agama Islam.
Pihak Cina menepis tudingan Amnesty Internasional dan mengatakan bahwa pihaknya menahan warga yang melakukan kejahatan ringan dan mengirim mereka ke pusat-pusat pelatihan.
Cina mengatakan bahwa kamp tersebut untuk melatih para tahanan berbagai keterampilan hidup.
Berdasarkan laporan The Associated Press, Minoritas Muslim Uighur yang ditahan di Xinjiang, di barat Cina dipaksa menjadi buruh.
Muslim Uighur baik itu laki-laki maupun perempuan setiap harinya menjahit pakaian olahraga yang diduga dikirim ke Amerika Serikat.
Editor: Agung DH